DI Singapura sekelompok bankir Jepang kini dikabarkan sedang
bersiap-siap mengatur suatu pinjaman sindikasi sekitar US$ 500
juta buat pemerintah. Sebuah pembicaraan tidak resmi, menurut
koran Asian Wall Street Jornal, sudah diselenggarakan antara
Bank Indonesia dan para bankir itu. Tonomori Naruse, manajer
umum Bank of Tokyo di Jakarta, "belum bisa memastikan cabang
mana yang kelak akan memberikan kredit itu," katanya pekan lalu
kepada Yulia S. Madjid dari TEMPO.
Bersama Long Term Credit-Bank Sanwa Bank, dan Sumitomo, baru
Maret lalu BOT memberikan kredit komersial dalam mata uang yen
senilai US$ 325 juta. Pinjaman itu, yang menurut Naruse akan
digunakan untuk "pelbagai macam keperluan," ternyata mempunyai
struktur bunga cukup rumit, dan berat persyaratannya. Sebagian
dari pinjaman berjangka 10 tahun itu dikenai bunga 0,1% di atas
bunga pinjaman jangka panjang untuk nasabah utama yang berlaku
di Jepang. Dan setiap 6 bulan sekali ditinjau lagi. Sedang
sebagian lagi dengan bunga 0,2% di atas tingkat bunga yang
berlaku di Jepang yang kini 5,75% setahun, setiap 3 tahun sekali
ditinjau.
Apa boleh buat. Kondisi berat seperti itu memang harus diterima.
Persyaratan semacam itu sebelumnya sudah dikenakan pada kredit
sindikasi sebesar 24 milyar yen, yang memakai pula patokan suku
bunga jangka panjang untuk nasabah utama di Jepang. "Sekarang
pasar uang sudah berubah, tidak seperti tahun-tahun lampau,
peminjam masih bisa menikmati suku bunga rendah," ujar Naruse.
Dana murah kini memang sulit diperoleh, terutama sesudah
sejumlah negara Amerika Latin menunda pembayaran kembali
utangnya, dan juga setelah sejumlah negara yang kesabet resesi
ramai-ramai mencari utang untuk menutup defisit neraca
pembayaran mereka.
Situasi sulit seperti itu jelas sudah diketahui pemerintah.
Maka, ketika menandatangani pinjaman US$ 1 milyar yang diatur
Morgan Guaranty Trust Bank, awal Maret lalu, pemerintah tak
kaget lagi. Separuh dari kredit sindikasi yang akan digunakan
untuk menutup defisit neraca pembayaran itu dikenai bunga 1% di
atas suku bunga untuk nasabah utama di AS yang kini 11%. Sisanya
berbunga 0,5% di atas tingkat bunga antarbank di London (Libor)
-- sebelumnya hanya 0,375%.
Kondisi serupa juga dihadapi Malaysia yang memperoleh bunga 0,5%
di atas Libor untuk kredit sindikasi US$ 1,1 milyar. Tapi, jika
pemerintah Indonesia harus mengembalikan pinjaman semilyar
dollar itu dalam jangka 8 tahun, Malaysia boleh mencicil 10
tahun. Harga dana setingi itu, menurut kalangan perbankan,
masih lebih baik dibandingkan bunga yang diperoleh Filipina.
Bank Pembangunan di negara Marcos itu harus membayar bunga
1,125% di atas Libor untuk kredit hanya US$ 100 juta Juni lalu.
Jangka pengembaliannya 8 tahun.
Bagaimana Indonesia? Seorang bankir asing di Jakarta
memperkirakan pemerintah akan membayar bunga 0,75% di atas Libor
jika ingin mencari pinjaman komersial lagi. Juni lalu,
pemerintah baru saja menandatangani komitmen pinjaman lunak dari
IGGI sebesar US$ 2,24 milyar. Total jumlah pinjaman lunak dan
komersial yang diterima tahun ini hampir mencapai US$ 3,8 milyar
pada Agustus lalu. Untuk menutupi defisit neraca pembayaran,
menurut A. van den Wall Bake, wakil presiden Morgan Guaranty
Trust Bank di Jakarta, pemerintah tinggal mencari dana US$ 750
juta sampai 1 milyar saja dari pasar uang.
Tapi, menurut dia, Morgan Trust tidak ingin terlalu berambisi
menutupi semua kekurangan. Sebab, dia melihat pemerintah juga
punya hubungan erat dengan sejumlah bankir Jepang dan Eropa.
Kendati demikian, jika diminta, "kami bersedia memberikan
bantuan," tambahnya. Sampai akhir tahun ini, menurut seorang
bankir pemerintah, Morgan Trust tampaknya ingin istirahat dulu
sesudah banyak mengeluarkan energi dalam mengatur kredit
sindikasi US$ 1 milyar Maret lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini