DALAM pandangan Ir. Ciputra, keluarga mempunyai rasa memiliki yang jauh lebih besar dibandingkan dengan para manajer profesional. Alasan inilah mungkin yang mendorongnya untuk membentuk satu bisnis keluarga, sesudah ia berhasil mengembangkan usaha bersama para profesional (Grup Pembangunan Jaya). Singkatnya, ketika banyak konglomerat mulai membatasi campur tangan keluarga, Ciputra malah menyatukan anak-anaknya dan membangun kerajaan bisnis baru. Ia dengan sadar menentang arus. Mengapa? ''Secara naluri, keluarga umumnya ingin mempertahankan perusahaan yang mereka dirikan. Kalau perusahaan rugi, merekalah yang akan menanggungnya. Namun, bagi kaum profesional, kalau perusahaan hancur, mereka bisa pindah ke perusahaan lain,'' ujar Ciputra dalam wawancara khusus dengan wartawan TEMPO Kamis pekan lalu. Barangkali Ciputra benar. Dalam waktu singkat, bisnis keluarganya yang populer dengan sebutan Citra Group itu telah memiliki aset senilai Rp 1 triliun dengan omset ratusan miliar rupiah per tahun. Kini Citra Group tengah menggarap enam proyek perumahan. Tiga di antaranya telah mencapai titik impas. Ketiga proyek itu bernama Citra Land, dengan lokasi di Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Dan jangan heran, semua proyek tersebut dikendalikan sendiri oleh pemiliknya: Ciputra beserta empat anak dan dua menantunya. Apa kiat keberhasilan bisnis keluarga tersebut? Pertama-tama adalah persiapan yang matang. Keempat anaknya itu, selain memiliki latar belakang pendidikan yang pas mereka belajar ekonomi dan manajemen juga digerakkan oleh motivasi bisnis yang kuat. Baik si sulung Rina, Junita, maupun Candra mengantongi ijazah M.B.A. Sedangkan si bungsu Cakra, yang bersaudara kembar dengan Candra, adalah insinyur teknik sipil. Para menantu Ciputra pun mempunyai latar belakang pas. Budiarsa Satrawinata adalah insinyur teknik sipil, sedangkan Harun Hajadi seorang arsitek. ''Ketika anak-anak menyelesaikan perguruan tinggi, mereka ingin memiliki perusahaan sendiri. Saya tentu saja lebih senang sebab usaha anak-anak ditentukan oleh keinginan mereka sendiri,'' tutur Ciputra. Pengusaha kawakan ini tampak lega dengan pilihan anak-anaknya terutama barangkali karena ia tidak harus menampung mereka di PT Pembangunan Jaya. Jadi, Citra Group sebenarnya adalah Ciputra Group telah dirintis sejak 11 tahun lalu. Hanya saja grup itu baru giat selama empat tahun terakhir ini. Mengapa? Karena menunggu para anak dan menantu menamatkan kuliah mereka. Grup Citra kini memiliki enam proyek, dan setiap anak bertanggung jawab atas satu proyek. Di samping itu, setiap anak juga menangani satu jenis pekerjaan. Pembagian pekerjaan ini didasarkan pada bakat dan kesukaan masing-masing. Atas dasar itu, urusan pengembangan sumber daya manusia dipegang oleh Rina Satrawinata, sedangkan urusan keuangan ditangani Junita. Adapun Cakra yang insinyur sipil dipercaya menggarap urusan konstruksi. Candra, yang oleh sang ayah dijuluki tukang ''melamun'' dia suka mencari peluang untuk proyek-proyek baru diserahi bidang pengembangan proyek. Sementara itu, kedua menantu Ciputra mengurus pemasaran dan proyek-proyek khusus. Lalu, apa kerja Ciputra, yang selalu sibuk dan tak pernah melewatkan satu hari pun tanpa olah raga itu? ''Saya sendiri hanya sebagai pembina, pengayom, dan penasihat mereka,'' kata kakek dari empat cucu yang berusia 62 tahun ini. Menurut Candra, dari bapaknya ia belajar banyak seluk-beluk bank pemerintah maupun swasta dan nonbank. ''Kerja sama antara generasi pertama dan kedua itu penting. Generasi kedua biasanya lebih besar ambisi dan nafsu berjuangnya, tapi kurang pengalaman dan koneksi,'' ujar Candra. Kiat regenerasi dari Ciputra tampaknya akan dilanjutkan oleh Candra. ''Kita lihat trend di mana-mana di dunia, bisnis itu dimulai oleh keluarga, kemudian lama-kelamaan berkembang sejalan dengan banyaknya keluarga,'' ujarnya. Nah, ketika usaha mulai berkembang besar, barulah bisnis beralih ke manajemen profesional. Sekarang ini manajemen di perusahaannya juga bukan murni manajemen keluarga. Soalnya, Citra Group mempekerjakan tak kurang dari 70 tenaga profesional. ''Sebetulnya, sekarang memang bukan zamannya lagi manajemen keluarga. Arahnya sekarang sedang menuju gabungan antara keluarga dan profesional,'' lanjut Candra. Ia tampaknya jeli menganalisa perkembangan. Belajar dari yang lain, Candra tak berniat menjadikan Ciputra Group sebagai konglomerat yang punya berbagai usaha. Selain menggarap real estate, grup ini hanya menggarap proyek telekomunikasi sebagai kontraktor yang masih ada hubungannya dengan bisnis inti. ''Kami memang membatasi diri di dua bidang ini. Sebab, kami lihat, perusahaan yang bergerak di banyak bidang biasanya tidak efisien,'' katanya. Yang menarik, dalam waktu satu-dua tahun mendatang perusahaan keluarga ini akan masuk bursa. Menurut Ciputra, selain untuk menambah modal, hal itu juga untuk menjaga kelangsungan perusahaan. ''Dengan go public, tanggung jawab kan lebih berat. Jika unsur luar turut dalam perusahaan keluarga, perusahaan ini akan lebih terbuka dan stabil,'' ujar Ciputra menambahkan. Tapi, apakah masyarakat tidak akan ragu membeli saham sebuah bisnis keluarga? Inilah yang masih harus dibuktikan. Lulus dari bursa saham, kelak bisa dijadikan target besar bagi keluarga Ciputra. GSI dan Sri Wahyuni
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini