Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PANEN cengkeh sudah usai. Tak kelihatan lagi petani yang turun
ke Manado berbelanja barang mewah. Gema pungli cengkeh di
Sulawesi Utara pun sudah berlalu. Tapi pergunjingan sekitar
tataniaga komoditi ini belum selesai. Sekali ini menyangkut
BUUD/KUD yang berjumlah 19 di propinsi Sulut.
Berapa keuntungan tiap BWD/KUD sesudah usai panen, tak ada orang
luar mengetahui kecuali para pengurusnya. Unit koperasi itu
sebagai perantara resmi dalam jual-beli dari petani ke pedagang
cengkeh telah diizinkan memungut uang jasa Rp 100/Kg (TEMPO, 5
Nopember).
Dari 15.000 ton produksi Sulut setahun, dengan demikian ditaksir
pungutannya bisa mencapai Rp 15 milyar. Sedap jumlahnya. Sesudah
dipotong segala biaya usaha, sisanya pasti masih sedap. Mungkin
belum terpungut sebanyak itu, mengingat sebagian petani,
terutama mereka yang berproduksi lebih 5 ton, belum menjual
semua simpanan cengkehnya.
Namun persoalan ialah pembukuan BUUD ini tidak selalu beres dan
pemanfaatan kekayaannya pun agak menyimpang. Kasus yang tak
beres itu sebagian sudah tercium oleh Kejaksaan. Di Tomohon,
beberapa waktn berselang, misalnya terjadi pergantian pengurus
BUUD yang jadi ramai. Kejadian itu rupanya menyusul angka Rp 10
juta yang tersesat dari pembukuan di masa pengurus lama.
Tuduh-menuduh terdengar pula dari BUUD di kecamatan Belang,
yang sedang digarap oleh Kejaksaan Tondano.
Bagi-bagi Gratis
"Saya tahu ada penyelewengan di beberapa BUUD/KUD,", kata W.
Punuh, kepala Biro Ekonomi Pemda Sulut. Sorotannya terutama
tertuju pada Tondano, di mana BUUD-nya menyerap sampai 1000 ton
lebih. Wilayah Tondano sendiri berproduksi cuma 100 ton, tapi
banyak petani di sekitarnya pergi ke situ menjual, terutama
karena harga pembelian BUUD-nya lebih menarik. Ini membuat BUUD
di tempat lain menggerutu. Antara sesama BUUD terdapat semacam
kompetisi mengumpulkan uang, apalagi para pengurusnya ada yang
bebas pula membeli mobil baru.
Tondano beruntung mendapat dukungan modal dari beberapa pedagang
non-pribumi -- kakitangan dari PT Jarum, Bentul, Kencana Tulus,
Benteng Tulus, Panca Jaya dsb. Berbeda dengan BUUD di tempat
lain umumnya, Tondano tidak lagi terlalu bergantung pada kredit
bank. Kebetulan bank belum gampang percaya pada BUUD yang pernah
menunggak hutang. Dan BUUD Tondano pun, karena warisan ulah
pengurus lama, masih berhutang pada BRI.
Sementara itu, menurut laporan koresponden TEMPO Phill M. Sulu,
ada pula BUUD seperti di kecamatan Eris yang dalam waktu 6 bulan
dapat laba bersih Rp 74 juta tapi tak tahu akan diapakan
kekayaan mendadak itu. Maka ia, menjelang Natal, membagi-bagi
bahan kebutuhan hidup pada semua petani di kecamatannya secara
gratis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo