Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Penerapan BI Fast akan meningkatkan lalu lintas transaksi digital.
Bank berpeluang menggenjot pendapatan berbasis komisi.
Penggunaan aplikasi digital untuk transfer antarbank akan berkurang.
JAKARTA — Penerapan infrastruktur Bank Indonesia Fast Payment (BI Fast) diproyeksikan dapat meningkatkan lalu lintas transaksi sistem pembayaran digital pada 2022. Senior Vice President Transaction Banking Retail Sales PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Thomas Wahyudi, mengungkapkan implementasi BI Fast akan semakin mendorong minat nasabah untuk bertransaksi secara elektronik melalui e-channel perbankan. Sebab, sistem baru tersebut menawarkan transaksi secara seketika dengan biaya yang hemat. BI Fast mendorong penurunan biaya transfer antarbank, dari sebelumnya Rp 6.500 menjadi maksimal Rp 2.500.
“Kami berharap transaksi transfer dapat meningkat signifikan, dengan biaya yang lebih ekonomis,” ujar Thomas kepada Tempo, kemarin. Dia menuturkan aktivitas transfer merupakan transaksi yang dominan di dalam e-channel Bank Mandiri. Kesempatan untuk menggenjot pertumbuhan pendapatan berbasis komisi atau fee based income dari peningkatan transaksi nasabah pun terbuka lebar. “Kami menargetkan fee based income tumbuh 10-15 persen pada tahun depan.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Optimisme juga ditunjukkan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang menargetkan kelanjutan pertumbuhan kinerja pendapatan komisi pada 2022. Sekretaris Perusahaan BRI, Aestika Oryza Gunarto, berujar, hingga akhir 2021, BRI bakal menjaga kinerja fee based income tumbuh di kisaran 8 persen secara tahunan. “Saat ini komposisi terbesar fee based income BRI disumbang oleh biaya terkait dengan e-channel yang jumlahnya mencapai 41 persen,” ucap dia.
BRI, kata Aestika, akan terus menciptakan transaksi berbasis dana murah pada platform ekosistem digital. Di antaranya melalui pembukaan rekening simpanan digital yang saat ini pertumbuhannya mencapai 460 persen serta pembaruan fitur superapss BRImo. “Kami juga terus mendorong transaksi melalui penguatan payroll integrated system serta business-to-business platform onboarding, seperti Junio Smart, BRIMOLA, BRISmart, dan BRIStore,” kata Aestika.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. TEMPO/M Taufan Rengganis
Pasca-implementasi BI Fast, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan transaksi digital kian menggurita pada 2022. Bank sentral memprediksi nilai transaksinya mencapai Rp 48 ribu triliun pada 2022. Selain transfer, transaksi e-commerce dan uang elektronik meningkat pesat, yang masing-masing mencapai Rp 530 triliun dan Rp 337 triliun.
Sementara itu, ekonom Institute for Development of Economics and Finance, Nailul Huda, menuturkan, dengan adanya BI Fast, volume transfer antarbank di perbankan konvensional semakin meningkat seiring dengan perpindahan preferensi nasabah. Sebagaimana diketahui, saat ini nasabah banyak memilih menggunakan bank digital maupun platform teknologi finansial dan dompet digital untuk melakukan transfer lintas bank sebagai upaya menekan biaya. “Karena sekarang biaya transfer sudah berkurang signifikan, preferensi nasabah bisa berubah dan penggunaan aplikasi digital untuk transfer antarbank akan berkurang,” katanya.
Di tengah perkembangan digitalisasi yang pesat, kata Nailul, efisiensi biaya akan menjadi fokus utama industri jasa keuangan. Adapun bank digital, platform teknologi finansial, dan dompet digital sudah lebih dulu menerapkan biaya transfer murah bahkan gratis kepada nasabah. Sedangkan bank konvensional menerapkan tarif transfer antarbank sebesar Rp 6.500.
GHOIDA RAHMAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo