Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Demi Nilai Tambah

7 Juni 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIREKTUR Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BNI), Sigit Pramono, sama sekali tak menyangkal BNI ingin "memanfaatkan" PT Bank Permata Tbk. melalui proposal merger yang diajukannya. Bankir yang pernah memimpin PT Bank Internasional Indonesia Tbk. itu terang-terangan mengatakan salah satu tujuan merger adalah penciptaan nilai lebih bagi BNI. "Semua investor asing yang membeli bank di Indonesia menginginkan hal yang sama. Kenapa itu dipersoalkan?" tuturnya kepada M. Teguh dan Y. Tomi Aryanto dalam wawancara khusus di kantornya, Jumat malam pekan lalu.

Mengapa Permata yang diincar?

Karena kebetulan Permata yang mau dijual. Ini kami lihat sebagai kesempatan bagi perbankan nasional melakukan konsolidasi. Sebelumnya, meskipun itu tidak salah, yang mendapat manfaat dari proses divestasi adalah bank-bank asing. Kalau sekarang ada bank nasional yang berminat, apa salahnya?

Dengan mengambil Permata, BNI dinilai hanya mau enaknya saja. Anda mengincar bisnis retail mereka?

Memang itu salah satu tujuan merger ini. Wajar, kan, karena Permata bagus di bisnis konsumer dan kredit kecil-menengah, sementara kami kuat di korporasi. Butuh lima atau sepuluh tahun bagi BNI membangun sampai begitu. Melalui merger, kami akan langsung memilikinya. Saya tanya balik, apa tujuan para investor asing yang membeli bank-bank kita selama ini? Sama dengan kami, yaitu menciptakan nilai. Kalau itu disebut mau enaknya, ya, betul.

Jika yang membeli BNI, berarti tidak ada uang tunai yang masuk ke pemerintah?

Justru itu anggapan yang salah. Memang benar kami tidak bayar tunai. Tapi, jangan salah, nantinya bank gabungan BNI dan Permata tetap akan didivestasi. Dari situlah pemerintah mendapat uang tunai dengan jumlah lebih besar dari yang didapat jika penjualan Permata dilakukan sekarang. Tambahannya bisa mencapai Rp 1,7 triliun.

Tapi waktunya tertunda, sementara pemerintah butuh tunai sekarang untuk menambal anggaran.

Paling cepat November. Tapi, kalau keputusannya bertele-tele seperti sekarang, memang bisa-bisa sampai 2005, dan target anggaran pendapatan dan belanja negara sekarang tidak tercapai. Namun, kalau kita bicara kepentingan negara, tahun ini dan tahun depan kan tidak ada bedanya. Yang penting nilai tambahnya ada.

Salah satu alasan manajemen Permata menolak merger adalah perbedaan kultur perusahaan.

Memangnya kalau yang beli Temasek Holding (Singapura) atau Kookmin Bank (Korea Selatan), kulturnya tidak berbeda? Lihat saja di bank-bank yang sudah dijual terdahulu. Mereka akan makin lelah. Yang pasti, akan lebih mudah kalau yang beli sesama bank nasional.

Mereka juga khawatir dengan kemungkinan pengurangan karyawan.

Tidak akan ada cabang yang ditutup, meskipun itu berimpitan dengan kantor BNI, karena memang fokus bisnis dan nasabah Permata berbeda. Kami juga sudah menyiapkan rencana pengembangan yang di dalamnya tidak akan terjadi pemutusan hubungan kerja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus