LAPORAN pemerintah kepada DPR mengenai pelaksanaan APBN 1985-1986 rupanya cukup manis, meski untuk semester pertama tahun anggaran berjalan, kenyataannya, penerimaan Pajak Perseroan (PPs) migas diperkirakan hanya akan berjumlah Rp 5.208 milyar, atau 46,7% dari sasaran. Karena, rupanya, dolar bisa saja makin kurang diperoleh dari usaha menjual minyak, tapi dengan menggoyang-goyang kurs rupiah terhadap sekeranjang mata uang asing, toh masih bisa diperoleh banyak rupiah. Yang tak bisa digoyang macam dolar, di masa barang sulit dijual, adalah pajak: karena dipungut dari dalam, dan diterima dalam bentuk rupiah. Dari sektor penerimaan di luar PPs migas ini, uang yang bisa dikumpulkan diduga akan meliputi Rp 3.187 milyar atau baru 42% dari sasaran. Dalam keadaan ekonomi masih loyo, memaksa orang bayar ketentuan dan sanksinya. "Yang perlu ditingkatkan sekarang adalah kepatuhan membayar pajak. Jika undang-undang tak dipenuhi, maka sanksi-sanksinya perlu dilaksanakan," kata Menteri Radius Prawiro. Di pihak lain, pengeluaran pemerintah ternyata tidak lancar sekalipun angka-angka dalam laporan itu klop dengan penerimaan. Menteri Dalam Negeri Soepardjo Rustam, misalnya, Oktober lalu, mengungkapkan bahwa dari alokasi anggaran pembangunan kini, yang benar-benar baru dipakai hanya 15%. Padahal, sisa anggaran pembangunan dari 1982 sampai Maret 1985 masih Rp 1,59 trilyun. Dari anggaran pembangunan yang tampaknya lancar dikeluarkan adalah dari pos penyertaan modal pemerintah (PMP) sebesar Rp 367 milyar. Sekitar Rp 364 milyar dari PMP ini, meski tidak disebut dalam laporan pemerintah, banyak yang menduga ditanamkan untuk membeli 35% saham Indocement, Juni lalu. Bagaimana dengan RAPBN 1986-1987? Menurut Gubernur Bank Indonesia, Arifin Siregar, kemungkinan harga minyak akan jelek memang besar. Karena itu, "Sangat berbahaya membuat perencanaan jika hanya didasarkan pada harapan, yaitu harapan harga minyak akan membaik," katanya. "Kita juga harus merencanakan pada perkiraan yang mungkin akan terjadi." Nah, artinya, harap siap menghadapi kemungkinan terburuk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini