Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Layanan video streaming kian populer selepas migrasi televisi digital.
Vidio dan RCTI+ menuai tambahan jumlah pelanggan setelah program ASO berjalan.
Penonton mendapat lebih banyak pilihan dan kebebasan mengakses konten.
DULU hampir setiap hari Windu mencari konten video streaming di Internet yang menyajikan berita atau tayangan lain. Awalnya pegawai kantor pajak di Balikpapan, Kalimantan Timur, ini tak punya kanal langganan lantaran dia mencari konten secara acak. Namun acara Piala Dunia 2022 di Qatar mengubah kebiasaan itu.
Pria 50 tahun tersebut berlangganan akun Vidio, penyedia layanan streaming video milik PT Surya Citra Media Tbk yang memiliki kontrak eksklusif penyelenggaraan Piala Dunia. Windu juga memanfaatkan Vidio untuk menonton siaran televisi atau video lain yang disajikan platform tersebut. "Bisa menonton tayangan ulang, misalkan enggak sempat nonton televisi secara langsung," katanya kepada Tempo, Jumat, 13 Januari lalu.
Hal serupa dilakukan Rinangga Widya, karyawan swasta di Jakarta. Pria 32 tahun ini bahkan berlangganan paket platinum Vidio sejak dua tahun lalu yang ongkosnya Rp 199 ribu setahun. Pada November 2022, Rinangga menambah paket khusus berlangganan untuk menyaksikan Piala Dunia yang ternyata berlaku sampai Februari 2023.
Sebetulnya tayangan sepak bola itu bisa ia saksikan di televisi. Namun setelah pemerintah menjalankan program analog switch-off (ASO) atau migrasi ke siaran televisi digital dari analog, Rinangga merasa kerepotan. Sebab, dia harus menyetel ulang perangkat televisinya dan membeli antena khusus penangkap siaran digital. Itu pun tak ada jaminan siaran bakal lancar lantaran sinyal digital kadang byar-pet. Ketimbang repot, dia memilih berlangganan Vidio. "Tidak ada gangguan sama sekali," ujarnya pada Sabtu, 14 Januari lalu.
Tayangan olah raga menjadi salah satu konten andalan Vidio. Selain menghadirkan Piala Dunia, platform itu antara lain menyajikan La Liga Spanyol dan Liga Primer Inggris serta pertandingan basket NBA. Vidio juga menyiarkan lebih dari 50 kanal siaran televisi streaming yang bisa diakses secara cuma-cuma.
Untuk menambah daya tarik, Vidio menghadirkan tayangan lokal seperti film dan sinetron. Tahun lalu, misalnya, Vidio mengeluarkan 37 judul film tayangan orisinal atau setara dengan satu judul per sembilan hari. "Angka itu jauh di atas kemampuan para pemain global," ucap Direktur Utama Surya Citra Media Sutanto Hartono kepada Tempo, Jumat, 13 Januari lalu.
Vidio agresif menambah konten lantaran angka permintaannya tinggi. Berdasarkan data Media Partners Asia (MPA), pada kuartal II 2022, sebanyak 34 persen dari semua konten platform streaming video di Indonesia menyajikan tayangan lokal. Angka itu jauh lebih besar dari konten drama Korea Selatan atau K-drama yang sebesar 26 persen ataupun tayangan dari Amerika Serikat, termasuk film Hollywood, yang sebanyak 16 persen. MPA menyebut Vidio sebagai pemimpin pasar streaming video di Indonesia, dari sisi konsumsi video premium, dengan jumlah pelanggan 3,5 juta.
Adapun laporan Nielsen Streaming Content Ratings menyatakan Vidio unggul dibanding platform asing seperti Netflix dan Disney+ Hotstar dari sisi penggunaan. Nielsen menyebutkan Vidio unggul berkat konten lokal dan menjadi layanan over-the-top nomor wahid dalam kategori pengguna aktif bulanan dan total waktu streaming. Di Asia Tenggara, Vidio merengkuh 35 persen pangsa pasar pelanggan baru, melampaui Netflix, Disney+, dan WeTV.
Selain konten lokal yang menjadi andalan, Piala Dunia tak bisa dimungkiri sebagai momen emas bagi Vidio. Menurut Managing Director Vidio Monika Rudijono, ada sejumlah rekor yang tercapai berkat siaran streaming laga Piala Dunia Qatar 2022. Saat itu Vidio mencetak total waktu menonton 4 miliar menit, memperoleh 30 juta unique watcher atau pengguna, dan mendapatkan lebih dari 262 juta total play atau penayangan oleh pelanggan. Vidio, menurut Monika, mencatatkan peningkatan jumlah pengguna harian atau daily active user untuk konten olahraga. "Naik 218 persen selama penyelenggaraan Piala Dunia," ujarnya.
Di sisi lain, berlakunya ASO pada 2 November 2022 membuat jumlah pengguna Vidio melonjak. Monika mengatakan ASO mengerek naik jumlah pengguna Vidio hingga 45 persen pada akhir tahun lalu. Selain berdampak naiknya jumlah pengguna layanan streaming, program itu menguntungkan bagi pemain siaran televisi free-to-air. Surya Citra Media, yang juga pemilik stasiun televisi SCTV dan Indosiar, beroleh berkah berupa area jangkauan yang lebih luas. Jika dibandingkan, siaran analog SCTV dan Indosiar menjangkau 139 kota/kabupaten dengan perkiraan 153 juta penonton. Namun, setelah stasiun televisi beralih ke siaran digital, jumlah pemirsanya naik menjadi 206 juta orang di 238 kabupaten/kota.
Meski begitu, tak dapat dimungkiri bahwa, pada awal pemberlakuannya, ASO membuat jumlah penonton merosot. "Ini terjadi karena tingkat kepemirsaan terkait dengan kepemilikan pesawat televisi dan perangkat penerima siaran digital yang dimiliki masyarakat," tutur Sutanto Hartono. Namun dia yakin penurunan itu hanya sementara karena, merujuk pada data Nielsen, pada 1 Januari lalu penetrasi siaran televisi digital sudah mencapai 73 persen dari total penonton, melesat dari 42 persen pada awal penerapan ASO. Penyebab lain adalah siaran digital bisa dijangkau dengan banyak cara, misalnya lewat sistem DTH (parabola), IPTV (televisi kabel), atau streaming video seperti yang disediakan Vidio. "Multiplatform digital memungkinkan jangkauan yang lebih tinggi, bahkan meningkatkan konsumsi tontonan konten," kata Sutanto.
Penguasa pasar siaran televisi lain, PT Media Nusantara Citra Tbk atau MNC Group, tak kalah dalam hal layanan streaming video. MNC menyajikan platform RCTI+ dan Vision+ untuk melengkapi layanan televisi free-to-air. RCTI+ yang beroperasi sejak Agustus 2019 menyediakan layanan tak berbayar agar masyarakat bisa menonton program acara televisi free-to-air secara langsung ataupun siaran tunda. Ada pula konten tambahan yang menjadi perpanjangan dari tayangan utama. "RCTI+ ini ada nilai tambahnya, dibuat untuk menjangkau penonton muda," ucap Chief Operating Officer RCTI+ Helmi Balfas pada Jumat, 13 Januari lalu.
Menurut Helmi, RCTI+ tidak ditujukan untuk mengalihkan penonton free-to-air ke platform digital, yang membutuhkan koneksi Internet. Meski begitu, dia mengakui, saat program ASO berlangsung, tercatat peningkatan jumlah penonton RCTI+ sebesar 20-25 persen pada November 2022-Januari 2023. "Saat ASO diimplementasikan, masih banyak penonton yang mungkin belum mendapat sinyal atau perangkat siaran digital. RCTI+ bisa menjadi opsi bagi mereka yang tidak bisa mengakses televisi digital," ujarnya.
RCTI+ mendapat momen emas berupa pertumbuhan pelanggan yang signifikan pada 2020-2021. Saat itu, Helmi menerangkan, pengguna RCTI+ bertambah karena sinetron Ikatan Cinta. Pada 2021, tercatat ada 64 juta pengguna aktif RCTI+ dan pada tahun berikutnya angka itu naik menjadi 66 juta. "Ini salah satu konten yang mendorong pemirsa di luar konten pencarian bakat, seperti Indonesian Idol," tuturnya.
Berkah yang dirasakan RCTI+ juga berdampak pada saudaranya, Vision+. Pemberlakuan ASO, menurut Managing Director Vision+ Clarissa Tanoesoedibjo, menggenjot peningkatan jumlah pengguna layanan streaming berlangganan yang berada di bawah payung PT MNC Vision Networks Tbk. Vision+ menyajikan konten streaming film, serial, dan tayangan televisi. "Ada peningkatan dalam pengguna layanan Vision+ TV," katanya tanpa menyebutkan angka.
Menurut Clarissa, puncak peningkatan jumlah pengguna aplikasi Vision+ terjadi pada kuartal II 2020 sampai akhir 2021. Sampai saat ini jumlah pengguna aktif Vision+ mencapai 40 juta. Peluang untuk terus tumbuh, menurut dia, terlihat sejak masa transisi pelonggaran protokol pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat untuk mencegah penyebaran Covid-19. "Ada akselerasi perubahan tren pengguna Vision+ TV yang kami lihat sebagai peluang untuk bertumbuh dalam dua tahun ke depan," tuturnya.
Setelah ASO berlaku, Clarissa berharap penonton siaran televisi konvensional bisa bermigrasi ke platform streaming seperti Vision+. "Kami mempunyai kekuatan dalam akses dan eksklusivitas kanal ternama, termasuk RCTI, GTV, MNCTV, iNews, termasuk lebih dari 18 ribu video-on-demand eksklusif MNC Group," ujarnya.
Tak bisa dimungkiri, kian beragamnya konten siaran di platform streaming kian memanjakan pemirsa. Bagi pekerja seperti Windu dan Rinangga Widya yang tak punya banyak waktu untuk menonton siaran televisi secara langsung, layanan streaming ini menjadi obat. Mereka jadi punya kebebasan untuk mengacak kanal dan memilih tontonan sesuai dengan waktu dan kebutuhan. "Kami yang memilih, bukan dipilihkan," kata Windu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo