MENGENTASKAN kemiskinan mungkin bisa juga dilakukan oleh sebuah bank perkreditan rakyat (BPR). Itulah yang diharapkan terwujud di Sidoarjo, Jawa Timur. Dan salah satu pelopornya adalah BPR Syariah Baktimakmur Indah (SBI), yang Sabtu pekan lalu diresmikan Menteri Keuangan Mar'ie Muhammad. Beroperasi atas dasar syariat Islam, SBI merupakan bank yang tidak mengenal bunga. Setiap kredit yang diberikan akan dibagi berdasarkan bagi hasil. Menurut Presiden Komisaris SBI, Tjuk K. Sukiadi, sudah banyak nasabah yang mengajukan kredit dengan sistem bagi hasil atau dikenal dengan pinjaman mudarabah ini. Mereka datang dari pengusaha dan pedagang kelas menengah bawah, antara lain pedagang suyur-mayur dan perajin. "Basis kami memang wong cilik, yang selama ini kurang terjangkau bank umum," kata Sukiadi. Selain menyalurkan kredit, SBI juga menghimpun dana lewat deposito. Juga tanpa bunga. Untuk para deposan, pihak SBI memberikan 60% pendapatannya. Adapun untuk permodalan, SBI menjual sahamnya dengan nilai nominal Rp 10.000 per lembar. Saat ini, sudah terkumpul sekitar Rp 350 juta. Dari berbagai pengusaha Islam Jawa Timur yang membeli saham SBI, di antaranya terdapat Haji Moch. Noer dan Hoesein Soeriopranoto (Rajawali Nusindo). Wajar bila Mar'ie begitu antusias dengan BPR semacam ini. "BPR umum, kalau mau, silakan berubah jadi BPR syariah," katanya. Sejak muncul BPR syariah, 1991, hingga kini jumlahnya sudah mencapai 22 BPR. Menteri mengharapkan, pada akhir tahun ini jumlahnya meningkat menjadi 50 buah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini