SEBUAH tradisi baru diletakkan oleh majalah kedokteran dan
farmasi Medika yang baru menginjak usia 5 tahun. Hari ulang
tahunnya, 13 April dirayakan dengan sebuah resepsi meriah di
Hotel Sari Pacific, Jakarta. Tapi tidak seperti tahun-tahun
sebelumnya, kali ini majalah itu menyelenggarakan lomba
penulisan -- Medika Award.
Tujuannya, menurut dr. Kartono Mohamad, Pemimpin Redaksinya,
merangsang dokter Indonesia menuliskan hasil penelitian,
pengamatan, dan pengalamannya untuk dikomunikasikan dengan
sejawatnya. Selama ini, kata dr. Kartono, banyak penelitian yang
dilakukan di lingkungan fakultas hanya diketahui oleh kalangan
terbatas. "Lomba penulisan itu setidaknya akan turut membantu
arah perkembangan ilmu kedokteran Indonesia," lanjutnya.
Tanggapan para dokter cukup menggembirakan. Selama 1979 itu
tercatat 85 naskah tiba di meja redaksi Medika. Tapi setelah
melewati beberapa pertimbangan hanya 58 naskah dimuat, dan
kemudian dinilai tim juri yang terdiri dari Prof. Dr. Mahar
Mardjono, Prof. Dr. A.A. Loedin, Prof. Dr. Bintari Rukmono, Dr.
Priguna Sidharta dan Prof. Dr. T. Jakob.
Tergantung Iklan
Untuk golongan artikel, pemenang pertama: Acebutolol pada
pengobatan hipertensi dengan profil aktivitas renin plasma yang
berbeda-beda (karya R.P. Sidabutar, I. Darmasaputra A. Tanjong,
T.D. Situmorang), kedua: Kasus keracunan yang dirawat di rumah
sakit di Jakarta pada tahun 1975-76 (karya U. Sjamsudin, I.
Darmansjah, Soemarsono, T. Handoko S.K., dan ketiga: Beberapa
pengalaman pada penentuan kadar kholesterol total dalam serum
(karya Sugandi Suradiwidjaja).
Tim juri juga menilai naskah untuk golongan review (dengan 3
pemenang), dan golongan opini (dengan 2 pemenang). Selain
mendapat piagam penghargaan, para pemenang I, II, dan III
memperoleh uang tunai masing-masing Rp 250.000, Rp 150.000, dan
Rp 75.000. Semua hadiah itu disediakan oleh sponsor P.T. Rhone
Poulenc Indonesia Pharma.
Lomba penulisan ini, menurut dr. Kartono, akan dijadikan tradisi
setiap tahun. Dengan sering menyelenggarakannya ia berharap mutu
penulisan ilmiah di kalangan dokter akan menjadi lebih baik. Ia
masih sering menjumpai tulisan yang kurang berbobot yang masuk
ke meja redaksi. "Padahal sesungguhnya materi yang hendak mereka
sajikan cukup baik," ungkap dr. Kartono.
Penerbitan ini juga menyelenggarakan lomba iklan terbaik. Dengan
sebuah formulir isian, para pembacanya menyebutkan jenis iklan
yang dianggap baik. Ada 10 jenis iklan yang dinilai baik dalam
menyampaikan pesan promosi, dan penampilan design. Dan setelah
melewati undian, pembaca yang memilih iklan terbaik juga diberi
hadiah.
Semuanya itu memang dilakukan untuk mempopulerkan Medika
Majalah ini diterbitkan oleh Gabungan Perusahaan Farmasi
Indonesia. Semula terbit 2 bulan sekali, kini ia mampu muncul
tiap bulan. Karena pembacanya terbatas pada kalangan dokter --
jumlahnya sekitar 11.000 di Indonesia -- ia memang agak sulit
memperluas peredaran. Oplahnya kini 12.500, dibanding ketika
terbit 5 tahun lalu hanya 5.000.
Sejak semula Medika terbit dengan kertas HVS 80 gram (isi) dan
art paper (cover dan iklan). Pendapatannya sepenuhnya bergantung
pada iklan. Para dokter langganannya dikenai cukai Rp
2.000/tahun untuk ongkos kirim.
Banyakkah dokter yang menulis? Setiap bulan rata-rata 15 naskah
masuk ke meja redaksinya. Naskah yang masuk kini cenderung
meningkat. "Ini menunjukkan minat di kalangan dokter terhadap
pertukaran informasi semakin membaik," kata dr. Kartono.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini