Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Daya tarik bis tingkat

Setelah sukses di sektor angkutan udara, humpuss menguji peruntungannya di angkutan dalam kota. bagaimana kalau rugi?

10 April 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KALAU sebuah BUMN (badan usaha milik negara) yang bergerak di sektor pelayanan masyarakat merugi, itu jamak adanya. Lihatlah PPD (Pengangkutan Penumpang Djakarta) yang tahun lalu dikabarkan mengalami defisit sampai Rp 20 miliar. Rekor itu memprihatinkan, karena sebelumnya perusahaan daerah itu cuma merugi sekitar Rp 2 miliar setahun. Dalam upaya memperbaiki kesehatan perusahaan, kini PPD akan bergandeng tangan dengan Humpuss. Mengapa Humpuss? Ternyata, inilah satu-satunya swasta yang kini berminat terjun ke angkutan dalam kota. Paling lambat akhir tahun ini, 70 bis tingkat milik PPD akan diambil-alih oleh grup yang dipimpin oleh Tommy Soeharto itu. ''Ini merupakan kerja sama operasi yang saling menguntungkan,'' kata Dirut PPD, Zaini Noer. Untuk bisa saling menguntungkan, bis tingkat PPD yang selama ini menganggur akan dioperasikan secara optimal. Jadi, armada yang selama ini tidak produktif ada 70 bis tingkat yang rusak akan diaktifkan lagi. Perbaikannya dibiayai oleh Humpuss, sementara 140 unit yang kini dioperasikan tetap dikelola oleh PPD. Kerawanan armada PPD tercermin dari kondisi 1.100 bis yang hanya sekali-sekali bekerja, sebab harus ''menjalani perawatan''. Selain banyak yang rewel, bis yang tergolong tokcer pun tak seluruhnya menguntungkan. Ternyata, cuma bis patas (termasuk yang memakai AC) yang melaba. Sedangkan bis biasa jumlahnya 70% dari total bis yang beroperasi hampir semuanya merugi. Kenapa bisa begitu? Menurut Zaini, itu terjadi karena jumlah rata-rata penumpang yang diangkut tidak memadai dibandingkan dengan biaya operasi. Persentase pengisian bis tingkat rata- rata cuma 40% setiap hari. Padahal, untuk mencapai titik impas, tingkat pengisian minimal harus 80%. ''Coba kalau PPD boleh mengoperasikan bis patas lebih banyak, seperti perusahaan angkutan Mayasaribhakti, pasti untung juga,'' kata seorang pejabat Departemen Perhubungan. Mungkin ada benarnya, namun pendapat itu tidak seluruhnya tepat. Ada yang malah menegaskan bahwa tidak seharusnya PPD merugi. Soalnya, jam-jam sepi penumpang juga dialami oleh perusahaan lain. Dan pada saat-saat ramai penumpang, bis PPD juga tak kalah sesak dibandingkan dengan bis Mayasari. Tapi dia tutup mulut ketika ditanya ke mana larinya pendapatan PPD selama ini. ''Itu urusan dapur mereka,'' ujar tokoh yang tidak mau disebut namanya itu. Anehnya, justru kondisi penumpang seperti itulah yang dinilai oleh Humpuss sebagai daya tarik bisnis. Hal itu dikemukakan Bernardino M. Vega Jr., Direktur Muda Pengendalian Humpuss. ''Kami yakin, kalau dikelola dengan baik, bis-bis itu akan mendatangkan untung,'' katanya. Menurut seorang direktur Humpuss lainnya, untuk proyek tersebut pihaknya menyediakan dana Rp 10 miliar. Untuk apa? Rencananya, bis-bis yang rusak akan disulap menjadi bis yang nyaman. Di samping diberi alat pendingin, bis itu akan dilengkapi dengan restoran, dan full music. Selanjutnya, menurut Bernardino, Humpuss akan mengoperasikannya di jalur yang berbeda dengan jalur PPD. ''Kecuali pada jam-jam sepi, pada saat lalu lintas padat kami akan menempuh jalur lain,'' ujarnya. Dengan mengandalkan hasil operasi dan pemasangan iklan di badan bis, Humpuss akan membayar fee jumlahnya belum ditentukan kepada PPD. Yang juga belum jelas benar, bagaimana jika bis tingkat yang dioperasikan Humpuss itu merugi. Haruskah PPD ikut merugi? Budi Kusumah dan Bambang Aji

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus