KORAN-KORAN Amerika belakangan ini memakai headline
(kepala-berita) a.l.: Dollar Terpukul di Frankfurt. Usaha
Penyelamatan Gagal untuk Mengatasi Ketegangan Dollar-Yen.
Semua itu, demikian komentar New York Times, "berbunyi seperti
perang." Hal yang membuat kepala-berita keuangan itu jadi seram
ialah meningkatnya nilai mark Jerman dan yen Jepang. Akibatnya,
Volkswagen dan Toyota menjadi lebih mallal di pasaran Amerika.
Itulah yang memang ditunggu oleh Detroit, pusat industri mobil
Amerika, menghadapi persaingan dari seberang lautan.
Dollar di pasar uang Eropa sudah jatuh ke sekitar 2.13 dan 2.14
mark. Pada tingkat ini Jerman Barat sudah resah, melesukan
kemampuannya sebagai 'lokomotif di Eropa. Jika dollar lebih
merosot lagi, katakanlah ke 2.00 mark, menurut analisa di
Frankfurt, pertumbuhan 'lokomotif itu sendiri terancam yang
mungkin bisa menjerumuskan seluruh Eropa ke resesi ekonomi.
Berusaha mencegah bencana itu, bank sentral Jerman aktif
memasuki pasar uang, menyedot dollar dalam jumlah besar. Dalam
tiga bulan terakhir ini sudah disedotnya sebanyak $ 4,7 milyar
tapi, demikian Bonn berpikir, sampai berapa lama bisa
terus-terusan begini, mengingat dollar tetap membanjir.
Merusak Orang Lain
Maka belakangan ini bila Kanselir Helmut Schmidt di Bonn
berkumpul dengan para pembantunya, jarang soal domestik menjadi
topik pembicaraan karena pikiran mereka selalu diganggu dollar.
Bonn menganjurkan supaya pemerintahan Carter mengadakan
intervensi di pasaran dollar seperti apa yang sudah dilakukan
bank sentral Jerman. Para pejabat Jerman juga telah meningkatkan
intervensi itu mulai pertengahan Desember dengan menjatuhkan
sukubunga minimum pinjaman bank sentral kepada lembaga-lembaga
keuangan ke 3% dari 3'h% Ini bertujuan mengurangi daya tarik
mark bagi kaum spekulator. Kemudian orang asing telah dilarang
pula membeli surat berharga bank Jerman dengan sukubunga yang
berjangka dua sampai empat tahun. Perbankan Jerman dBnintai pula
mulai I Januari meningkatkan prosentase deposit yang berasal
luar negeri sebagai cadangan, yang juga bertujuan mengerem
spekulator asing.
Di Tokyo, bank sentral juga memborong dollar sebagai
intervensinya untuk mencegah kenaikan yen. Namun yen tetap
mengambang lebih mahal ke tingkat sekitar 238 dari lebih 240
untuk satu dollar. Ada tanda-tanda bahwa orang Amerika ingin
melihat yen itu diseret terus sampai ke tingkat 200, kalau bisa
sebagai tekanan pada Jepang untuk mengurangi surplus
perdagangannya.
Di Washington, Departemen Keuangan gembira menyambut intervensi
dollar di negeri lain, tapi mencegah bank Federalnya melakukan
hal serupa. Maka bertubi-tubi politik Washington dikecam
terutama oleh orang Eropa, sebagai telah sengaja mengabaikannya
supaya merusak orang lain - malign neglect.
Akhirnya Presiden Carter minggu lalu mengumumkan satu paket
untuk memperbaiki posisi dollar ini. Besarnya impor minyak,
kata Carter, telah membuat dollar lemah. Dianjurkannya supaya
impor minyak itu dibatasi dan supaya ekspor ditingkatkan. Namun
pemerintahannya masih cenderung berlepas tangan di pasar uang
dan membiarkan dollar mengambang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini