Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak 1 Januari 2013, Allan Yong resmi menjabat Presiden Henkel Indonesia. Henkel adalah sebuah perusahaan asal Jerman yang memproduksi komponen pelengkap otomotif (perekat komponen) hingga produk kecantikan. Sebelumnya, Allan memimpin Henkel Vietnam selama dua tahun dan membawahkan kawasan regional Asia-Pasifik di Belanda selama enam tahun. Karakteristik pasar ketiga negara ini berbeda, sehingga tentu saja memerlukan strategi bisnis yang berbeda pula.
Bagaimana cara Allan berusaha memanfaatkan pasar Indonesia yang ia sebut sangat gurih? Pada 25 November 2014, Allan menjelaskan bagaimana ia memandang potensi Indonesia dalam kaita dengan bisnisnya kepada Rachma Tri Widuri, Tri Susanto, dan Frannoto dari Tempo. Wawancara selama kurang lebih dua jam itu berlangsung di kantor Henkel Indonesia, di Wisma Talavera, kawasan T.B. Simatupang, Jakarta Selatan. Berikut ini petikan wawancara tersebut.
Apa karakteristik pasar Indonesia yang membedakannya dengan pasar negara lain yang sudah Anda temui sebelumnya?
Satu hal yang pasti membuat Indonesia berbeda dengan negara lain adalah pertumbuhannya. Anda lihat, pertumbuhan perekonomian Indonesia selama lima tahun terakhir tercatat lebih dari 5 persen. Pada 2015, kami yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih dari angka itu. Sebaliknya, jika melihat Cina sebagai perbandingan, masa pertumbuhannya sudah lewat. Cina sekarang dalam masa stagnansi ekonomi. Sangat berisiko bagi pasar, termasuk kami.
Apa arti pertumbuhan ekonomi Indonesia bagi Henkel dan pesaingnya?
Ini artinya pasar yang besar. Di negara lain, 70 persen hasil produksi dilepas ke pasar ekspor. Di Indonesia, 65 persen hasil produksinya masuk pasar sendiri (domestik). Tidak perlu dilempar jauh-jauh.
Apakah ada strategi khusus untuk memanfaatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia?
Kami harus tetap sejalan dengan strategi global perusahaan sebagai sebuah institusi global. Kami pikir ada hal-hal kunci untuk tetap in line dalam strategi global. Tujuannya, tentu agar bisa bersaing dengan kompetitor.
Apakah Indonesia menjadi pasar terbesar bagi Henkel?
Tidak juga. Tapi yang jelas, dengan pertumbuhan ekonomi yang positif, pasar di Indonesia cukup menjanjikan bagi kami.
Banyak pelaku bisnis khawatir akan pertumbuhan ekonomi Indonesia terkait dengan kebijakan bahan bakar minyak. Bagaimana dengan Henkel?
Kami memandang kenaikan harga BBM bersubsidi sebagai isu temporer. Namun kebijakan itu penting bagi negara, yakni demi mengalihkan dana subsidi untuk pembangunan infrastruktur dan hal-hal penting lainnya. Jika Anda bertanya bagaimana isu tersebut dapat mempengaruhi kinerja kami, kami justru berpikir perbaikan infrastruktur yang dijanjikan pemerintah baru ini akan memberikan nilai tambah bagi kami.
Bagaimana dengan tuntutan kenaikan gaji yang banyak diteriakkan serikat pekerja? Menurut Anda hal itu mengganggu iklim investasi atau tidak?
Banyak perusahaan yang mengeluh bahwa kenaikan gaji tersebut akan membuat harga produk Indonesia tidak kompetitif lagi. Namun, bagi Henkel, hal itu tidak terlalu berpengaruh atau menjadi masalah. Justru kami menyiapkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi pekerja karena Henkel juga bergerak di bidang teknologi tinggi. Jika dengan kenaikan gaji produktivitas bisa naik dua atau tiga kali lipat, bukan masalah, kan?
Apakah kenaikan harga BBM bersubsidi dan upah minimum membuat Henkel harus menyesuaikan kembali target dan pertumbuhan yang dicanangkan?
Tidak. Saya harap tidak seserius itu.
Sejumlah produsen otomotif justru mengurangi target pertumbuhannya..
Ya, ya. Beberapa perusahaan otomotif mengurangi target pertumbuhan mereka, tapi tidak secara signifikan. Saya rasa itu karena mereka membutuhkan beberapa penyesuaian dalam hal harga. Tapi jika kalian lihat efek langsungnya terhadap industri otomotif, saya rasa tidak terlalu berpengaruh.
Bukannya mayoritas produk Henkel digunakan sebagai bahan baku oleh perusahaan otomotif?
Betul sekali. Sebanyak 65 persen dari produk Henkel digunakan oleh industri otomotif. Tapi kami yakin kenaikan harga BBM tidak akan memangkas produksi otomotif sedemikian signifikan.
Bagaimana perbandingan industri otomotif Indonesia dengan negara-negara Asia Tenggara dalam kacamata Henkel?
Saya pikir Indonesia sangat kuat di segmen kendaraan roda empat dan dua sekaligus. Pokoknya, selama angka penjualan produk otomotif lebih dari 1 juta unit, pasar itu pasti bagus.
Sekali lagi, apakah Henkel optimistis bahwa berbagai kebijakan yang diterapkan pemerintah baru akan berdampak positif buat bisnis perusahaan?
Kenaikan harga BBM mungkin berpengaruh sedikit, tapi tidak sampai mengharuskan kami mengubah strategi kebijakan. Kalau soal kenaikan harga barang, saya tidak bisa menjawab sekarang.
BIODATA
Nama lengkap: Allan Yong Chen Chong
Tempat/tanggal lahir: Selangor, 23 April 1971
Kebangsaan: Malaysia
Pendidikan terakhir: Executive MBA, Rotterdam School of Management, Erasmus University, The Netherlands
Karier:
-President, Henkel Indonesia (2013-sekarang)
-President, Henkel Vietnam (2008-2012)
-Commercial/Finance Director, National Starch South Asia-Pacific (2007-2008)
-Vice President Finance, UNIQEMA Asia Pacific (2005-2007)
-Head of Procurement and Business Planning, UNIQEMA Asia-Pacific (2003-2005)
-Global Procurement Commercial Manager, UNIQEMA The Netherlands (2000 -2003)
-Corporate Finance Officer, UNIQEMA The Netherlands (1988-2000)
-Commercial/Finance Management Trainee, UNIQEMA (1995-1998)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo