Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Berjibaku hingga Detik Terakhir

Panitia nasional berulang kali meyakinkan IMF-Bank Dunia ihwal keamanan acara. Standar bank sentral Amerika menjadi rujukan.

5 Oktober 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak terhitung berapa kali Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mesti terbang ke Bali untuk mengecek persiapan penyelenggaraan pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia yang berlangsung pekan ini. Sebagai ketua panitia nasional dari Indonesia, Luhut harus memastikan rangkaian acara berjalan lancar.

Kamis pekan lalu, Luhut kembali mengecek ketersediaan kamar dan kendaraan yang disiapkan untuk tamu resmi. Ia menyebutkan jumlah delegasi luar negeri yang mendaftar belakangan meningkat. Sejumlah menteri—selain menteri keuangan—dari Inggris dan Belanda berencana hadir dan meminta tambahan kamar. Permintaan mobil khusus pun terus mengalir. “Tapi semua beres,” kata Luhut dalam rapat teknis di Bali Nusa Dua Convention Center.

Panitia mencatat jumlah peserta akan mencapai 32 ribu orang. Mereka terdiri atas 24 kepala negara atau kepala pemerintahan, menteri keuangan dan gubernur bank sentral, rombongan pemerintah dari 189 negara, serta ribuan jurnalis internasional. Tambahan delegasi sepekan menjelang acara membuat panitia harus menyediakan akomodasi ekstra. Panitia terpaksa membatasi jumlah mobil tamu resmi sebanyak 3.249 unit. Kepala Dinas Perhubungan Bali I Gusti Agung Ngurah Sudarsana memastikan setiap kendaraan laik jalan. Ketua pelaksana harian, Susiwijono Moegiarso, mengatakan pembatasan dilakukan untuk mengantisipasi kepadatan arus keluar-masuk di kawasan Nusa Dua.

Tiga bencana alam yang melanda wilayah di sekitar Bali memaksa panitia nasional pontang-panting meyakinkan tim Sekretariat Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia mengenai keamanan di dalam negeri. Kekhawatiran tim IMF dan Bank Dunia bermula saat terjadi letusan Gunung Agung tahun lalu, yang menyebabkan ribuan orang mengungsi. Namun rencana pemerintah menggelar pertemuan tahunan di Bali tidak berubah.

Luhut, menurut Susiwijono, dalam rapat terbatas di Bali pada 22 Desember 2017 mengusulkan agar semua menteri menggelar acara di pulau itu untuk menunjukkan bahwa daerah ini aman. Panitia nasional juga menjelaskan kepada sekretariat pertemuan IMF dan Bank Dunia bahwa abu Gunung Agung tak akan sampai ke Nusa Dua dan mengganggu penerbangan. “Kami menjamin ada upaya pencegahan,” ujarnya.

Kekhawatiran kembali muncul ketika gempa mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada Juli lalu. Tak lama setelah itu, Denpasar merasakan gempa yang sama. Untuk menilai kelayakan bangunan semua gedung setelah gempa, Sekretariat IMF-Bank Dunia mengirimkan tim penyurvei independen. Assessment ulang dilakukan selama tiga hari sejak 3 September lalu. “Semua struktur gedung untuk kantor dan tempat acara yang akan dipakai dalam keadaan baik,” Susiwijono memastikan.

Setelah gempa di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, panitia nasional lagi-lagi meyakinkan Sekretariat IMF-Bank Dunia mengenai upaya pencegahan dan evakuasi jika bencana alam terjadi. Dua pekan lalu, panitia menggelar simulasi penyelamatan saat bencana terburuk terjadi. Merujuk pada standar The Federal Reserve, apabila infrastruktur Bali hancur, helikopter yang membawa korban harus bisa terbang kembali ke Amerika Serikat dalam waktu kurang dari sepuluh jam. “Kami siapkan empat helikopter CN-295,” tutur Susiwijono.

Bukan hanya persiapan keamanan yang menjadi fokus panitia. PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk mempercepat reklamasi untuk perluasan apron Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai. Reklamasi area seluas 35,75 hektare itu selesai dalam enam bulan. “Kami tetap jamin kualitasnya,” ujar Pande Ketut Gede Karmawan, Manajer Umum PT Pembangunan Perumahan.

Reklamasi dibutuhkan lantaran apron bandara sebelumnya diprediksi tak mampu menampung pesawat para delegasi. Delapan hektare area apron hasil reklamasi akan dikelola untuk enam kawasan parkir. Koordinator Manajer Umum PT Angkasa Pura I Sigit Herdiyanto mengatakan proyek ini menghabiskan biaya Rp 2,2 triliun. Selain digunakan untuk perluasan apron, dana tersebut dipakai untuk membangun gedung bagi tamu very-very important person.

PUTRI ADITYOWATI, BRAM SETIAWAN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus