Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DUA pekan lalu, secara mengejutkan pemerintah membuka lebih banyak sektor yang bisa dimiliki investor asing hingga 100 persen. Kebijakan itu disusul oleh Bank Indonesia, yang mengumumkan suku bunga acuan baru di level 7,0 persen, atau turun 25 basis point, Kamis pekan lalu.
Pertanyaannya, berapa lama rupiah dapat dijaga kestabilannya agar perekonomian kita diberi waktu cukup untuk pulih kembali?
Setelah BI memangkas suku bunga 25 basis point pada pertengahan Januari lalu, rupiah tampak meyakinkan. Dibuka di tingkat Rp 13.900 per dolar Amerika Serikat pada awal tahun, sekarang mata uang kita menguat ke angka sekitar Rp 13.500. Tak ada kejutan yang sempat dirisaukan ketika akhir tahun lalu Federal Reserve Amerika Serikat menaikkan suku bunga dolar mereka.
Dengan lemahnya harga komoditas dan lesunya ekonomi dunia, pemerintah sulit mengandalkan ekspor untuk memacu pertumbuhan ekonomi kita. Angka ekspor Januari 2016 masih menurun 11,9 persen dari bulan sebelumnya dan turun 20,7 persen dibanding Januari 2015. Sementara itu, dengan ekonomi domestik yang melamban, angka impor ikut turun 13,5 persen dari bulan sebelumnya dan longsor 17,1 persen dibanding Januari 2015.
Pemerintah harus berfokus mencari pendorong lain untuk menopang pertumbuhan. Belanja infrastruktur pemerintah perlu digenjot, investasi dari luar dan belanja sektor swasta ataupun perorangan juga harus dirangsang.
Persoalannya, belanja negara ada batasnya. Penerimaan pajak masih lemah dan utang negara tak bisa main ditambah. Defisit anggaran pun sudah merayap mendekati batas 3 persen yang diizinkan undang-undang. Itu sebabnya peningkatan investasi menjadi andalan berikutnya.
Yang menarik adalah pilihan sektor mana saja yang dibuka lebih lebar buat asing. Dalam Paket Kebijakan X itu terlihat pemerintah melepas sektor yang dianggap bisa cepat menghasilkan devisa asing, tanpa membutuhkan modal terlampau besar. Pariwisata dan hiburan banyak ditawarkan. Sektor distribusi dan logistik pun dibuka, dengan harapan bisa membantu menurunkan biaya transportasi dan meningkatkan daya saing industri. Investor asing juga dipersilakan masuk ke bidang yang belum banyak digarap pemain lokal.
Kepemilikan asing 50-100 persen di sektor pariwisata dan hiburan diperbolehkan. Antara lain untuk jasa perfilman, pelatihan usaha, biro perjalanan, lapangan golf, pusat olahraga, museum swasta, pusat pameran dan konvensi, jasa makanan, serta restoran.
Di bidang infrastruktur dan logistik, yang dibuka di antaranya bisnis distributor dan pergudangan, jasa perhubungan udara, jasa konsultan konstruksi, serta operator jalan tol. Pemerintah juga membuka lebar peluang asing menanam modal dalam produksi bahan baku farmasi. Ini penting untuk mengurangi biaya impor yang cukup besar di segmen tersebut.
Pemicu pertumbuhan terakhir berupa belanja konsumen. Tapi ini butuh waktu lebih lama untuk membuahkan hasil. Penurunan suku bunga pekan lalu adalah salah satu langkah ke arah itu.
Dengan turunnya biaya pinjaman, kita berharap kredit bagi kegiatan usaha dapat tumbuh. Agar segmen masyarakat berpenghasilan rendah dapat menambah pembelanjaannya, pemerintah juga memperluas program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Sembilan belas bank dan empat perusahaan pembiayaan ditunjuk untuk mengucurkan Rp 103 triliun pinjaman KUR. Bunganya disubsidi pemerintah dan dipatok 9 persen. Risiko kredit KUR bahkan dijamin perusahaan asuransi milik pemerintah hingga 70 persen.
Meski masih menuai keraguan dan kritik di sana-sini, rangkaian kebijakan yang dilepas melalui paket-paket ekonomi sejauh ini cukup mengesankan. Kini kita menunggu konsistensi penerapannya, sehingga efek stimulus itu akan lebih terasa dan membawa hasil.
Manggi Habir (Kontributor Tempo)
KURS
Rp per US$ Pekan sebelumnya 13.369
13.479 Penutupan 18 Februari 2016
IHSG
Pekan sebelumnya 4.775
4.778 Penutupan 18 Februari 2016
INFLASI
Bulan sebelumnya 3,35%
4,14% Januari 2015 YoY
BI RATE
Bulan sebelumnya 7,25%
7,00%
CADANGAN DEVISA
31 Desember 2015 US$ 105,93 miliar
US$ miliar 102,134 29 Januari 2016
Pertumbuhan PDB
2015 4,73%
5,3% Target 2015
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo