LOGO 21 di Jalan Thamrin, Jakarta, tak lama lagi akan lenyap. Sinepleks milik pengusaha kondang Sudwikatmono, bersama-sama kompleks kepunyaan Grup Subentra itu, sejak dua bulan silam berpindah tangan ke Grup Sinar Mas. "Transaksinya sudah selesai," kata Zamira, juru bicara Subentra. Ketika membeli lahan di kawasan segi tiga emas itu tiga tahun silam, Presiden Direktur Subentra, Benny Suherman pernah mengatakan kepada TEMPO bahwa investasinysa di sana (untuk sinepleks, perkantoran, dan restoran) mencapai Rp 77 milyar. Tatkala properti ini dilepas ke Grup Sinar Mas kabarnya lahan seluas 7.800 m berikut bangunannya dinilai hanya Rp 10 juta/m2. Presiden Komisaris Subentra, Sudwikatmono, mengatakan kepada Siti Nurbaiti dari TEMPO, izin lokasi untuk bioskop akan habis Maret 1993. "Saya pikir-pikir, lebih baik saya jual saja," katanya. Kepemilikan gedung itu sebenarnya merupakan kongsi antara Subentra dan Eka Tjipta. "Kalau saya terus joint dengan beliau untuk mengembangkan lokasi itu, tidak enak rasanya. Kami, Subentra ini, kan kecil. Setelah kami menjual ke Pak Eka, kami bikin kantor yang kecil di Jalan Gatot Subroto itu." Bangunan yang dikatakan kecil itu kini hampir rampung. Toh masih ada sisa dana yang akan dipakai untuk pengembangan bioskop di Biak, Manado, Nusa Tenggara, dan Bali. Sementara itu, Grup Sinar Mas, pemilik Bank Internasional Indonesia (BII), akan membangun gedung 32 lantai di lahan bekas sinepleks milik Sudwi. "Kami memang membutuhkan tempat untuk perluasan kantor BII," kata bos Sinar Mas, Eka Tjipta Widjaja. Bangunan tinggi memang lebih layak karena gedung dua atau tiga lantai di daerah mahal seperti Jalan Thamrin tentu saja mubazir. Dengan 32 lantai, bisa ditampung lebih banyak penyewa. Untuk itu, Sinar Mas menyiapkan investasi US$ 100 juta. Dana ini akan dihimpun oleh konsorsium bank dalam dan luar negeri, yang disalurkan berupa kredit investasi jangka panjang, paling tidak sampai delapan tahun. Namun, pembangunannya baru dimulai sekitar Agustus tahun depan, bertepatan dengan jatuh tempo kontrak para penyewa, seperti bakmi Gajah Mada dan National Panasonic. BII juga perlu menunggu Subentra yang harus memboyong aneka perkakas Studio 21.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini