Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bulog Bersiap Ekspor Jagung

Bulog akan melakukan ekspor perdana jagung pada Oktober mendatang. Sayangnya, harga jagung internasional sedang turun. 

23 September 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pekerja memindahkan jagung pipil kuning di Makassar, Sulawesi Selatan. Dok. TEMPO/ Irmawati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA – Perum Bulog sedang bersiap melakukan ekspor jagung perdana. Pengiriman pertama akan dimulai pada Oktober mendatang. Sekretaris Perusahaan Perum Bulog, Awaludin Iqbal, menyatakan pihaknya tengah mengurus persyaratan administrasi untuk mengekspor jagung. "Kami akan kirim ke Filipina," ujarnya ketika dihubungi, kemarin. Namun Iqbal masih merahasiakan volume jagung yang bakal dikirim.

Menurut Iqbal, Bulog sudah mulai menyerap pasokan jagung dari petani dan pemasok untuk memenuhi kuota ekspor. Dia menyatakan tidak ada kendala lantaran selama ini terbiasa menyalurkan jagung kepada perusahaan-perusahaan dalam negeri yang melakukan ekspor ke Filipina.

Untuk memastikan kelancaran pasokan ekspor, Bulog juga sudah menyiapkan fasilitas pengeringan jagung sekaligus silo untuk menampung komoditas tersebut. Sejak 2019, terdapat enam pabrik yang direncanakan perusahaan berdiri dari dana penyertaan modal negara. Masing-masing tersebar sebanyak dua unit di Jawa Tengah, satu unit di Jawa Timur, satu unit di Nusa Tenggara Barat, satu unit di Lampung, dan satu unit di Sulawesi Utara.

Pada Desember mendatang, fasilitas pengeringan di NTB dan Sulawesi Utara akan siap beroperasi. Pabrik itu memiliki kapasitas pengeringan 160 ton per hari. Sementara itu, kapasitas silo per unit sebesar 9.000 ton. Dengan keberadaan fasilitas ini, Bulog bisa menyimpan jagung lebih banyak dan lama.

Rencana ekspor tersebut berjalan setelah pemerintah menyetujui 100 ribu ton jagung untuk dikirim ke luar negeri. Direktur Serelia Kementerian Pertanian, Ismail Wahab, menyatakan keputusan itu diambil setelah muncul permintaan dari petani dan pengepul jagung untuk ekspor. Stok yang melimpah menekan harga jagung.

Petani memanen jagung di Desa Babakan Kondang, Cikoneng, Ciamis, Jawa Barat, 7 September 2022. ANTARA/Adeng Bustomi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


Pada Mei lalu, Kementerian Pertanian menerima surat permintaan rekomendasi ekspor dari Gubernur NTB Zulkieflimansyah. Ismail menyatakan sempat ada pembahasan untuk mengirim 50 ribu ton jagung ke luar negeri. "Tapi kami waktu itu menolak karena dikhawatirkan, setelah mengekspor jagung, (stok) di dalam negeri bermasalah," ujarnya.

Namun kemudian usulan ekspor kembali muncul. Ismail menyatakan pembahasan kembali bergulir dan diputuskan dibuka keran ekspor sebesar 100 ribu ton pada akhir tahun ini.

Keputusan ekspor salah satunya diambil setelah menghitung jumlah produksi dan kebutuhan jagung dalam negeri. Ismail menyatakan rata-rata produksi sampai November mencapai 1 juta ton, sedangkan konsumsi stabil di kisaran 800 ribu ton. Dengan demikian, pada akhir 2022, akan ada surplus sebesar 2,5 juta ton secara kumulatif.

Data Badan Pangan Nasional (BPN) juga menunjukkan akan ada surplus pada akhir 2022. Direktur Ketersediaan Pangan BPN, Budi Waryanto, menyatakan surplus diestimasi sebesar 2,3-2,5 juta ton. Pasalnya, secara rata-rata, produksi sampai Desember 2022 masih akan melebihi angka konsumsi.

Harga Jagung Internasional Sedang Turun 

Pelaksana tugas Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Syailendra, mengingatkan calon eksportir agar menghitung dengan cermat rencana ekspor. Salah satunya karena harga jagung di pasar global sedang mengalami tren penurunan. Per Agustus, harganya berada di kisaran US$ 249 per ton. Sementara itu, pada Juni sempat menyentuh US$ 335 per ton. "Kalau untungnya kecil saja, lebih bagus menyiapkan untuk keperluan domestik," katanya.

Dia juga mengingatkan agar rencana ekspor tidak mengabaikan kebutuhan dalam negeri, khususnya peternak. Pada kuartal pertama tahun ini, misalnya, stok sempat berkurang dan peternak kesulitan mencari jagung murah. Kementerian Perdagangan kemudian menyalurkan 50 ribu ton jagung subsidi kepada peternak ayam petelur dan ayam broiler untuk menurunkan biaya produksi mereka.

Pada periode 2017-2021, Indonesia tak banyak melakukan ekspor jagung. Kementerian Pertanian mencatat volume ekspor komoditas ini tidak pernah melebihi 3 juta ton. Jumlah ekspor jagung tertinggi terjadi pada 2018 sebesar 272 ribu ton.

VINDRY FLORENTIN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus