Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Desah mesra, desah lembut, desah ...

Siaran drama radio "saur sepuh" di purworejo diprotes dari pelbagai pihak. berbau porno & jam siaran harus dipindahkan karena mengganggu pengajian. drama ini sangat populer. juga di ja-bar, jakarta, dll. (md)

14 Juni 1986 | 00.00 WIB

Desah mesra, desah lembut, desah ...
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
MAJELIS Ulama (MUI) Purworejo berang. Pasalnya: banyak anak-anak yang terlambat, atau malah tidak ikut pengajian, gara-gara mendengarkan siaran serial drama radio "Saur Sepuh". Maka, protes pun dilayangkan pada pimpinan radio Amatron, radio swasta niaga terbesar di Purworejo, Jawa Tengah, yang menyiarkan acara tersebut. Mereka meminta agar jam siaran drama tersebut, pukul 18.30-19.00 tiap hari, diubah "karena bisa mengganggu berlangsungnya pengajian anak-anak". MUI juga meminta pimpinan Amatron supaya melakukan sensor ketat terhadap naskah serial drama itu, "karena banyak adegan seks yang ditonjolkan secara terang-terangan, dengan penggambaran napas yang terengah-engah dan dialog jorok". Protes juga muncul dari Karang Taruna Purworejo dan pengurus pesantren Mrican, Purworejo. Alasan pihak pesantren, "Banyak santri yang mengikuti serial itu menunda jam mengajinya, menunggu usainya siaran drama itu." Mereka juga meminta agar adegan ranjang disensor. Pihak Amatron tampaknya menerima keberatan mereka. "Prinsipnya, kami tidak ingin mengecewakan pendengar, tapi kalau beberapa lembaga informal sudah turun tangan, apa boleh buat, kami ikut menyesuaikan," ujar Agha Kamsori, Kepala Bagian Siaran Radio Amatron. Pihaknya sudah menghubungi pihak sponsor, PT Kalbe Farma, yang ikut menentukan jam siaran, dan mengusulkan untuk mengubah jam siaran menjadi mulai pukul 21.30. "Tapi hingga saat ini belum ada kepastian," katanya pekan lalu. Kini, untuk sementara, setiap kali ada adegan percintaan dalam drama tersebut, pihaknya menutupnya dengan suara musik. Untuk memotong atau menghapus, mereka tidak berani, "karena menyalahi kontrak" dengan sponsor. Drama radio "Saur Sepuh" memang sangat populer. Beberapa sumber mengatakan, popularitas "Saur Sepuh" melebihi serial "Butir-Butir Pasir di Laut" yang disiarkan RRI Jakarta. Seorang pengurus PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia) Jawa Tengah, mengatakan, dari sekitar 68 radio swasta di Ja-Teng dan Yogyakarta, ada 31 yang menyiarkan serial ini pada jam yang berbeda. Penggemar drama ini dari anak-anak sampai orang tua. Menurut Sri Hidayati, seorang pelajar SMA I Yogyakarta, drama ini bagus, mirip cerita silat tulisan Kho Ping Ho". Ia menganggap cerita ini tidak porno. Seorang tukang batu, Djasiman, 34, tiap hari membawa radio ke tempat kerjanya. "Saya sekarang lebih menyukai serial ini daripada siaran ketoprak," ujar lulusan STN yang tinggal di Minomartani, Sleman, Yogyakarta, ini. Ia menyukai adegan percintaan dalam cerita itu. "Kalau tidak ada adegan itu, malah kurang sip. Lain dengan adegan percintaan diketoprak yang isinya tembang saja. Kalau dalam serial ini 'kan mengikuti zaman". Di Jawa Barat dan Jawa Timur, drama ini juga meledak. Di Jakarta, tercatat 10 radio swasta yang menyiarkan "Saur Sepuh". Menurut sutradara serial drama ini, Indra Mahendra, 27, di seluruh Indonesia ada 240 radio swasta yang membeli hak siaran drama ini. Tuduhan porno itu dibantah Niki Kosasih, 40, penulis cerita serial drama ini. "Isi cerita saya tidak ada yang porno," katanya. Menurut dia, yang diprotes adalah adegan dalam episode "Banjir Darah Bubat", tatkala Dewi Widati dan Raden Samba - dua tokoh dalam serial "Saur Sepuh" itu - sedang berteduh dalam gua. "Keduanya sedang dilanda cinta. Dan di luar hujan gerimis. Dan dua sejoli itu menyatakan perasaannya," kata Niki. Suasana sepasang kekasih yang sedang memadu janji, katanya, sulit diungkapkan dalam sandiwara radio. "Ini didengar, tidak dilihat. Apa bedanya desah mesra, desah lembut, desah nafsu .... Ini tergantung keahlian pengisi suara," katanya. Ia menduga desahan Samba telah menimbulkan imajinasi yang kurang baik, meski segera di-cut dan ditimpa suara musik. Ia sudah menerima ribuan surat dari penggemar serial ini. "Tapi yang berisi protes seperti dari MUI Purworejo tidak ada." Niki mulai menulis serial "Saur Sepuh" (dari bahasa Sunda, artinya "kata orang tua") sejak dua tahun lampau. Serial ini terdiri dari beberapa episode, satu episode sekitar 60 cerita. Ia sudah menulis sekitar 540 cerita. Dalam satu hari ia bisa menyelesaikan tiga cerita, masing-masing sekitar sepuluh halaman. Jebolan Fakultas Hukum UGM ini mengaku dibayar Rp 25 ribu per satu cerita. Tokoh utama cerita, yang berlatar belakang sejarah, adalah Brama, manusia super, sakti, tampan, alim, dan tak pernah omong jorok .... "Ini cerita fiktif, kepahlawanan semacam Rambo, tapi silat," ujar Harry, salah seorang "pemain" dalam drama ini. "Cerita ini tidak porno," kata Maria Oentu Tinengon, yang memegang peran sebagai Pramita, istri kedua Brama. Populernya "Saur Sepuh", menurut Adam Hanifah, pimpinan PT Haravana Madya Bhakti, yang memproduksi serial ini, menunjukkan sandiwara radio masih tetap disenangi. "Dan masyarakat kita ternyata masih senang mendengarkan cerita kepahlawanan, bukan percintaan," katanya. Studio yang dipimpinnya pernah menangani beberapa serial dari beberapa sponsor, antara lain Unilever, Ciba, dan yang paling meledak dengan Kalbe Farma ini. Tampaknya, protes yang muncul terhadap drama ini terutama karena jam siarannya, karena ternyata hanya di Purworejo protes terjadi. Masalah ini agaknya sudah dibereskan. Menurut Gunadi Susanto, Manajer Produksi PT Kalbe Farma, ia sudah menginstruksikan agar di Purworejo siaran serial ini dimulai pukul 21.30. Ia berpendapat, kalau disiarkan di daerah, semestinya adegan yang dianggap porno itu dipotong saja. Susanto Pudjomartono Laporan Biro-Biro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus