MENUNJUKAN PT Chandra Dirgantara sebagai pengelola seluruh "kegiatan darat" di Jakarta International Airport Cengkareng (JIAC) digugat. Empat perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Udara (EMKU), Airin, Usaha Express, Sapta Cargo, dan Desa Air, belum lama ini memprotes pemberian izin prinsip Direktur Jenderal Perhubungan Udara Sutoyo tertanggal 2 Maret itu (No. Dju/1228/DAU/217/1984). Mereka berkeberatan jika untuk mengelola cargo dan ramp handling (mengurus impor, ekspor, dan transfer muatan barang, serta dokumen) hanya boleh dilakukan Chandra dan PT Cardig Air. Penunjukan itu memang bakal menyebabkan bisnis keempat EMKU tadi - yang memberikan jasa penyewaan gudang dan penyelesaian dokumen pabean - tersumbat sama sekali. Gudang mereka di pelabuhan udara Kemayoran tentu akan menganggur, jika penerbangan domestik jadi juga dipindahkan ke Cengkareng. Padahal, dari usaha menyewakan gudang di Kemayoran itulah, dengan bea Rp 5/kg/hari, mereka masih bisa memetik sedikit rupiah - kendati tak punya basis operasi di Halim Perdanakusuma. Maka, kebijaksanaan yarig menjurus pada bentuk usaha monopoli itu mereka anggap "kurang tepat". Tapi Sutoyo, melalui Humas Ditjen Perhubungan Udara, membantah bahwa hanya Cardig dan Chandra yang ditunjuk sebagai EMKU yang beroperasi di JIAC. Untuk mengelola kegiatan darat di bandar udara baru itu, katanya, belum ditunjuk sebuah perusahaan pun. Penanganan untuk usaha komersial di sana menurut Humas, "masih dalam pembahasan." Selama ini, pengelolaan kegiatan darat di Kemayoran dan Halim memang sudah diserahkan kepada empat EMKU pemrotes tadi dan Cardig. Volume barang internasional dan domestik di kedua pelabuhan itu dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Bahkan tahun depan, jika JIAC dibuka, volume barang yang masuk di sana diperkirakan akan mencapai hampir 134.000 ton (Lihat: Grafik). Dua buah gudang di sana, yang mampu menyimpan barang dalam jumlah besar dan lebih baik kondisinya, sangat diharapkan sebagai masa depan cerah Airin, Usaha Express, Sapta Cargo, dan Desa Air. BETAPA tidak. November lalu Sutoyo mengesankan memberi harapan seperti itu. Sutoyo, seperti diceritakan kembali Direktur Desa Air S. Harsono, mengatakan "Cengkareng adalah ladang - kalian nanti yang akan mencangkulinya." Tapi sampai awal April, Harsono, yang sudah keburu girang, mengaku belum memperoleh kepastian apakah mereka bisa atau tidak pindah ke JIAC. Menurut Harsono, sebagai EMKU yang sudah berusaha sejak 1969 di Kemayoran, empat perusahaan itu cukup berpengalaman dan punya keahlian. Sampai penerbangan internasional dipindahkan ke Halim, 1973, mereka setiap bulan rata-rata menangani bongkar muat 700-800 ton barang di Kemayoran. Rezeki mereka mulai terancam ketika pemerintah hanya mengizinkan Cardig - konon milik yayasan pensiunan AURI - yang diperbolehkan beroperasi di Halim. Cardig, yang belum berpengalaman dan kewalahan, akhirnya memang setiap bulan menyerahkan 1.000-1.400 ton barang muatannya kepada empat EMKU tadi. Dengan truk peti kemas, barang ini oleh empat perusahaan itu dibawa ke gudang mereka di Kemayoran. Tapi, pada 1979 Cardig tidak melimpahkan barang lagi. "Kami langsung ambles," ujar Harsono. Sejak itu, mereka hanya hidup dari muatan barang eks pesawat carteran yang tiap bulan hanya 200 ton, dan menginap di gudang kurang dari tiga hari. Karena penghasilan dari jasa penyelesaian dokumen pabean tak bisa diandalkan, hidup merekapun jadi sulit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini