Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

ChatGPT vs DeepSeek, Indonesia Harus Negosiasi Agar Tidak Sekadar Jadi Konsumen AI Asing

Indonesia dinilai harus segera menentukan sikap agar tidak hanya menjadi pasar AI asing seperto ChatGPT dan DeepSeek tanpa manfaat strategis.

1 Februari 2025 | 21.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi DeepSeek dan ChatGPT. Dok. Reuters

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Perang dagang antara Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa melawan Cina semakin memanas, termasuk dalam sektor kecerdasan buatan (AI). Kehadiran DeepSeek, AI buatan Cina yang digadang-gadang menjadi pesaing ChatGPT dari OpenAI. Namun, di tengah pergeseran kekuatan teknologi ini, Indonesia dinilai harus segera menentukan sikap agar tidak hanya menjadi pasar tanpa manfaat strategis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Heru Sutadi menilai meskipun DeepSeek masih memerlukan waktu untuk menyaingi dominasi ChatGPT, keberadaannya sudah menjadi ancaman bagi pemain besar AI lainnya. “DeepSeek yang baru ini tentu butuh waktu untuk benar-benar menyaingi ChatGPT yang sudah banyak digunakan oleh masyarakat dan industri. Tapi kehadirannya merupakan ancaman bagi para pemain besar lainnya,” ujarnya saat dihubungi, Jumat, 31 Januari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut dia, Indonesia selama ini lebih banyak berperan sebagai pengguna atau pasar teknologi AI ketimbang produsen. Dengan keluarnya AI Cina dari beberapa pasar global akibat ketegangan geopolitik, Heru menyebut Indonesia memiliki peluang besar untuk menegosiasikan keuntungan strategis dalam pengadopsian teknologi baru. "Indonesia harus menyadari posisi kita sebagai pasar utama dengan negosiasi yang lebih baik kepada para pemain besar tersebut. Kita harus mempertimbangkan mana yang lebih memberikan kontribusi dalam investasi, lapangan kerja, serta alih teknologi yang lebih dapat diadopsi oleh Indonesia,” kata Heru.

Heru menekankan Indonesia harus lebih dari sekadar konsumen dalam industri AI. Pemerintah perlu menetapkan kebijakan yang memastikan adopsi teknologi AI asing tetap menguntungkan bagi ekonomi nasional. Jika tidak ada regulasi yang mengatur transfer teknologi dan perlindungan data, Indonesia akan semakin tergantung pada negara lain.

Dengan semakin pesatnya perkembangan AI, Heru berpesan agar Indonesia bisa memastikan kebijakan yang diambil tidak hanya menjadikan negara ini sebagai lahan konsumsi, tetapi juga mendapatkan keuntungan strategis berupa peningkatan kapasitas industri dalam negeri dan transfer teknologi.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus