POLAROID menyibak pasar lagi. Di perkenalkan pertama kali pada pameran perabot kamera Fotokina 1982, di Jerman Barat, produk baru penemuan Dr. Edwin Herbert Land pekan lalu disajikan ke hadapan para Mat Kodak di Jakarta. Empat orang foto model - tiga di antaranya cewek Cina Hong Kong - disediakan untuk membuktikan keampuhan perangkat Otoproses 35 mm: menyajikan gambar transparan (slide) hanya dalam waktu tiga menit. Barang baru itu, yang baru akan dipasarkan di Indonesia bulan depan, mencakup tiga macam film: film transparan warna Polachrome CS ISO 40, film transparan hitam putih Polapan C ISO 125, dan film transparan Polagraph HC ISO 400. Ini saja ternyata belum cukup. Untuk memprosesnya disediakan Otoprosesor 35 mm Polaroid, seharga Rp 125.000. "Jadi, mesti beli alat prosesor, baru bisa pakai film Polaroid," kata Junir Intan, Presiden Direktur PT Eresindo Jaya Trading Co, distributor Polaroid di Indonesia. Harga film-film Polaroid baru itu memang agak mahal. Polachrome CS 36 ekspos misalnya, Rp 14.500 per rol, sudah termasuk bahan kimia untuk memprosesnya. Polachrome CT 12 ekspos, Rp 11.500, seharga dengan Polapan CT dan Polagraph IC. Bila hendak memproyeksikan hasilnya ke layar, tentunya, gambar transparan itu harus dipasang bingkai. Harga alat pemasang bingkainya saja Rp 21.000. Sedang bingkainya Rp 8.600 per kotak, isinya 100 buah. Bandingkan dengan Kodak yang menawarkan film transparan terbaik, Kodachrome, dengan harga satu rol sekitar Rp 14.000 untuk 36 ekspos, termasuk biaya proses. Hanya saja, prosesnya harus di luar negeri, misalnya di Australia atau Jepang - dan itu bisa makan waktu sebulan. Produk Polaroid, menurut Teddy Gunawan, Manajer Pemasaran Eresindo, ditujukan terutama kepada para dokter ahli kandungan, biro iklan, bank, pemotret profesional, dan mahasiswa. Dari promosi pertama, Junir Intan mengaku, sudah mendapatkan 10 pembeli "Masing-masing 10 rol," ujarnya. Tahun ini bekas pembuat kapur barus ini berharap bisa menjual 2.500 prosesor dan 10.000 rol film." Harapan Junir Intan, agaknya, memang beralasan. Hingga saat ini, Kodak, Fuji, ataupun Sakura - penghasil film-film transparan - belum menghasilkan produk sejenis. "Bisa saja mereka mengejar, tapi tidak dalam sekejap," kata Robert W. Hussey, Manajer Pemasaran Polaroid wilayah Asia Tenggara. Bisnis Polaroid ternyata memang menggiurkan dari sananya. Ketika Edwin Herbert Land pertama kali meluncurkan kamera Polaroid Land model 95 dan film Polaroid Land tipe 40, 1948, ia berhasil mengeduk keuntungan lebih dari US$ 5 juta dari hasil penjualan tahun pertama. Tahun-tahun berikutnya, setelah ia mengembangkan produk-produknya dan melebarkan sayap ke Jerman, Kanada, dan Jepang, akhirnya ia berhasil meraih keuntungan sebesar US$ 1 milyar pada 1977. Sementara itu, dari bisnis Polaroid saja, Junir Intan yang dibantu 250 karyawan mengaku bisa mencapai omset US$ 3 juta, tahun lalu. Tidak dijelaskan dari produk Polaroid mana keuntungan terbesar diraihnya. Sebab, perusahaannya dalam dua tahun ini bertindak sebagai distributor tunggal untuk beberapa jenis produk Polaroid, misalnya kamera yang bisa menghasilkan kartu identitas dalam seketika - jenis perabot foto yang memang ekslusif Polaroid.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini