Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bermula dari bankir bali

Bagi pimpinan bank bali, i gusti made oka, 57, hadiah buat nasabah bank sudah lama dilakukan. tak cukup dengan hadiah, jaminan keamanan dan pelayanan yang baik lebih disukai nasabah.

10 Juni 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERSAINGAN antarbank yang kini memuncak justru menguntungkan rara nasabah. Tak cuma pemherian hadiah. Kini bank mulai serius merancang pelayanan prima. "Kalau perlu, kita jemput door to door" kata bos PT Bank Dagang Bali, I Gusti Made Oka. Kalau perkara hadiah itu sudah kuno buat oka. 57 tahun. Pada tahun 1971, setahun setelah BDB berdiri, Oka sudah merintis heleid royal ini. Saat itu Oka -- yang tak pernah mengenyam pendidikan formal perbankan -- menghadiahi penabung di banknya Rp 10 ribu. Lalu. makin lama makin berani. Hadiah meningkat ke sepeda, mesin jahit, televisi, skuter, mobil, sampai akhirnya sejak ]986 ia memasang rumah dan tanah sebagai hadiah pertama. Meskipun begitu, ia merasa masih ada yang kurang. Maka, diterjunkannya barisan pemulung dana, lagi-lagi untuk meningkatkan pelayanan kepada nasabah. Inilah yang sekarang ditiru berbagai bank. Para nasabah tak usah pusing-pusing. Bahkan petugas bank yang ambil inisiatif. Mereka akan mendatangi uang yang biasa disimpan di bawah bantal. Di Bali, tak cuma Oka yang main jemput. Bank Sari Partha malah mengerahkan gadis-gadis manis untuk merayu ibu-ibu. Dan ternyata cukup efektif. Sekali kunjungan di kampus Universitas Udayana, misalnya, bisa tersedot Rp 3 juta. "Kalau baru gajian, malah bisa Rp 9 juta," kata Kadek, salah seorang gadis perayu itu. Di Medan, Bank Susila Bhakti mengupayakan hal yang sama. Cuma BSB agak enggan meladeni eceran. Barisan penjemput baru beraksi jika penabung jumlahnya banyak dan kolektif. Untuk menyenangkan nasabah, BSB sengaja mencetak buku tabungannya berbentuk buku cek yang enak digenggam. "Lebih bergengsi dibawa ke mana-mana," kata seorang manajer di BSB . Para bankir tampaknya semakin sadar bahwa tak cukup iming-iming hadiah tanpa disertai pelayanan yang baik. Tapi yang berpantang hadiah juga ada. "Nasabah tak mengharapkan hadiah, kok," demikian pendapat Direktur PT Bank Nilai Inti Sari Penyimpanan (ISP), Anwary Surjaudaja. Dia tidak asal omong. Pendapatnya itu adalah hasil penelitian yang dilakukan selama seminggu di kalangan pegawai negeri, ABRI, sampai pedagang kecil dan ibu mmah tangga. Dari seribu orang yang disigi oleh NISP, ternyata cuma 2% yang menganggap hadiah itu penting. "Jaminan keamanan dan pelayanan yang baik jauh lebih disukai," kata Anwary. Itu sebabnya sampai sekarang Baik NISP belum repot dengan hadiah. Kalaupun nanti akhirnya ikut arus, bukanlah untuk mencari nasabah sebesar- besarnya. "Itu bonus buat nasahah, tekanan kami tetap pada keamanan dan pelayanan," katanya. Seirama dengan NISP adalah Bank Internasional Indonesia (BII). Tak beken, tapi BII punya tabungan yang diberi nama Tabungan Visa BII. Buat BII, ini produk sederhana, hanya, "Namanya saja yang agak seksi," kata Vice Chairman BII, Boediarto Boentaran. Namun, ia mempertaruhkan banyak dana untuk menyelenggarakan tabungan ini. Agaknya, ia lebih senang mengeluarkan uang untuk menambah perangkat lunak dan personel ketimbang buat hadiah. "Agar kualitas pelayanan tamhah baik, inventasinya juga tak main-main." katanya. Semanggat untuk melayani sebaik mungkin akhirnya meramhat ke luar urusan tabungan . BII masih bisa disebut lagi di sini. Iklanlya menjanjikan: cuma 30) menit waktu yang dibutuhkan untuk mengurus kartu kredit dan kredit pemilikan rumah. Pemilik kartu kredit di BII pun akan dimanjakan. Misalnya, akan ada kartu ulang tahun yang dikirim ke nasabah, agar mereka makin dekat dengan bank. "Kakau perlu kami kirim kuenya," kata Direktur Operasional BII, Ryza J. Adam. Pemasangan mesin bayar otomatis -- automatic teller machine -- saat ni juga mulai meluas. Ini pelayanan puncak dan perbankan modern. Setiap saat, nasabah bisa mengambil atau menyetor duit. Pelopornya ternyata I Gusti Made Oka, yang sudah memulainya tiga tahun lalu. Tapi bank-bank Ibu Kota haru belakangan ikut terjangkit. Maklum, harga mesin itu mahal, Rp 200 juta sebuah. Bank BNI, contohnya, sudah memasang enam buah di beberapa sudut Jakarta. Untuk sementara, mesin ini masih meladeni pemegang giro. Namun, tak lama lagi, penabung di BNI pun akan bisa menggunakannya. Tenang saja, pokoknya servis terbaik buat Anda. Syaratnya gampang: jangan biarkan duit mendekam di bawah bantal.Yopie Hidayat, Budiono Darsono, Moebanoe Moera

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum