Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beroperasi selama 27 tahun di Indonesia, Emirates menjadi maskapai penerbangan pertama yang menghubungkan Jakarta dengan Timur Tengah. Maskapai ini melayani penumpang Indonesia melalui Singapura dan Kolombo pada 1992. Perusahaan penerbangan asal Uni Emirat Arab ini melayani penerbangan langsung Jakarta-Dubai pada 2008. Saat ini, Emirates melayani dua penerbangan nonstop Jakarta-Dubai dan Bali-Dubai setiap hari menggunakan pesawat tipe Boeing 777.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak tahun lalu, Emirates menambah rute baru yang menghubungkan penumpang dari Dubai ke Auckland, Selandia Baru, melalui Bali. Country Manager Emirates Indonesia, Rashid Al Ardha, mengatakan Indonesia memiliki potensi utama bagi pasar maskapainya. Berikut ini petikan wawancara Rashid, yang pernah memimpin kantor Emirates di Irak dan Maroko, dengan Larissa Huda serta beberapa media lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagaimana Emirates melihat pasar Indonesia?
Indonesia merupakan pasar sangat penting bagi kami. Setidaknya, ada 260 juta penumpang potensial yang menikmati layanan kami. Beberapa pasar penerbangan biasanya akan bergantung pada nilai atau yield (keuntungan), yaitu seberapa banyak maskapai bisa membawa penumpang per kilometer. Beberapa pasar maskapai lainnya bergantung pada yield dan volume atau hanya bergantung pada volume. Di sini, kami punya yield dan volume. Selain itu, permintaan Emirates cukup baik di sini.
Berapa besar potensi pasar di Indonesia?
Di Indonesia ada lonjakan permintaan penerbangan berkelompok atau group traffic. Negara ini merupakan negara dengan populasi muslim tertinggi. Ini berkah bagi kami lewat perjalanan haji dan umrah. Tak hanya itu, untuk Eropa, Amerika Serikat, Timur Tengah, dan Tanah Suci merupakan pasar yang sangat besar di Indonesia.
Bagaimana dengan strategi perang tarif?
Harga yang kami tawarkan cukup kompetitif. Namun definisi harga kompetitif tidak harus menjadi termurah. Kami berusaha membuat konsumen berpikir bahwa tidak masalah mengeluarkan biaya sedikit lebih tinggi, asalkan ada nilai lebih yang didapatkan. Salah satu yang kami andalkan adalah tingkat ketepatan waktu penerbangan (on time performance/OTP). Bagi kami, kenyamanan konsumen dalam jangka panjang menjadi sangat penting.
Selain karena populasi tinggi, apa yang membuat Emirates optimistis dengan potensi pasar Indonesia?
Faktor lain adalah penetrasi Internet. Berdasarkan data McKinsey, penetrasi Internet Indonesia merupakan yang tercepat di Timur Jauh (Far East). Penetrasi Internet ini mampu menciptakan branding soal gaya hidup travelling. Lihat saja iklan di media sosial atau YouTube. Tentu saja agen online travel. Itu kesempatan bagi kami karena semua kebutuhan mereka ada pada perangkat paling personal, yaitu ponsel atau komputer.
Bagaimana dampak perang dagang Amerika-Cina terhadap penumpang tujuan Indonesia?
Saya melihat tidak ada pengaruhnya. Kami justru melihat pertumbuhan penumpang yang sangat baik akhir pada tahun lalu. Perlambatan ekonomi global tidak mempengaruhi rute ke Indonesia. Sebab, apa pun yang terjadi pada aspek finansial, selalu ada permintaan untuk traveling. Bahkan saya lebih memilih melakukan perjalanan ke Indonesia karena saya dapat nilai lebih daripada pergi ke Eropa. Dengan melakukan perjalanan ke Indonesia, wisatawan akan mendapat pelayanan yang baik, bahkan hotel bintang lima sekalipun.
Bagaimana dampak kenaikan tarif penerbangan di Indonesia?
Bagi kami, lebih baik tarif domestik terjangkau bagi pasar, apalagi kami sangat bergantung pada feeder market. Kami bergantung pada Balikpapan, Makassar, Yogyakarta, Medan, atau Surabaya agar mampu menjangkau hub kami, seperti Jakarta dan Denpasar. Namun kami belum melihat dampak yang signifikan atas kenaikan tarif tersebut.
Apakah kenaikan tarif penerbangan domestik menjadi peluang menggenjot penumpang?
Tidak. Kami tidak berkompetisi dengan maskapai domestik. Penerbangan domestik, bagi kami, justru dijadikan kesempatan untuk bekerja sama, bukan bersaing. Contohnya, kami bersaing dengan Garuda hanya tujuan Amsterdam, Belanda. Namun kami tidak bisa bersaing untuk rute ke Arab Saudi karena Garuda memiliki penerbangan langsung dan frekuensinya lebih banyak. Kami tidak punya rute domestik sehingga tidak kami tidak berkompetisi sama sekali.Pasar utama kami adalah Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Utara dengan penerbangan langsung. Penerbangan langsung kami punya nilai kompetitif, efisien, murah, dan menghemat waktu karena tidak perlu lagi masuk pengamanan, pemeriksaan bagasi, dan menunggu transit berjam-jam. Keputusan ketika ingin terbang sebanyak 60 persen penumpang mempertimbangkan konektivitas. Baru setelah itu harga, produk, dan lain-lain.
Profil
Nama: Rashid Al Ardha
Jabatan: Country Manager Emirates Indonesia
Riwayat Pendidikan: Bachelors Degree Information Technology American University
Riwayat Karier:
- Country Manager Emirates Sudan (2009)
- Country Manager Maroko (2011)
- Country Manager Irak (2014)
- Regional Manager Western KSA (2015)
Pendidikan Nonformal:
- Program kepemimpinan Rolls-Royce
- Sertifikasi IATA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo