KEMELUT Bank Umum Majapahit Jaya (BUMJ) kini belum juga teratasi, padahal dua bulan sudah berlalu. Manakala proses penyelesaiannya masih terkatung-katung, tiba-tiba menyembul kejutan baru. Memang bukan kemelut, tetapi masih sekitar bank dan jumlah dana yang lumayan besar. Topik pembicaraan kali ini adalah South East Asia Bank (SEAB), yang pekan lalu dikabarkan menerima suntikan dana encer dari Panin Bank sebesar Rp 15 milyar. Suntikan dana itu tidak disebabkan oleh direktur yang buron karena misalnya melakukan tindak pidana. Juga bukan karena ada deposito yang tidak dapat dicairkan. Singkat kata, tidak ada skandal. "Likuiditas SEAB masih tetap bagus, alias mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya," kata Prijatna Atmadja, Presiden Direktur Panin Bank. Lalu, untuk apa Panin menyuntikkan dana begitu besar? Ibarat pasien yang penyakitnya tidak terlalu parah, tentu tak perlu masuk ruang ICCU. Begitu ungkapan yang dikemukakan Prijatna tentang SEAB. Ia membenarkan bahwa Panin berniat mengedrop dana Rp 15 milyar pada bank ini. Tapi, bukan berarti SEAB tidak sehat. "Suntikan" itu semata-mata agar SEAB bisa berkembang lebih cepat. Dengan penjelasan itu Prijatna menegaskan bahwa SEAB, yang berkantor di bilangan Jakarta Kota itu, lain sama sekali dengan BUMJ. Juga berbeda dengan Bank Arta Pusara, yang pernah dibantu Panin dua tahun lalu. Pokoknya, SEAB tidak sedang dalam kesulitan. "Hanya memerlukan tambahan modal dan perbaikan manajemen," kata Prijatna kepada Bambang Sujatmoko dari TEMPO. Rencananya, setelah pembukuan SEAB selesai diaudit, di sana Panin akan memasang empat komisaris dan seorang direktur. Ini penting, "Karena manajemen SEAB selama ini diselenggarakan dengan sistem keluarga," kata Prijatna lebih lanjut. Di samping itu -- dan ini juga masih rencana -- Panin akan mencarikan investor lain, agar modal SEAB bertambah besar. Dengan begitu, kelak SEAB akan dimiliki oleh tiga pihak. Saat ini, modal SEAB (Rp 30 milyar, termasuk yang disuntikkan Panin) dikuasai oleh pemilik lama (Trisno Haryanto cs.), dan Panin Bank dengan pembagian saham 50:50. Apakah dengan langkah itu bisa diartikan Panin akan mencaplok SEAB? Hal ini dipertanyakan karena sejarah mencatat bahwa Panin merupakan pelopor pertama dalam merjer antarbank. "Sama sekali tidak. Kami tidak punya ambisi ke arah itu," jawab Prijatna. Alasannya, kalau mau melebarkan sayap, Panin bisa saja membuka cabang-cabang baru. Suara serupa dikemukakan oleh Handy Sunardio, Wakil Presdir SEAB. "Kalau memang cocok, apa salahnya kami menarik investor lain?" katanya. Apalagi Panin merupakan bank berpengalaman yang punya reputasi baik. Orang harus ingat, ujar Handy, bahwa Paninlah yang pertama kali melakukan merjer, dan dia pulalah yang pertama kali terjun ke pasar modal. Tampaknya, Handy merasa bangga dengan mitra barunya ini. Katanya, selain manajemen dan permodalan, dalam operasional sehari-hari SEAB bisa menumpang pada cabang Panin yang jumlahnya cukup banyak -- SEAB sendiri baru memiliki tiga cabang. Dengan menumpang fasilitas seperti itulah, "Kami bisa bekerja lebih efisien," katanya. Kendati tidak termasuk papan atas, SEAB boleh dikatakan bank yang cukup mantap. Buktinya, Bank Dagang Negara pun ikut menitipkan penyaluran KUK-nya melalui bank ini. Pada awal tahun lalu, dengan total aset Rp 170 milyar lebih, SEAB menduduki peringkat ke-45 di antara 103 bank. Adapun nasabah yang menjadi andalan adalah pengusaha kelas menengah ke bawah. "Kebanyakan pedagang," ujar Handy lagi. Kini, kredit yang disalurkan mencapai Rp 140 milyar -- 28% di antaranya berupa KUK. Sisanya berupa kredit komersial yang berbunga 2,5% sebulan. Dan itu bukan kredit buruk. Menurut Handy, hanya 5% yang tersangkut kredit macet. Kalau tak ada aral melintang, SEAB akan segera terjun ke pasar modal. "Tahun ini juga," Handy memastikan. Budi Kusumah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini