Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Sudah Jatuh, Tertimpa Kuota

Industri menjerit akibat krisis gas. Pipa ”penyelamat” diperkirakan baru selesai pada 2007 dan 2008.

15 Agustus 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEUsai rapat maraton dua hari, akhir pekan lalu direksi PT Platinum Ceramics Industry di Surabaya mendadak puasa bicara. Padahal produsen keramik merek Platinum dan Asia Tile, dalam rapat itu, mem-bahas masalah sangat krusial: masa -depan roda produksi akibat berkurangnya pasokan gas.

Perusahaan yang mempekerjakan 1.500 karyawan ini patut waswas. Sebab, PT Perusahaan Gas Negara (PGN), yang memasok 60 persen kebutuhan energi gas alam untuk produksi, sejak awal bulan ini memberlakukan kuota 75 persen dari jatah sebelumnya.

Kebijakan itu memang belum tampak berpengaruh pada produksi. Namun, jika situasi semacam ini berlarut-larut, menurut Direktur Pemasaran PT Platinum Adi Gunawan, ”Produksi tak kan bisa optimal,” ujarnya kepada Kukuh S. Wibowo dari Tempo, Rabu malam pekan lalu. Dan tentu saja, yang dikhawatirkan akan ber-akibat pada nasib karyawan.

Bagi dunia industri, adanya kebijakan kuota gas tadi ibarat pepatah, su-dah jatuh tertimpa tangga. Setelah pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), krisis pasokan gas tentunya amat tak diharapkan. Sebab, ”Tak ada ruang untuk efisiensi,” kata M.S. Hidayat, Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia, kepada war-tawan Tempo Mawar Kusuma.

Krisis gas, khususnya di Pulau Jawa, sungguh tak dapat dipandang enteng. Catatan Badan Pelaksana Kegiatan Hu-lu Minyak dan Gas Bumi (BP -Migas) menyebutkan pasokan di Jawa Ti-mur merosot tajam karena turunnya pro-duksi—terutama di Blok Kangean yang dikelola Energi Mega Persada.

Dua tahun lalu, Blok Kangean ini mampu menghasilkan gas sampai 350 juta kaki kubik per hari. Gas itu didistribusikan ke tiga konsumen, yakni Petrokimia Gresik (57 juta kaki kubik), PLN (242 juta kaki kubik), dan PGN (60 juta kaki kubik). Sekarang produksinya tinggal 70 juta kaki kubik saja.

Khusus untuk pabrik pupuk, Kangean minimal harus memasok 50 juta kaki kubik per hari, karena gas satu-satunya bahan bakar. Sisanya dibagi dua antara PLN dan PGN. Beruntung, bulan ini PGN masih bisa memperoleh sekitar 35 juta kaki kubik karena Petrokimia Gresik tidak mengguna-kan kapasitasnya secara penuh. Pabrik pu-puk itu sedang dalam masa pemeliharaan.

Namun, bulan depan, ketika produksi Kangean diperkirakan turun menjadi 68 juta kaki kubik, pasokan ke Pe-tro-kimia justru harus kembali ke batas minimum. Otomatis, jatah untuk PGN tinggal 10 juta kaki kubik dari Kangean, sedangkan PLN hanya memperoleh 9 juta kaki kubik.

Selain dari Blok Kangean, PGN mendapatkan pasokan dari Blok Brantas—yang dikelola Lapindo. Produksi di blok itu kini tinggal 50 juta kaki ku-bik dari 80 juta kaki kubik. Sedangkan kontraktor lainnya, Kodeco, masih sanggup menyuplai 5-8 juta kaki kubik untuk PGN, setelah memasok 100 juta kaki kubik bagi PLN.

Di Jawa Barat, kondisinya tak jauh ber-beda. Produsen gas seperti PT Perta-mina (persero) dan BP sudah tak mam-pu menanggung laju permintaan di pro-vinsi ini, yang mencapai 700-800 juta kaki kubik per hari. ”Keterbatas-an pasokan itu sudah lama terjadi,” ka-ta Direktur Hulu Pertamina, Hari Kus-toro.

Pertamina hanya mampu memasok kurang dari setengah kebutuhan pro-vinsi ini, yaitu sekitar 300 juta kaki kubik per hari, yang didatangkan dari tiga lapangan terbesarnya di Subang, L-Parigi, dan Pasir Jadi. Konsumennya, di antaranya PT Pupuk Kujang dan pabrik baja, PT Krakatau Steel. Sedangkan BP hanya memasok untuk PLN dan PGN di Muara Karang.

Akibatnya, begitu pasokan ber-ku-rang, konsumen langsung menjerit. Pu---puk Kujang, misalnya, mengeluh ka-rena Pertamina mengurangi pasok-an menjadi 55 juta kaki kubik per ha-ri, sejak dua pekan lalu. Menurut staf pengembangan Gatot Supinarko, pro-duksi terpaksa hanya bisa mencapai 85 persen saja.

Lantas apa solusinya? ”Kami me-nung-gu pipa dari Sumatera Selatan ke Jawa,” kata Hari. Jika pemasangan pipa itu selesai, Pertamina mampu menambah 250 juta kaki kubik per hari. Rencananya, akan ada dua ruas pipa, yakni Pagar Dewa-Cilegon, serta Grissik-Muara Karang. Tapi pipa ”pe-nyelamat” itu diperkirakan baru selesai pada 2007 dan 2008.

Dara Meutia Uning, Retno Sulistyowati, M. Fasabeni, Nanang Sutisna (Cikampek)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus