Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bekas Menteri Menunggu Izin

Bekas menteri urusan pendapatan, pembiayaan & pengawasan keuangan negara, Mohammad Hasan, ingin menjadi pengusaha. Ia menunggu izin dari menteri untuk membuka perkebunan coklat di Kalimantan Timur.(eb)

7 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NAMANYA sering menjadi berita halaman depan koran nasional pada tahun 1964-65 ketika menjabat Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan Keuangan Negara. Pengangkatannya menghebohkan, karena dia diketahui tidak terlatih untuk itu. Mohammad Hasan (dulu Tan Kim Liong) sebelumnya adalah juru potret koran Suluh Indonesia, pernah memimpin harian Duta Masyarakat dan terpilih ke DPR tahun 1955 dengan tiket partai Nahdatul Ulama. Keberhentiannya sebagai Menteri juga menarik perhatian koran, tapi lama kemudian dia dilupakan orang. Segera sesudah orde baru lahir, dia menyingkir ke Hongkong. Kini di Kalimantan Timur, namanya masuk daftar calon PPP untuk pemilu 1977. Tapi ambisinya bukan di bidang politik. Dia ingin menonjol sebagai pengusaha, terutama di bidang perkebunan coklat. Sementara bekas Menteri P-3 itu menunggu izin usaha dari Departemen Pertanian minggu lalu, wartawan TEMPO Yusril Djalinus menginterpiunya. Inilah laporannya: Haji Mohammad Hasan, 52, Direktur Utama PT Hasfarm Products Ltd ingin besar-besaran. Izin usaha yang dinantinya ialah untuk membuka hutan seluas 24.000 Ha di Kabupaten Kutai, Kaltim, untuk dijadikan perkebunan coklat dan kopi, yang diselang-seling dengan kebun palawija. "Lucky" "Kalau izin usaha keluar sekarang, besok saya bisa mulai", katanya. Bahwa sekarang tidak mungkin, dia sudah menduga. Areal yang diincernya kebetulan tennasuk dalam HPH (Hak Pengusahaan Hutan) perusahaan lain. HPH itu diancam pencabutan, sebagai akibat penertibah yang dijalankan Ditjen Kehuanan sekarang. Karena harga kopi sedang baik di pasar dunia, rencananya itu tidaklah jelek, apalagi sudah banyak pula orang Indonesia berkebun kopi. Tapi perkebunan coklat masih soal baru di negeri ini. Sebelum bekerja di Kaltim, PT Hasfarm tampaknya melatih diri dulu di Sukokulon, daerah perkebunan karet dekat Jember, untuk tanaman coklat. Di situ PT Hasfarm memegang Hak Guna Usaha seluas 400 Ha atas perkebunan bekas milik negara yang sudah tidak terurus lagi. Secara berangsur pohon karet ditebangnya dan sebagai pengganti ditanamnya benih pohon coklat. Sudah tegak 68.000 batang, dan tahun ini akan bertambah 1 17.000 pohon lagi. Investasi perkebunan coklat ini akan menghasilkan baru 6 tahun kemudian. Menjelang itu, pengusaha Hasan tentu harus menyediakan banyak modal. Dari mana modal? Dia sudah mempunyai usaha lain yang menghasilkan cepat, tapi dia enggan menjelaskan. Namun, ketika menyingkir ke Hongkong, dia tertarik pada spekulasi di bursa saham dan komoditi. Sudah jadi ahli pula dia di bidang ini. "Usaha saya banyak karena lucky (nasib baik)", katanya. Sekarang dia pun masih sering pergi berbisnis ke Hongkong. Apakah nasib baik sekarang sudah cukup atau belum untuk memodali proyek Kalimantan, pengusaha ini kelihatan santai saja. Bukanlah modal, melaunkan izin usaha yang menjadi persoalan baginya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus