Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Menambah Varian, Menggenjot Penjualan

Tak hanya memproduksi kereta dan komponennya, INKA mulai membangun varian lain, seperti bus listrik dan peti kemas modern.

31 Mei 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pabrik PT Industri Kereta Api (INKA) di Kota Madiun, Jawa Timur. Dokumentasi TEMPO/Nofika Dian Nugroho

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • INKA menggarap kontainer pendingin berdaya angkut 1 ton dan 5 ton yang dilengkapi fitur IoT.

  • INKA menawarkan skema sewa guna usaha alias leasing dalam pemasaran produk.

  • Trem baterai menjadi salah satu produk anyar yang akan dilempar ke pasar komersial.

JAKARTA – PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA menggali peluang pasar lewat pengembangan produk baru. Direktur Utama PT INKA, Budi Noviantoro, mengatakan inovasi produk entitasnya harus digenjot untuk menarik minat konsumen baru, terutama dari segmen yang belum terjamah sebelumnya. Tak sebatas memproduksi kereta dan komponennya, INKA mulai membangun varian lain, seperti bus listrik dan peti kemas modern.

“Produk kontainer pendingin (reefer container) baru kami akan segera masuk pasar,” ucapnya kepada Tempo, kemarin.

Produsen sepur pelat merah itu tengah menggarap kontainer pendingin berdaya angkut 1 ton dan 5 ton yang dilengkapi fitur Internet of things (IoT). Menurut Budi, varian produk tersebut sedang menjadi buruan perusahaan pelayaran di Asia Tenggara karena kondisi kelangkaan kontainer.

Beberapa purwarupa peti kemas dingin buatan INKA itu sedang diuji coba di sejumlah kapal PT Pelni (Persero). Bila pengujiannya sukses, manajemen mengincar kerja sama penggunaan alat tersebut secara komersial. “Sudah dibawa Pelni sampai Natuna, fitur digitalnya untuk peninjauan secara real time,” tutur Budi. “Tentu, harapannya, Pelni jadi pengguna pertama, lalu kami pasarkan juga ke shipping line swasta.”

Tak harus dibeli putus, kata Budi, INKA menawarkan skema sewa guna usaha alias leasing dalam pemasaran produk. Inovasi dagang ini meringankan calon konsumen, baik dari pasar domestik maupun global, yang sedang memangkas investasi di tengah pandemi Covid-19.

(dari kiri) Direktur Utama PT TWC Edi Setijono, Wakil Menteri II Kementerian BUMN Kartika Wirjoatmodjo, dan Direktur Utama PT INKA (Persero) Budi Noviantoro, berdiri di depan tram mover buatan PT INKA dalam penandatanganan nota kesepahaman pengembangan moda transportasi pariwisata di Madiun, Jawa Timur, 27 Maret 2022. inka.co.id

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Trem baterai pun menjadi salah satu produk anyar INKA yang akan dilempar ke pasar komersial. Direktur Pengembangan PT INKA, Agung Sedaju, mengatakan produk kereta rel khusus itu berpotensi dipakai di beberapa wilayah, seperti Bali, Semarang, dan Bogor. Perusahaan pun siap mengupayakan teknologi nirawak bila dibutuhkan pasar.

“Sangat mungkin diterapkan, kami berkolaborasi dengan Institut Teknologi Bandung untuk fitur itu,” ujar dia.

Untuk skala yang lebih kecil, perseroan sebelumnya sudah menggarap tram mover bertenaga baterai yang kini meluncur di kawasan wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur. Produk itu juga akan dipamerkan di depan delegasi asing saat Konferensi Tingkat Tinggi G20. “Ada lima unit yang akan dikirim ke TMII pada pertengahan 2022.”

Agung pun mengungkit soal kereta gantung, varian produk INKA yang berpotensi dipakai di area wisata seperti Kota Batu, Jawa Timur. Meski masih dalam pengkajian, teknologi INKA itu diperkirakan merambah ke pelancongan di Wonosobo dan Danau Toba

Peneliti badan usaha milik negara dari Universitas Indonesia, Toto Pranoto, menilai diversifikasi produk INKA sebagai langkah tepat di tengah persaingan dengan produsen yang lebih mumpuni, seperti dari Cina dan India. Menurut dia, manajemen harus giat melobi dan berinovasi dalam penjualan.  

Sistem barter, dia mencontohkan, sudah diterapkan INKA dengan konsumen kereta api dari Afrika yang minim tunai, namun memiliki potensi tambang. “Maka, konsorsium INKA menawarkan pembangunan infrastruktur, lalu dapat kompensasi investasi dari pengelolaan tambang selama 20 tahun ke depan,” katanya. “Harus ada pendekatan terintegrasi. Kalau semata mengandalkan teknologi, mungkin INKA kalah lawan Cina.”

Direktur Usaha Angkutan Barang dan Tol Laut PT Pelni, Yossianis Marciano, pun melihat peluang penggunaan produk reefer container INKA untuk kapal Pelni. Perusahaan pelayaran negara ini sudah mengelola 2.612 kontainer berukuran 20 kaki (feet), terdiri atas 2.338 unit kontainer biasa dan 274 unit kontainer pendingin.

“Kami melihat potensi reefer container buatan INKA, khususnya ukuran 5 ton yang cukup ekonomis untuk menyasar pelaku retail menengah,” ucapnya kepada Tempo. Skala kontainer tersebut cocok untuk muatan-muatan beku, seperti ikan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus