Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengklaim stok dan harga pangan aman selama Ramadan sampai dengan Idulfitri. Namun, harga sejumlah komoditas pangan masih mahal. Salah satunya adalah cabai rawit yang saat ini harganya melambung hingga Rp 104.741 per kilogram di Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Concern kami hanya di cabai rawit. Jadi cabai rawit agak tinggi harganya karena memang cuaca hujan, tanaman tidak berbunga. Tapi bisa dipastikan stoknya cukup, tinggal bagaimana kita fokus pada pemerataan distribusinya," ujar Arief dalam keterangan resminya, Rabu, 5 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arief mengatakan, Bapanas telah mengambil langkah-langkah mengendalikan harga cabai rawit. Lembaga ini berupaya meningkatkan distribusi dari daerah surplus ke daerah defisit serta memperluas akses pangan melalui operasi pasar di berbagai daerah.
Sejauh ini, operasi pasar telah mencapai realisasi transaksi yakni beras medium 60.906 kg, MinyaKita 76.096 liter, gula konsumsi 137.428 kg, bawang putih 1.079 kg, daging kerbau beku 5.101 kg, telur ayam ras 5.213 kg, daging ayam ras 2.994 kg, bawang merah 457,5 kg, dan cabai rawit merah 27,5 kg.
Dari pantauan di Panel Harga Bapanas, harga rata-rata cabai rawit merah tembus Rp 94.193 per kilogram. Harga ini jauh melampaui harga acuan penjualan yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 40 ribu hingga Rp 57 ribu per kilogram. Pekan lalu, harganya masih Rp83.268 per kilogram.
Selain stok yang menipis, kenaikan harga disebabkan proyeksi kebutuhan konsumsi cabai rawit yang akan naik 13,52 persen atau menjadi sekitar 85,2 ribu ton di Ramadan atau Maret 2025. Tapi Arief mengatakan kondisi ini tak akan berlangsung lama. Di pekan kedua dan ketiga bulan ini, ia mengatakan pasokan akan kembali normal.
Arief mengatakan, produksi pangan dalam negeri penting untuk menjaga stabilitas harga. Presiden Prabowo Subianto, ujar dia, telah memerintahkan agar harga stabil di tingkat petani dan peternak, tapi tetap terjangkau tingkat konsumen.
"Kita mesti bersyukur. Negara tetangga kita hari ini susah. Contohnya beras hari ini di Malaysia krisis. Tapi Indonesia, kita punya cadangan beras sampai 1,9 juta ton. Jadi pemerintah bisa leluasa intervensi," ujar eks Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) ini.
Pilihan Editor: Badai PHK di Awal Pemerintahan Prabowo