GARA GARA bocah, teknologi fotografi mengalami revolusi. Ketika itu 1947, Edwin Herbert Land tengah menikmati liburan bersama keluargannya di Santa Fe, AS. Tak lupa ia main foto. Land memang menyukai fotografi sejak masa kanak-kanak. Selain memotret, tiba-tiba putrinya, Jennifer, 3, menanyakan kapan bisa melihat hasil fotonya. Bagi orang kebanyakan, apalah artinya pertanyaan semacam itu. Tapi bagi Land malah mengundang pertanyaan baru: Apa mungkin foto bisa jadi lansung di kamcra? Lulusan Harvard College itu pun tekun melakukan penelitian. Dan sukses. Masih dalam tahun yang sama Land memproklamasikan penemuannya: membuat foto tak usah memakai studio, dan - ini sensasi lain lagi - hasilnya bisa disaksikan dalam waktu satu menit. Itulah riwayat kelahiran Polaroid Land - sebutan yang tak lekang dari nama sang penemu, pendiri, pemimpin penelitian, dan sekaligus pemimpin perusahaan itu. Produknya diluncurkan kepasar pertama kali pada awal 1948. Para pemakai filmnya harus menggunakan kamera yang khusus diciptakan untuk itu. Ini tradisi khas Polaroid. Kendati begitu, sepuluh tahun kemudian, ditampikan pula film yang bisa dipasang pada kamera lain yang berukuran 4 X 5 inci. Perkembangan ini disambut oleh beberapa kamera berukuran 5 X 6 cm, misalnya Hasselblad, Bronica, dan Mamiya, dengan menyediakan holder untuk film langsung jadi itu. Edwin Land tentu tak begitu saja dijuluki setara dengan Alva Edison serta George Eastman, pendiri Kodak. Dalam usia 75, kini dia memimpin lembaga risetnya - entah apalagi yang akan diciptakannya. Dua tahun lalu dia memang pensiun dari tampuk pimpinan perusahaannya, setahun setelah menciptakan film transparan untuk kamera 35 mm.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini