Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Buku Yang Menyimpang

Beberapa buud/kud yang mengurus cengkih di sulawesi utara terlibat penyelewengan, a.l buud tondano yang banyak menarik petani, sehingga buud yang lain merasa tersaing. (eb)

31 Desember 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PANEN cengkeh sudah usai. Tak kelihatan lagi petani yang turun ke Manado berbelanja barang mewah. Gema pungli cengkeh di Sulawesi Utara pun sudah berlalu. Tapi pergunjingan sekitar tataniaga komoditi ini belum selesai. Sekali ini menyangkut BUUD/KUD yang berjumlah 19 di propinsi Sulut. Berapa keuntungan tiap BWD/KUD sesudah usai panen, tak ada orang luar mengetahui kecuali para pengurusnya. Unit koperasi itu sebagai perantara resmi dalam jual-beli dari petani ke pedagang cengkeh telah diizinkan memungut uang jasa Rp 100/Kg (TEMPO, 5 Nopember). Dari 15.000 ton produksi Sulut setahun, dengan demikian ditaksir pungutannya bisa mencapai Rp 15 milyar. Sedap jumlahnya. Sesudah dipotong segala biaya usaha, sisanya pasti masih sedap. Mungkin belum terpungut sebanyak itu, mengingat sebagian petani, terutama mereka yang berproduksi lebih 5 ton, belum menjual semua simpanan cengkehnya. Namun persoalan ialah pembukuan BUUD ini tidak selalu beres dan pemanfaatan kekayaannya pun agak menyimpang. Kasus yang tak beres itu sebagian sudah tercium oleh Kejaksaan. Di Tomohon, beberapa waktn berselang, misalnya terjadi pergantian pengurus BUUD yang jadi ramai. Kejadian itu rupanya menyusul angka Rp 10 juta yang tersesat dari pembukuan di masa pengurus lama. Tuduh-menuduh terdengar pula dari BUUD di kecamatan Belang, yang sedang digarap oleh Kejaksaan Tondano. Bagi-bagi Gratis "Saya tahu ada penyelewengan di beberapa BUUD/KUD,", kata W. Punuh, kepala Biro Ekonomi Pemda Sulut. Sorotannya terutama tertuju pada Tondano, di mana BUUD-nya menyerap sampai 1000 ton lebih. Wilayah Tondano sendiri berproduksi cuma 100 ton, tapi banyak petani di sekitarnya pergi ke situ menjual, terutama karena harga pembelian BUUD-nya lebih menarik. Ini membuat BUUD di tempat lain menggerutu. Antara sesama BUUD terdapat semacam kompetisi mengumpulkan uang, apalagi para pengurusnya ada yang bebas pula membeli mobil baru. Tondano beruntung mendapat dukungan modal dari beberapa pedagang non-pribumi -- kakitangan dari PT Jarum, Bentul, Kencana Tulus, Benteng Tulus, Panca Jaya dsb. Berbeda dengan BUUD di tempat lain umumnya, Tondano tidak lagi terlalu bergantung pada kredit bank. Kebetulan bank belum gampang percaya pada BUUD yang pernah menunggak hutang. Dan BUUD Tondano pun, karena warisan ulah pengurus lama, masih berhutang pada BRI. Sementara itu, menurut laporan koresponden TEMPO Phill M. Sulu, ada pula BUUD seperti di kecamatan Eris yang dalam waktu 6 bulan dapat laba bersih Rp 74 juta tapi tak tahu akan diapakan kekayaan mendadak itu. Maka ia, menjelang Natal, membagi-bagi bahan kebutuhan hidup pada semua petani di kecamatannya secara gratis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus