Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bisnis Sepekan

15 Agustus 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Serah-Terima CN-235

KEMELUT berkepanjangan di tubuh PT Dir-gantara Indone-sia tak menyurutkan -ni-at- Malaysia membeli pesa-wat dari perusahaan pener-bangan pelat merah itu. Satu pesawat jenis CN-235-220 untuk kelas very important person (VIP) bahkan telah di-serahterimakan kepada Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM) di Ban-dung, Selasa pekan lalu.

”Yang penting, kualitas pesawat sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan Kerajaan Malaysia,” kata Panglima TUDM, Dato Sri Nik Ismail bin Nik Mohamed. Pesawat yang nantinya akan digunakan untuk perjalanan Per-dana Menteri Malaysia, Abdullah Ahmad Badawi, itu merupakan pesawat VIP kedua—dari total enam pesawat—yang dibeli Malaysia sejak 1999.

Pesawat ini didesain untuk 12 penumpang, dilengkapi interior serba luks dan per-alatan komunikasi cang-gih. Korea Selatan, Pakistan, dan Uni Emirat Arab juga telah membeli pesawat serupa berka-tegori VIP dari Dirgan-tara untuk digunakan sebagai pesawat kepresidenan.

BBM Naik Tahun ini

MEMBUBUNGNYA harga minyak dunia, yang pekan lalu sempat menembus US$ 65 per barel, membuat pemerintah tak punya ba-nyak pilihan. ”Saya tidak bisa menunggu lebih lama dari Januari (2006),” kata Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, pekan lalu, menge-nai kenaikan harga minyak di dalam negeri.

Tanpa langkah itu, ia beralasan, anggaran negara bakal jebol karena harus menanggung subsidi harga BBM yang kian membengkak. Pendapat senada diungkapkan Menteri Koordinator Perekonomian, Aburizal Bakrie. ”Pemerintah sedang membicarakan kemungkin-an kenaikan harga BBM,” katanya. Ketua Panitia Anggaran DPR, Emir Moeis, pun berpendapat bahwa kenaik-an harga BBM tak mungkin lagi dihindari.

Melambungnya harga mi-nyak- mentah di pasar inter-nasional dipicu oleh memanasnya hubungan Iran, salah satu penghasil minyak utama dunia, dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Suku Bunga SBI Naik

DALAM lelang pekan lalu, suku bunga sertifikat Bank Indonesia berjangka satu bulan kembali naik 21 basis poin menjadi 8,71 persen, dari sebelumnya 8,5 persen. Dana yang diserap BI dari lelang itu mencapai sekitar Rp 22 triliun—di atas target yang hanya Rp 21,5 triliun.

Sebelumnya, bank sentral telah menaikkan BI rate dari 8,5 persen menjadi 8,75 persen. BI rate merupakan patokan suku bunga yang ditetapkan BI untuk mencapai target inflasi. Patokan ini biasanya menjadi acuan pa-sar saat lelang SBI digelar-.

Kedua langkah itu diterapkan BI guna mengantisipasi lonjakan inflasi akibat membubungnya harga minyak dunia dan kemerosotan nilai tukar rupiah yang kini di kisaran Rp 9.800 per dolar.

BI pun melihat adanya ri-si-ko terhadap stabilitas makroekonomi terkait dengan kenaikan suku bunga bank sentral AS, Federal Reserve, sebesar 25 basis poin menjadi 3,5 persen. Menurut Kepala Peneliti Ekonomi Bank Internasional Indonesia, Fer-ry Latuhihin, kebijakan itu me-nun-jukkan kepanikan BI. ”Kebijakan BI tidak bisa lagi ditebak,” katanya ke-pada Ariyani dari Tempo.

Komatsu Keluar dari Bursa

PT Komatsu Tbk. memutuskan keluar dari Bursa Efek Jakarta, dan menjadi perusahaan tertutup. Langkah itu sejalan dengan kebijakan global Komatsu Ltd., induk perusahaannya di Jepang. ”Kami juga telah menghapus pencatatan saham di bursa efek Jepang (Nagoya Stock Exchange, Sa-pporo Securities Exchan-ge, dan Fukuoka Stock Exchange),” kata Direktur Uta-ma Komatsu, Budiarjo Sosrosukarto.

Sebagai bagian dari langkah delisting atau pengha-pus-an saham dari lantai bursa itu, Komatsu akan membeli saham milik publik lewat tender. Harga pembelian yang ditawarkan oleh produsen alat-alat berat ini Rp 8.500 per lembar saham. Ini berarti 60 persen lebih tinggi ketimbang harga-nya di pasar saat ini, yang ha-nya di kisaran Rp 5.300 per sa-ham. Tender digelar pada pertengahan Oktober hingga akhir November mendatang. ”Sehingga permohonan penghapusan saham dapat diajukan pada Desember,” kata Budiarjo.

Nu Skin di Indonesia

NU Skin, produsen dan distributor produk perawatan diri dan suplemen makanan asal Utah, Amerika Serikat, melebarkan sa-yap bisnisnya ke Indonesia. Selain membuka kantor perwakilan, perusahaan milik Blake M. Roney, yang punya jaringan 900 ribu distributor di seluruh dunia ini, men-gucurkan dana investasi sekitar US$ 20 juta.

“Indonesia merupakan ne-gara ke-41,” kata Andrew Fan, Kepala Perwa-kilan Nu Skin untuk Asean.

Menurut Kepala Perwakilan Nu Skin Indonesia, Agung Sardjojo, perusahaan yang didirikan pada 1984 ini bakal merambah sejumlah kota besar untuk mengembangkan bisnisnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus