Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Bisnis Sepekan

28 Mei 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kredit Ekspor, Siapa Suka

Inilah salah satu keganjilan ekonomi kita: mata uang merosot, tapi ekspor tak juga melonjak. Betul, ekspor mulai beranjak naik, tapi lajunya tak secepat penurunan kurs. Salah satu penyebab kemacetan itu adalah sulitnya pengusaha Indonesia memperoleh kredit ekspor atau L/C untuk mengimpor bahan baku. Walhasil, dunia usaha Indonesia seperti kembali ke zaman batu: semua transaksi harus dilakukan secara kontan.

Namun, kesulitan itu, moga-moga saja, akan segera berakhir. Pekan lalu, pemerintah mulai menyiapkan dana Rp 50 triliun untuk menjamin kredit ekspor. Penyalurannya akan dilakukan sebuah sindikasi yang terdiri dari Bank Mandiri, BNI, dan tujuh bank swasta lain, termasuk Standard Chartered Bank dan Citibank. "Bulan depan kredit itu mulai mengucur," kata Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Luhut Panjaitan.

Untuk sementara, kredit itu akan disalurkan untuk 16 jenis industri yang berorientasi ekspor, seperti tekstil, baja, dan elektronik. Fasilitas kredit ini jelas bakal menggembirakan para eksportir. Cuma soalnya: kriteria apa yang akan menentukan siapa yang berhak mendapat fasilitas? Boleh jadi, seperti yang sudah-sudah, fasilitas ini ternyata jatuh ke tangan pengusaha yang itu-itu juga. Alih-alih ekspor meningkat, kredit macet malah bisa kembali meledak.


Hukuman Tambahan Freeport

Ini buntut dari bobolnya Wanagon. Selain dilarang membuang limbah ke Wanagon dan mengurangi produksi bijih tembaga dari 230.000 ton jadi 200.000 ton sehari, Freeport juga harus membersihkan Wanagon agar danau di atas gunung itu tak terancam bahaya longsor lagi.

Pelbagai hukuman itu ternyata telah mengguncang bursa internasional. Muncul spekulasi, harga tembaga akan meningkat, seiring dengan berkurangnya pasokan bijih tembaga akibat pembatasan produksi tersebut. Maklum, "Ini menyangkut jumlah yang tidak kecil," ujar seorang broker di New York, seperti dikutip Reuters.

Tak aneh, para petinggi Freeport mati-matian berupaya mengentengkan dampak hukuman tersebut. Dari kantor pusatnya, direktur komunikasi Freeport-Mc'MoRan, Bill Collier, menyatakan bahwa Freeport saat ini sudah tidak lagi membuang limbah di Danau Wanagon. "Kami memiliki tempat pembuangan limbah alternatif di Lembah Carstenz," katanya. Perihal pembatasan produksi bijih tembaga, Collier menyebutnya sebagai "pembatasan sementara" yang tak bakal berdampak pada produksi tembaga.

Tapi betulkah? Kita lihat saja lanjutan lakon Freeport berikutnya.


Salim Jawa Membeli Salim Arab

Raja mi dunia, Indofood Sukses Makmur, mengumumkan rencananya membeli saham Pinehill Arabia dan pabrik susu Indomilk.

Langkah ini akan mengukuhkan Salim sebagai jagoan akuisisi internal. Pinehill merupakan keluarga Salim yang memproduksi mi instan di Arab Saudi. Begitu juga pabrik susu Indomilk, yang sahamnya kini dijaminkan Salim ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional.

Untuk membiayai akuisisi itu, Indofood akan menerbitkan obligasi Rp 1 triliun, Juni nanti. Selain untuk menggelar akuisisi internal, sebagian besar (75 persen) dana obligasi itu juga akan digunakan untuk membangun kilang minyak sawit baru di Dumai, menambah kapasitas industri makanan bayi di Bogor, dan juga membangun jaringan pemasaran terigu curah (bulk).

Boleh jadi, dengan pelbagai jurus ini, kelompok Salim mulai membangun kembali kerajaan bisnisnya yang hancur lantaran krisis ekonomi dan tumbangnya sang patron: Soeharto.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus