Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Berawal dari susu

Utang pt mantrust sekitar us$ 370 juta, sedang di restrukturisasi dan dibenahi. perkembangan pt mantrust.

14 Maret 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIGA tahun lalu, ketika PT Nandhi Amerta Agung (NAA) berdiri, banyak orang bertepuk tangan. Bahkan Presiden Soeharto datang ke Desa Tengaran, Semarang, untuk meresmikan perusahaan patungan PT Mantrust dan Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) itu. PT NAA dipuji sebagai satu-satunya perusahaan yang melaksanakan Perkebunan Inti Rakyat persusuan. Tapi niat baik tak selalu menjamin sukses bisnis. Ternyata banyak hambatan yang dialami PT NAA dan PT Tirta Amerta Agung (TAA), anak perusahan lainnya yang bergerak dalam industri susu bubuk. Akibatnya, kedua perusahaan itu menunggak utang sampai Rp 7 milyar. Belakangan terungkap pula utangutang Mantrust yang lain. Harian Business Times Singapura, edisi Kamis pekan lalu, memberitakan Management Trust Company (Mantrust) berutang sebesar US$ 370 juta (sekitar Rp 740 milyar). Pengamat keuangan menilai Mantrust, yang beromzet US$ 1 milyar per tahun, terlalu banyak melakukan ekspansi di luar bisnis utamanya. Didirikan tahun 1958, PT Mantrust, yang bertolak dari industri pengolah makanan, kemudian melebar ke sektor lain. Di samping PT NAA dan TAA, PT Mantrust mempunyai pengolahan susu cap Bendera. Juga ada PIR perikanan tuna, dengan sepuluh stasiun pengumpul di seluruh Indonesia, dan industri jamur di Dieng. Anak perusahaan lain, PT Borsumij Wehry Indonesia, memiliki puluhan cabang selain bergerak dalam distribusi bir Anker dan pembotolan Pepsi Cola. Di luar itu masih ada industri kimia, farmasi, travel biro Musi Holidays, dan penerbangan carter Mantrust Asahi Airways. Dengan 33 anak perusahaan dan sekitar 30.000 karyawan, pihak manajemen toh mengaku tidak menghadapi persoalan serius. Diakui ada masalah dalam industri susu tapi tak begitu besar. "Kesulitan kami semata-mata karena sedang melakukan investasi besar terhadap core business," kata Jim Wiryawan, salah seorang direktur PT Mantrust. Susahnya, industri ikan tuna dan jamur tergolong investasi jangka panjang. "Tapi ekspornya sangat menjanjikan, hanya soal waktu saja," katanya. Dalam pengalengan ikan tuna, misalnya, diperlukan pengembangan pabrik dan pembelian dua ratus kapal fiber glass. Dengan ekspor 1,5 juta peti tuna tiap tahun, Mantrust ingin kapasitas anak perusahaannya, PT Nelayan Bakti, naik dari 400 ton per hari menjadi 600 ton per hari. Itu memang perlu setelah Mantrust membeli jaringan pemasaran Van Camp Seafood, Amerika, yang memungkinkan ikan tuna kaleng PT Mantrust dikemas dengan merek Chicken of Sea. Sedangkan untuk industri jamur, "Pasar semakin terbuka setelah jamur dari Cina tak boleh masuk ke Amerika," kata Jim optimistis. Ia yakin masalah keuangan bisa segera diatasi. Jim tak menyebut jumlah utang yang sebenarnya, tapi katanya, "Berita Business Times tidak terlalu salah." Menurut Jim, nilai utang itu sedang dihitung oleh Price Waterhouse. Andai kata pembenahan utang Mantrust tak segera bisa diatasi, maka inilah kasus ketiga swasta Indonesia yang mengalami keguncangan bonafiditas di mata internasional, sesudah Bank Duta dan PT Bentoel. Mantrust tampaknya menyadari hal ini dan berusaha membenahi utangnya sebaik mungkin. Negosiasi untuk restrukturisasi utang sedang berjalan, menyusul keberhasilan restrukrisasi utang Van Camp Seafood, 20 Februari lalu. "Kami juga sedang memikirkan untuk melepas beberapa aset," Jim menambahkan. Lembaga keuangan Amerika, Lehman Brothers, juga sudah diminta jasanya. Senin pekan lalu, Lowell Grumman telah pula ditunjuk menjadi Vice President Finance Mantrust. Grumman, yang sebelumnya menjabat Corporate Bank Head Citibank, adalah orang yang sering berhubungan dengan Mantrust. "Kalau memang Mantrust sudah parah, eksekutif Citibank pasti tak mau pindah," ujar Jim sambil tersenyum.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus