Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

BPJT Usulkan Insentif untuk Calon Investor

Investasi jalan tol ditargetkan tumbuh hingga Rp 1.106 triliun pada 2024.

4 Februari 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pengerjaan pembangunan jalan Tol Kelapa Gading-Pulo Gebang Segmen Kelapa Gading-Pulo Gebang di kawasan Kelapa Gading, Jakarta, 3 Februari 2021. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • BPJT mengusulkan insentif perpanjangan konsesi proyek jalan tol.

  • Target investasi proyek jalan tol tahun ini mencapai Rp 887,4 triliun.

  • Proyek jalan tol dengan ROI 9-12 persen per tahun bisa menarik investor.

JAKARTA – Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mengusulkan insentif guna memancing masuknya pemodal baru untuk proyek jalan tol.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Anggota BPJT dari unsur akademikus, Eka Pria Anas, mengatakan investasi baru bisa mengalir lewat proyek yang diprakarsai perusahaan swasta ataupun pengembangan ruas jalan tol lama. “Insentif ini harus mengarah pada proyek di luar penugasan pemerintah. Harus dipisahkan mana tugas negara dan investasi baru,” kata dia, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Eka, para investor bisa dirangsang dengan tawaran konsesi yang lebih panjang dari rata-rata saat ini yang mencapai 40-50 tahun. Ada juga usul bantuan pendanaan untuk pengadaan lahan yang biasanya dihitung dalam kebutuhan investasi jalan tol. Jaminan ini bisa diatur pada awal kontrak pembangunan. “Saat biaya lahannya melebihi jumlah tertentu, bisa dibantu sebagian oleh pemerintah,” kata Eka.

Berdasarkan data BPJT, pemerintah sudah mengoperasikan 2.346 kilometer jalan tol hingga akhir tahun lalu. Tahun ini target panjang jalan tol mencapai 2.756 kilometer. Pada 2024, target panjang jalan tol yang beroperasi mencapai 4.500 kilometer. Saat itu transaksi jalan tol diperkirakan mencapai 7 juta kendaraan setahun, di atas tahun ini yang sebanyak 4 juta transaksi.  

Pembangunan jalan tol layang dalam kota ruas Kelapa Gading-Pulo Gebang di Kelapa Gading, Jakarta, 15 Oktober 2020. Tempo/Tony Hartawan

Eka mengatakan BPJT mempromosikan manfaat pembangunan jalan tol kepada pengembang kawasan. Pengelola hunian terintegrasi (transit-oriented development), real estate, serta kawasan ekonomi khusus bisa memprakarsai proyek jalan tol baru. Dengan demikian, kata Eka, orientasi proyek jalan tol tak hanya untuk menunggu break even point (nilai impas pengembalian investasi). “Tapi ada sumber value lain, yaitu potensi dari kawasannya,” ucap dia. “Selain dari transaksi tol, pendapatan bisa berasal dari industri atau wisata di sekitar jalan tol itu.”

Dalam diskusi virtual pada Selasa lalu, Kepala BPJT Danang Parikesit mengatakan lembaganya menyasar kenaikan investasi jalan tol sebesar 21,6 persen, dari Rp 729,5 triliun pada 2020 menjadi Rp 887,4 triliun tahun ini. Investasi asing ditargetkan mencapai Rp 20 triliun, dua kali lipat dari 2020 sebesar Rp 9,9 triliun.

Danang Parikesit. Tempo/Fardi Bestari

Menurut Danang, BPJT akan melelang sembilan proyek unsolicited atau prakarsa swasta pada kuartal pertama 2021, dengan nilai investasi Rp 142,5 triliun. Pada semester dua, ada beberapa proyek lain yang akan ditawarkan kepada investor.

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan infrastruktur yang bersifat komersial, seperti jalan tol, menarik bagi pemodal asing. Namun minat investor sangat bergantung pada imbal balik keuntungan (return of investment/ROI). “Jika ROI bisa 9-12 persen per tahun ketika operasi, bisa menarik investor. Tapi kan tidak semua proyek punya ROI tinggi,” ujarnya. Bhima mengatakan pemerintah cenderung menambal pendanaan proyek yang tingkat komersialnya rendah dengan utang baru.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Carmelita Hartoto, mengatakan keinginan swasta untuk mengambil proyek kemitraan dengan pemerintah belum loyo pada masa pandemi Covid-19. Namun, kata dia, sebagian besar pengusaha akan lebih waspada mengucurkan modal. “Aspek kepastian berusaha menjadi krusial karena pengusaha cenderung menerapkan strategi agar bisa survive dulu.”

YOHANES PASKALIS

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus