Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bunga makin tinggi

Bankir jepang mengatur pinjaman sindikasi kepada pemerintah sekitar us$ 500 juta. strukturnya rumit dan berat. mencari dana murah untuk menutupi defisit masih sulit. (eb)

17 September 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI Singapura sekelompok bankir Jepang kini dikabarkan sedang bersiap-siap mengatur suatu pinjaman sindikasi sekitar US$ 500 juta buat pemerintah. Sebuah pembicaraan tidak resmi, menurut koran Asian Wall Street Jornal, sudah diselenggarakan antara Bank Indonesia dan para bankir itu. Tonomori Naruse, manajer umum Bank of Tokyo di Jakarta, "belum bisa memastikan cabang mana yang kelak akan memberikan kredit itu," katanya pekan lalu kepada Yulia S. Madjid dari TEMPO. Bersama Long Term Credit-Bank Sanwa Bank, dan Sumitomo, baru Maret lalu BOT memberikan kredit komersial dalam mata uang yen senilai US$ 325 juta. Pinjaman itu, yang menurut Naruse akan digunakan untuk "pelbagai macam keperluan," ternyata mempunyai struktur bunga cukup rumit, dan berat persyaratannya. Sebagian dari pinjaman berjangka 10 tahun itu dikenai bunga 0,1% di atas bunga pinjaman jangka panjang untuk nasabah utama yang berlaku di Jepang. Dan setiap 6 bulan sekali ditinjau lagi. Sedang sebagian lagi dengan bunga 0,2% di atas tingkat bunga yang berlaku di Jepang yang kini 5,75% setahun, setiap 3 tahun sekali ditinjau. Apa boleh buat. Kondisi berat seperti itu memang harus diterima. Persyaratan semacam itu sebelumnya sudah dikenakan pada kredit sindikasi sebesar 24 milyar yen, yang memakai pula patokan suku bunga jangka panjang untuk nasabah utama di Jepang. "Sekarang pasar uang sudah berubah, tidak seperti tahun-tahun lampau, peminjam masih bisa menikmati suku bunga rendah," ujar Naruse. Dana murah kini memang sulit diperoleh, terutama sesudah sejumlah negara Amerika Latin menunda pembayaran kembali utangnya, dan juga setelah sejumlah negara yang kesabet resesi ramai-ramai mencari utang untuk menutup defisit neraca pembayaran mereka. Situasi sulit seperti itu jelas sudah diketahui pemerintah. Maka, ketika menandatangani pinjaman US$ 1 milyar yang diatur Morgan Guaranty Trust Bank, awal Maret lalu, pemerintah tak kaget lagi. Separuh dari kredit sindikasi yang akan digunakan untuk menutup defisit neraca pembayaran itu dikenai bunga 1% di atas suku bunga untuk nasabah utama di AS yang kini 11%. Sisanya berbunga 0,5% di atas tingkat bunga antarbank di London (Libor) -- sebelumnya hanya 0,375%. Kondisi serupa juga dihadapi Malaysia yang memperoleh bunga 0,5% di atas Libor untuk kredit sindikasi US$ 1,1 milyar. Tapi, jika pemerintah Indonesia harus mengembalikan pinjaman semilyar dollar itu dalam jangka 8 tahun, Malaysia boleh mencicil 10 tahun. Harga dana setingi itu, menurut kalangan perbankan, masih lebih baik dibandingkan bunga yang diperoleh Filipina. Bank Pembangunan di negara Marcos itu harus membayar bunga 1,125% di atas Libor untuk kredit hanya US$ 100 juta Juni lalu. Jangka pengembaliannya 8 tahun. Bagaimana Indonesia? Seorang bankir asing di Jakarta memperkirakan pemerintah akan membayar bunga 0,75% di atas Libor jika ingin mencari pinjaman komersial lagi. Juni lalu, pemerintah baru saja menandatangani komitmen pinjaman lunak dari IGGI sebesar US$ 2,24 milyar. Total jumlah pinjaman lunak dan komersial yang diterima tahun ini hampir mencapai US$ 3,8 milyar pada Agustus lalu. Untuk menutupi defisit neraca pembayaran, menurut A. van den Wall Bake, wakil presiden Morgan Guaranty Trust Bank di Jakarta, pemerintah tinggal mencari dana US$ 750 juta sampai 1 milyar saja dari pasar uang. Tapi, menurut dia, Morgan Trust tidak ingin terlalu berambisi menutupi semua kekurangan. Sebab, dia melihat pemerintah juga punya hubungan erat dengan sejumlah bankir Jepang dan Eropa. Kendati demikian, jika diminta, "kami bersedia memberikan bantuan," tambahnya. Sampai akhir tahun ini, menurut seorang bankir pemerintah, Morgan Trust tampaknya ingin istirahat dulu sesudah banyak mengeluarkan energi dalam mengatur kredit sindikasi US$ 1 milyar Maret lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus