Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo.Co, Jakarta - Perancang jembatan lengkung kereta layang ringan atau LRT, Arvila Delitriana, mengatakan telah mempertimbangkan risiko gempa saat merancang desain konstruksi tersebut. Ia menjelaskan, pihaknya sudah menguji desain itu dengan mengacu pada tujuh kekuatan sumber gempa terbesar di dunia.
"Kami uji dengan mengkombinasikan tujuh sumber gempa di dunia. Di antaranya empat ada di Amerika Serikar dan lainnya ada di Maroko dan AS Jepang," katanya di kantor Kementerian Riset dan Teknologi, Senin, 6 Januari 2020.
Dalam merancang desain jembatan tersebut, Dina menyadari bahwa Jakarta termasuk daerah rawan gempa. Karena itu, kata dia, perlu dibangun jembatan yang sintentis agar kokoh terhadap guncangan.
Adapun untuk merancang bangunan antigempa jembatan lengkung LRT Jabodetabek, Dina menyatakan perlu uji coba yang tak biasa. Sebab, kata dia, struktur jembatan ini memiliki sifat irregular, yakni memiliki dua pilar dengan panjang kaki yang berbeda, sehingga, memiliki konstruksi yang tak umum.
Dina menyebut, meski bersifat irregular, ketahanan struktur bangunan ini telah dihitung dengan cara paling rumit sesuai dengan kaidah yang berlaku. Sementara itu, untuk merancang bangunan yang anti-gempa, pihaknya tak hanya menghitung probabilitas jarak gempa, tapi juga menghitung banyaknya sumber gempa yang ada di Jakarta.
"Kami menghitung berdasarkan peta gempa. Kebetulan di Kuningan tidak terlalu dekat dengan sumber gempa dengan probabilitas jarak 5 kilometer," tuturnya.
Jembatan lengkung bertipe box girder beton dengan radius lengkung 115 meter itu mempunyai bentang utama sepanjang 148 meter. Beban pengujian pondasinya mencapai 4.400 ton. Pembangunan jembatan dimulai dari masing-masing pier utama yang bergerak ke tengah.
Pembangunan jembatan lengkung LRT Kuningan saat ini telah dikerjakan oleh kontraktor Adhi Karya. Pemerintah meresmikan jembatan ini pada 11 November 2019 dan menyatakan long span itu sebagai yang terpanjang di Indonesia.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | ANWAR SISWADI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini