Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Berkah Petrodolar di Properti

24 Maret 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tingginya harga minyak mentah di pasar dunia tak cuma membawa bencana. Lonjakan harga emas hitam itu justru membuat negara-negara produsen, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, atau Qatar, makin kaya. Petrodolar pun mengalir ke mana-mana. Tak hanya ke bursa-bursa saham Amerika dan Eropa atau ke perusahaan-perusahaan multinasional, tapi juga mengalir ke Asia, termasuk Indonesia.

Salah satu favorit mereka adalah sektor properti. Dubai World, misalnya. perusahaan investasi milik Uni Emirat Arab ini, lewat sayap bisnis propertinya, Limitless LLC, membeli 30 persen saham tiga anak perusahaan PT Bakrieland Development Tbk., yakni PT Bakrie Swasakti Utama, PT Bumi Daya Makmur, dan PT Superwish Perkasa.

Total nilai transaksi pembelian saham perusahaan keluarga Bakrie tersebut mencapai US$ 110 juta atau sekitar Rp 1 triliun. Keputusan final transaksi ini, menurut Sekretaris Perusahaan Bakrieland Nuzirman Nurdin, akan diputuskan dalam rapat umum pemegang saham pada 9 April nanti.

Bagi Limitless, duit yang ditanam di Bakrieland itu barangkali hanya ”recehan” jika dibanding investasinya. Seperti namanya, duit Limitless memang seperti tanpa batas. Total nilai investasi mereka hingga akhir 2007 sekitar US$ 100 miliar (Rp 930 triliun). Angka itu jauh lebih besar ketimbang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Indonesia pada 2008 yang hanya Rp 840 triliun.

Juru bicara Limitless, Rebecca Rees, mengatakan kawasan Asia Tenggara memang menjadi salah satu tujuan utama. Kini, kata Rees, sepertiga investasi perusahaannya ada di wilayah ini. ”Kami yakin kesempatan investasi di kawasan ini nyaris tanpa batas,” ujarnya kepada Reuters awal Maret lalu. Untuk segala operasi investasi di Asia Tenggara, mereka telah membuka kantor khusus di Singapura pada Desember 2007.

Selain Asia Tenggara, Limitless punya proyek raksasa di Bangalore, India. Mereka membangun kota mandiri seluas 4.000 hektare–dua kali Bintaro Jaya. Untuk proyek itu, Limitless mengucurkan US$ 12 miliar (sekitar Rp 111 triliun). Di negara asalnya, Limitless juga sedang membangun Arabian Canal sepanjang 75 kilometer dengan lebar 150 meter. Kanal yang menghubungkan Dubai dengan daerah pedalaman ini menghabiskan US$ 11 miliar (sekitar Rp 102 triliun).

Sebelum Limitless, sebenarnya sudah ada International Leasing & Investment Company (ILIC), perusahaan investasi dari Kuwait, yang masuk pasar properti Indonesia. Mereka membeli 15,1 persen saham PT Perdana Gapura Prima Tbk. lewat penawaran saham perdana pada November lalu. Perusahaan ini dimiliki Islamic Development Bank, Arab Saudi, bersama Aref Investment Group, Kuwait. Di Indonesia, selain membeli saham Gapura, ILIC memiliki 33 persen saham perusahaan pembiayaan syariah, Ijarah Indonesia Finance.

Rosihan Saad, Sekretaris Perusahaan Perdana Gapura Prima, mengatakan ILIC juga mengajak perusahaan investasi Uni Emirat Arab, Dubai Investment Group Limited, membeli saham Gapura. Namun, porsi saham Dubai Investment ini kurang dari 5 persen. ”Mereka siap mendukung pembiayaan proyek-proyek prestisius Gapura,” kata Rosihan pekan lalu. Gapura memang tengah bersiap menggarap proyek Crowne City di Semanggi, Jakarta, dan dua proyek lain di koridor Jalan Gatot Subroto-Jalan M.T. Haryono.

Di belakang Limitless dan ILIC juga sudah antre Emaar Properties, salah satu raksasa properti di Uni Emirat Arab. Rencananya, bekerja sama dengan PT Bali Tourism Development Board, Emaar akan menggarap kawasan wisata di Lombok Selatan seluas 1.200 hektare. Jika terealisasi, proyek ini bernilai US$ 600 juta (Rp 5,5 triliun).

Bahkan, saat bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Dubai, pekan lalu, pemimpin Emaar menyatakan ingin menambah investasinya. ”Syekh Mohammed Ali Alabbar, pemilik Emaar, minta diizinkan membangun kota baru di sekitar Jakarta,” kata Alwi Shihab, Utusan Khusus Indonesia untuk Timur Tengah.

Sapto Pradityo, BHM (Dubai)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus