TAK terasa ada kegiatan yang berarti di kompleks perakitan PT
Zastam Motors di Jalan Raya Jakarta Bekasi Km 27. Sesekali suara
mesin memecah kesunyian di pabrik ini -- yang biasanya sibuk
merakit mobil-mobil merk Datsun dan Nissan. Buruhnya pun semakin
menyusut Dulu 900 orang, kini sekitar 200 orang. Itu juga
sebentar lagi bisa dipastikan akan habis. "Pabrik ini seperti
orang yang tengah meregang nyawa," kata seorang pagawainya.
"Sebentar lagi juga mati."
Keadaan itu tak dibantah oleh Sulaiman Affan, Direktur PT
Indokaya Nissan Motors (Innismo), agen tunggal dan pemegang merk
Datsun dan Nissan di Indonesia. "Paling banter satu bulan lagi
stock sudah habis," katanya kepada TEMPO pekan lalu. Kalau bulan
depan Zastam Motors benar menemui ajalnya, itu adalah klimaks
dari sengketa panjang yang terkenal belakangan ini antara PT
Innismo dengan raksasa Marubeni Corporation di Jepang.
Sebagaimana ramai diberitakan, Marubeni Corporation --penyalur
komponen mobil merk Datsun dan Nissan dalam keadaan terurai
(CKD) -- sejak November tahun lalu menyetop semua pengiriman
untuk PT Innismo. Pihak Innissmo kaget. Kata sang direktur,
Sulaiman Affan, ia merasa "benar-benar disandera secara
tiba-tiba."
Menurut Sulaiman, sebelum tindakan penyetopan pengiriman CKD
itu, Innismo sudah membuka L/C, atas persetujuan produsen Nissan
Motors Co. "Tapi Marubeni yang menjadi pensuplai berhasil
membatalkan semua kontrak," katanya.
Penyetopan itu juga disertai permintaan agar Innismo melunasi
sisa utang kepada Marubeni sekitar Rp 12 milyar.
Sejak berdirinya enam tahun lalu, PT Innismo, yang tergolong
nomor enam dalam bisnis perakitan mobil di Indonesia, memang
berhasil mendapat pinjaman dari berbagai pihak. Dari data yang
diaudit kantor akuntan publik Drs. Sardjono & Co. diketahui
seluruh utang pokok PT Innismo sampai akhir Mei 1980 tercatat Rp
62,8 milyar. Itu berasal dari perusahaan Marubeni Panama SA,
Bank of Tokyo Singapura, Bank of Tokyo Jakarta, Bank Dagang
Negara (BDN) Jakarta, lembaga keuangan Tokyo Finance Jakarta dan
PT Finconesia Jakarta.
Dari jumlah seluruh utang yang Rp 62,8 milyar itu, andil
Marubeni memang besar Rp 37,9 milyar (60%). Pihak Affan telah
mengangsur sejumlah Rp 25,7 milyar per 31 Mei lalu, hingga sisa
utang pokok atas tanggungan Marubeni tinggal Rp 12,2 milyar.
Tapi toh Marubeni menagih dengan segala daya ke pihak Innismo.
Mereka bahkan mendesak agar kepemimpinan Affan diganti sama
sekali, karena dianggap kurang becus mengelola perusahaan. Soal
becus atau tak becus memang bisa diperdebatkan, tapi yang jelas,
Innismo memang dikelola oIeh sejumlah kakak beradik.
Selama tahun 1969-1974 PT Indokaya, yang didirikan Almarhum A.
Wahab Affan -- tertua dari keluarga Affan -adalah agen tunggal
untuk kendaraan Nissan Datsun. Waktu itu pemasukan mobil ke
Indonesia berbentuk mobil sudah jadi (Completely Built Up -
CBU). Ketika izin CBU dicabut di tahun 1974 dan impor mobil
hanya dibolehkan untuk yang CKD (Completely Knocked Down) alias
masih terurai, keagenan tersebut, sesuai dengan kontrak, telah
di alihkan kepada PT Innismo, dan Indokaya tampil sebagai
penyalur utama.
Di samping Wahab Affan yang meninggal pada 10 Maret 1976, empat
adik almarhum ikut mendirikan PT Innismo. Mereka, H.M. Thaib
Affan, Sulaimar. Affan, Gunawan Affan dan Usman Affan
masing-masing memiliki 15% saham Innismo. Kakak-beradik asal
Bengkulu itu juga aktif sebagai direktur, kecuali Usman. Sedang
30% milik almarhum Wahab Affan sekarang harus dibagi di antara
19 orang ahli warisnya.
Yang termasuk 'orang luar' hanyalah Saso Soegiarso, seorang
pengusaha pribumi yang karena jasa-jasanya memperoleh saham 10%.
Dapatkah Affan bersaudara ini selamat dari desakan Marubeni?
Sulaiman Affan, mewakili Dir-Ut PT Innismo Thaib Affan yang
sedang naik haji lagi, nampak tidak panik. "Kami pasti bisa
mencicil semua utang itu, asal Marubeni tidak menyumbat
pengiriman CKI tadi," katanya.
Pihak Affan yakin pinjaman dari Marubeni itu dapat dilunasi
dalam tempo dua tahun. Ini berdasarkan perhitungan keuntungan
sebuah mobil berkisar sekitar Rp 700.000 sebuah. Tahun lalu
Innismo berhasil menjual 7.000 unit terdiri dari berbagai tipe.
Itu tak berarti Innismo hebat benar. Di tengah persaingan mobil
Jepang di Indonesia, prestasi Innismo jauh di bawah tiga besar
PT Krama Yudha, Toyota Astra dan Astra International Inc. Meski
meraih kedudukan nomor empat, pasaran mobil Datsun yang dijual
Innismo tak sampai 7% dari seluruh mobil yang laku di Indonesia
tahun lalu (libat Tabel I).
Saling geser rupanya memang terjadi di antara mobil keluaran
Jepang. "Hebat sekali persaingan antara mereka," kata Dir-Ut PT
Garuda Mataram, Sofjan Wanandi. Mengageni mobil Volkswagen,
selama 6 bulan pertama tahun ini Garuda Mataram baru pandai
menjual 732 kendaraan, tak sampai sepersen dari seluruh merk
mobil yang dibeli orang Indonesia.
Apa yang menyebabkan mobil Jepang begitu laris? Jawabnya:
pelayanan setelah penjualan (after sales service) dalam arti
penyediaan suku cadang yang cukup. Bahkan Kenop 15, yang semula
dikhawatirkan akan membuat produksi mobil Jepang tertelentang,
ternyata cuma menabraknya sedikit. Yang terjadi malah: penjualan
mereka menaik di tahun setelah Kenop 15 itu -- dan kini
dipastikan akan terus meningkat. Krisis energi yang sedikit
banyak mempengruhi ekspansi mobil Jepang di banyak negara lain,
nampaknya tak menyentuh Indonesia. (Tabel III)
ALASAN lain secara kurang spesifik diberikan oleh William
Soeryadjaya, kini Ketua Dewan Komisaris PT Astra Inter- national
Inc.: Peningkatan permintaan akan kendaraan bermotor akhir-akhir
ini, katanya, disebabkan peningkatan kegiatan ekonomi Indonesia.
Untuk memenuhi permintaan, maka "sampai akhir 1980 target
produksi kami sejumlah 40.000 unit," katanya menjawab TEMPO.
Tahun lalu, hasil penjualan merk Daihatsu yang mereka
produksikan hanya 12.000. Dalam enam bulan pertama tahun ini
saja, angka yang tercapai sudah hampir 10.000.
Indonesia memang merupakan pasaran yang utama di Asia Tenggara.
Terutama kendaraan niaga yang bebas pajak. Mungkin melihat
sukses mereka di Indonesia, para eksekutif di Jepang sudah
bersepakat untuk mengarahkan perhatian mereka kepada pasaran
jenis kendaraan ini.
Masuk akal bila PT Krama Yudha, yang patungan dengan Mitsubishi,
sampai kini paling berani dengan kampanye promosi yang menggebu
-- antara lain ,nenampilkan penyanyi Benyamin yang berbaris di
TVRI. Dan ia berhasil keluar sebagai pemenang. Padahal di negeri
lain, Mitsubishi tergolong di bawah Toyota, dan Nissan-Datsun
(lihat Tabel II).
Berbeda dengan Krama Yudha, pihak Toyota nampaknya tak begitu
memusingkan soal promosi. Termasuk nomor satu di Jepang, juga di
Amerika dibandingkan pasaran mobil Jepang lainnya, mereka merasa
"di atas angin", seperti kata seorang pengusaha. Pihak Toyota
sendiri tak membantah. Menurut Moedahar, 66 tahun, Direktur PT
Toyota Astra Motor, promosi hanya ditekankan untuk jenis yang
kurang laku, seperti Toyota tipe Kijang (Koes Plus sebagai
bintang), Dyna (Muhammad Ali yang meraung "Punch!") dan Hi-Ace
(Kris Biantoro yang jadi cewek). Orang Toyota itu mengakui,
satu-satunya saingan berat mereka di Indonesia adalah Mitsubishi
Colt.
Di bawah Subronto Laras, 36 tahun, menantu Almarhum Jenderal
Yani itu, mobil merk Suzuki juga semakin menanjak. Subronto
adalah direktur utama dari PT Indo Hero Motor dan PT Indo Mobil
Utama, masing-masing perakit dan agen tunggal mobil dan motor
Suzuki di Indonesia. Tahun lalu mereka menjual 3.738 mobil.
Kini, baru enam bulan pertama 1980 ini, jumlah mobil yang dijual
sudah mencapai 3.071 unit. "Kami menyesuaikan diri dengan pola
pemerintah yang mengharuskan 85% kendaraan komersial dan hanya
15% untuk sedan. Maka jenis yang sedan kami stop dulu," kata
Subronto Laras.
Maka kini Suzuki merakit sekitar 6000 unit mobil niaga, pick-up
dan minibus. Di jalan jalan sekarang juga sudah berseliweran jip
'Jimny' biru tua yang manis itu. Produk keluaran Suzuki itu
nampaknya mampu memaksa jip Daihatsu Taft, yang memakai minyak
solar ntuk membagi pasarnya.
Tak disangsikan lagi, di antara negara Asean, adalah Indonesia
yang memiliki potensi pasaran paling besar. Dalam jangka
panjang, pasaran mobil Jepang, terutama yang jenis niaga, akan
lebih merasuki setiap pelosok di Indonesia. Selain pajaknya
dibebaskan, pemerintah juga tak memungut bea-masuk untuk impor
bahan baku. Maksudnya tak lain adlalah untuk menghidupkan
industri komponen di Indonesia.
Sudah banyak komponen yang dibuat di dalam negeri. Seperti ban,
cat, aki, shock absorber. muffler, radiator, jok dan tempat
duduk, sampai ke bodi mobil, chassis dan tanki bensin. Tapi
berapa besar persentasenya?
Beberapa pengusaha mengaku penggunaan komponen lokal sudah
mendekati 50%. Ir. Sutomo dari Toyota Astra menyebut angka
45,39% untuk Toyota Kijang, 45,39% untuk pick-up beratap dan
49,6% untuk Toyota Hi-Ace (jenis pick-up). Begitu pula PT Krama
Yudha yang sudah mendirikan pabrik komponen -- patungan dengan
Mitsubishi mengaku sudah bisa membuat sekitar 40% dari seluruh
bagian mobil niaga.
Melihat kesungguhan pemerintah Indonesia untuk bisa membuat
sebanyak mungkin komponen di dalam negeri, pihak Jepang pun
melihat jauh. Menurut Subronto Laras, telah didirikan 11 pabrik
komponen mobil dan motor di Cakung, Jakarta Utara. Bernama PT
Suzuki Indonesia Manufacturing, perusahaan patungan dengan
Jepang itu bermodal sekitar US$20 juta. Ini lebih besar dari
pabrik komponen punya Astra International Inc. yang menelan
US$5 juta, untuk merakit merk Daihatsu.
Tapi perkara pabrik komponen ini juga yang ikut menimbulkan
konflik antara Marubeni-Nissan vs. Affan. Itu setidaknya menurut
pihak Affan. Menganggap orang-orang Marubeni-Nissan di Tokyo
mula-mula tak serius dalam perkara ini, oleh Affan didirikanlah
sebuah parik untuk mengepres baja. Dan Affan bersaudara untuk
itu telah bekerjasama dengan sebuah swasta Jerman Barat,
perusahaan Thyssen AG. Hasilnya adalah sebuah pabrik kempa yang
terbesar di Indonesia.
Bagi negara yang berambisi membuat produksi mobil sendiri,
dimilikinya pabrik kempa seperti punya Affan bersaudara itu
adalah suatu keharusan. Sementara itu bagi para pengusaha,
potensi pabrik semacam ini bukan cuma sebagai mersu suar.
Seperti kata Gunawan Affan,"siapa yang bisa menguasai pabrik
press baja, berarti bisa menguasai pasaran mobil di Indonesia."
(lihat Kempa: Persiapan Kekuasaan).
Itu pula mungkin yang membuat Marubeni-Nissan juga punya niat
memasuki ladang yang sama - meskipun mungkin tujuannya lebih
karena ingin dapat dukungan pemerintah Indonesia dalam
sengketanya dengan Affan. Menurur The Asian Wall Street Journal
di Tokyo, pihak Marubeni-Nissan menjanjikan akan menanam modal
raksasa sebesar US$ 200 juta -- sekitar Rp 126 milyar untuk
pabrik kempa dan komponen itu.
Diharapkan pemerintah Indonesia menyetujui dilakukannya
perombakan total dalam manajemen dan pemilikan PT Innismo.
Perombakan ini bagi Nissan-Marubeni penting, karena posisinya di
pasar Indonesia kecil -- yang agaknya jadi bukti kegagalan
manajemen gaya Affan.
Soalnya, orang-orang di Tokyo sana mungkin tersentak juga
rencana pemerintah untuh menciutkan jumlah merk dan tipe mobil
yang berjubel di Indonesia. Terakhir dengan keluarnya SK Menteri
Perhubungan No. 349, tanggal 19 Agustus 1980, yang cukup bikin
Nissan was-was. Peraturan Menteri A.R. Soehoed yang baru itu
menyatakan. Permohonan perubahan tipe baru hanya akan
dipertimbangkan bila sudah dirakit di dalam negeri paling kurang
selama tiga tahun, dan mencapai produksi minimal 15.000 unit
setahun untuk kendaraan niaga dan 5000 unit untuk jenis sedan.
Padahal produksi Innismo untuk merk Datsun, baik yang niaga
maupun sedan, selama tahun 1979 hanya mencapai 6.881 unit.
Dengan kata lain: mudah jadi korban penciutan.
Alhasil, konflik Marubeni-Nissall vs Affan adalah petunjuk
desak-mendesaknya perdagangan mobil Jepang di pasar Indonesia
yang kian sengit - sebelum sejumlah merk (dan sejumlah manajer)
berguguran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini