Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Desak-Mendesak Mobil Jepang

Persaingan sengit pemasaran mobil-mobil jepang pemerintah akan menciuntukan jenis merk mobil sengketa marubeni-nisan vs affan belum selesai. (eb)

27 September 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK terasa ada kegiatan yang berarti di kompleks perakitan PT Zastam Motors di Jalan Raya Jakarta Bekasi Km 27. Sesekali suara mesin memecah kesunyian di pabrik ini -- yang biasanya sibuk merakit mobil-mobil merk Datsun dan Nissan. Buruhnya pun semakin menyusut Dulu 900 orang, kini sekitar 200 orang. Itu juga sebentar lagi bisa dipastikan akan habis. "Pabrik ini seperti orang yang tengah meregang nyawa," kata seorang pagawainya. "Sebentar lagi juga mati." Keadaan itu tak dibantah oleh Sulaiman Affan, Direktur PT Indokaya Nissan Motors (Innismo), agen tunggal dan pemegang merk Datsun dan Nissan di Indonesia. "Paling banter satu bulan lagi stock sudah habis," katanya kepada TEMPO pekan lalu. Kalau bulan depan Zastam Motors benar menemui ajalnya, itu adalah klimaks dari sengketa panjang yang terkenal belakangan ini antara PT Innismo dengan raksasa Marubeni Corporation di Jepang. Sebagaimana ramai diberitakan, Marubeni Corporation --penyalur komponen mobil merk Datsun dan Nissan dalam keadaan terurai (CKD) -- sejak November tahun lalu menyetop semua pengiriman untuk PT Innismo. Pihak Innissmo kaget. Kata sang direktur, Sulaiman Affan, ia merasa "benar-benar disandera secara tiba-tiba." Menurut Sulaiman, sebelum tindakan penyetopan pengiriman CKD itu, Innismo sudah membuka L/C, atas persetujuan produsen Nissan Motors Co. "Tapi Marubeni yang menjadi pensuplai berhasil membatalkan semua kontrak," katanya. Penyetopan itu juga disertai permintaan agar Innismo melunasi sisa utang kepada Marubeni sekitar Rp 12 milyar. Sejak berdirinya enam tahun lalu, PT Innismo, yang tergolong nomor enam dalam bisnis perakitan mobil di Indonesia, memang berhasil mendapat pinjaman dari berbagai pihak. Dari data yang diaudit kantor akuntan publik Drs. Sardjono & Co. diketahui seluruh utang pokok PT Innismo sampai akhir Mei 1980 tercatat Rp 62,8 milyar. Itu berasal dari perusahaan Marubeni Panama SA, Bank of Tokyo Singapura, Bank of Tokyo Jakarta, Bank Dagang Negara (BDN) Jakarta, lembaga keuangan Tokyo Finance Jakarta dan PT Finconesia Jakarta. Dari jumlah seluruh utang yang Rp 62,8 milyar itu, andil Marubeni memang besar Rp 37,9 milyar (60%). Pihak Affan telah mengangsur sejumlah Rp 25,7 milyar per 31 Mei lalu, hingga sisa utang pokok atas tanggungan Marubeni tinggal Rp 12,2 milyar. Tapi toh Marubeni menagih dengan segala daya ke pihak Innismo. Mereka bahkan mendesak agar kepemimpinan Affan diganti sama sekali, karena dianggap kurang becus mengelola perusahaan. Soal becus atau tak becus memang bisa diperdebatkan, tapi yang jelas, Innismo memang dikelola oIeh sejumlah kakak beradik. Selama tahun 1969-1974 PT Indokaya, yang didirikan Almarhum A. Wahab Affan -- tertua dari keluarga Affan -adalah agen tunggal untuk kendaraan Nissan Datsun. Waktu itu pemasukan mobil ke Indonesia berbentuk mobil sudah jadi (Completely Built Up - CBU). Ketika izin CBU dicabut di tahun 1974 dan impor mobil hanya dibolehkan untuk yang CKD (Completely Knocked Down) alias masih terurai, keagenan tersebut, sesuai dengan kontrak, telah di alihkan kepada PT Innismo, dan Indokaya tampil sebagai penyalur utama. Di samping Wahab Affan yang meninggal pada 10 Maret 1976, empat adik almarhum ikut mendirikan PT Innismo. Mereka, H.M. Thaib Affan, Sulaimar. Affan, Gunawan Affan dan Usman Affan masing-masing memiliki 15% saham Innismo. Kakak-beradik asal Bengkulu itu juga aktif sebagai direktur, kecuali Usman. Sedang 30% milik almarhum Wahab Affan sekarang harus dibagi di antara 19 orang ahli warisnya. Yang termasuk 'orang luar' hanyalah Saso Soegiarso, seorang pengusaha pribumi yang karena jasa-jasanya memperoleh saham 10%. Dapatkah Affan bersaudara ini selamat dari desakan Marubeni? Sulaiman Affan, mewakili Dir-Ut PT Innismo Thaib Affan yang sedang naik haji lagi, nampak tidak panik. "Kami pasti bisa mencicil semua utang itu, asal Marubeni tidak menyumbat pengiriman CKI tadi," katanya. Pihak Affan yakin pinjaman dari Marubeni itu dapat dilunasi dalam tempo dua tahun. Ini berdasarkan perhitungan keuntungan sebuah mobil berkisar sekitar Rp 700.000 sebuah. Tahun lalu Innismo berhasil menjual 7.000 unit terdiri dari berbagai tipe. Itu tak berarti Innismo hebat benar. Di tengah persaingan mobil Jepang di Indonesia, prestasi Innismo jauh di bawah tiga besar PT Krama Yudha, Toyota Astra dan Astra International Inc. Meski meraih kedudukan nomor empat, pasaran mobil Datsun yang dijual Innismo tak sampai 7% dari seluruh mobil yang laku di Indonesia tahun lalu (libat Tabel I). Saling geser rupanya memang terjadi di antara mobil keluaran Jepang. "Hebat sekali persaingan antara mereka," kata Dir-Ut PT Garuda Mataram, Sofjan Wanandi. Mengageni mobil Volkswagen, selama 6 bulan pertama tahun ini Garuda Mataram baru pandai menjual 732 kendaraan, tak sampai sepersen dari seluruh merk mobil yang dibeli orang Indonesia. Apa yang menyebabkan mobil Jepang begitu laris? Jawabnya: pelayanan setelah penjualan (after sales service) dalam arti penyediaan suku cadang yang cukup. Bahkan Kenop 15, yang semula dikhawatirkan akan membuat produksi mobil Jepang tertelentang, ternyata cuma menabraknya sedikit. Yang terjadi malah: penjualan mereka menaik di tahun setelah Kenop 15 itu -- dan kini dipastikan akan terus meningkat. Krisis energi yang sedikit banyak mempengruhi ekspansi mobil Jepang di banyak negara lain, nampaknya tak menyentuh Indonesia. (Tabel III) ALASAN lain secara kurang spesifik diberikan oleh William Soeryadjaya, kini Ketua Dewan Komisaris PT Astra Inter- national Inc.: Peningkatan permintaan akan kendaraan bermotor akhir-akhir ini, katanya, disebabkan peningkatan kegiatan ekonomi Indonesia. Untuk memenuhi permintaan, maka "sampai akhir 1980 target produksi kami sejumlah 40.000 unit," katanya menjawab TEMPO. Tahun lalu, hasil penjualan merk Daihatsu yang mereka produksikan hanya 12.000. Dalam enam bulan pertama tahun ini saja, angka yang tercapai sudah hampir 10.000. Indonesia memang merupakan pasaran yang utama di Asia Tenggara. Terutama kendaraan niaga yang bebas pajak. Mungkin melihat sukses mereka di Indonesia, para eksekutif di Jepang sudah bersepakat untuk mengarahkan perhatian mereka kepada pasaran jenis kendaraan ini. Masuk akal bila PT Krama Yudha, yang patungan dengan Mitsubishi, sampai kini paling berani dengan kampanye promosi yang menggebu -- antara lain ,nenampilkan penyanyi Benyamin yang berbaris di TVRI. Dan ia berhasil keluar sebagai pemenang. Padahal di negeri lain, Mitsubishi tergolong di bawah Toyota, dan Nissan-Datsun (lihat Tabel II). Berbeda dengan Krama Yudha, pihak Toyota nampaknya tak begitu memusingkan soal promosi. Termasuk nomor satu di Jepang, juga di Amerika dibandingkan pasaran mobil Jepang lainnya, mereka merasa "di atas angin", seperti kata seorang pengusaha. Pihak Toyota sendiri tak membantah. Menurut Moedahar, 66 tahun, Direktur PT Toyota Astra Motor, promosi hanya ditekankan untuk jenis yang kurang laku, seperti Toyota tipe Kijang (Koes Plus sebagai bintang), Dyna (Muhammad Ali yang meraung "Punch!") dan Hi-Ace (Kris Biantoro yang jadi cewek). Orang Toyota itu mengakui, satu-satunya saingan berat mereka di Indonesia adalah Mitsubishi Colt. Di bawah Subronto Laras, 36 tahun, menantu Almarhum Jenderal Yani itu, mobil merk Suzuki juga semakin menanjak. Subronto adalah direktur utama dari PT Indo Hero Motor dan PT Indo Mobil Utama, masing-masing perakit dan agen tunggal mobil dan motor Suzuki di Indonesia. Tahun lalu mereka menjual 3.738 mobil. Kini, baru enam bulan pertama 1980 ini, jumlah mobil yang dijual sudah mencapai 3.071 unit. "Kami menyesuaikan diri dengan pola pemerintah yang mengharuskan 85% kendaraan komersial dan hanya 15% untuk sedan. Maka jenis yang sedan kami stop dulu," kata Subronto Laras. Maka kini Suzuki merakit sekitar 6000 unit mobil niaga, pick-up dan minibus. Di jalan jalan sekarang juga sudah berseliweran jip 'Jimny' biru tua yang manis itu. Produk keluaran Suzuki itu nampaknya mampu memaksa jip Daihatsu Taft, yang memakai minyak solar ntuk membagi pasarnya. Tak disangsikan lagi, di antara negara Asean, adalah Indonesia yang memiliki potensi pasaran paling besar. Dalam jangka panjang, pasaran mobil Jepang, terutama yang jenis niaga, akan lebih merasuki setiap pelosok di Indonesia. Selain pajaknya dibebaskan, pemerintah juga tak memungut bea-masuk untuk impor bahan baku. Maksudnya tak lain adlalah untuk menghidupkan industri komponen di Indonesia. Sudah banyak komponen yang dibuat di dalam negeri. Seperti ban, cat, aki, shock absorber. muffler, radiator, jok dan tempat duduk, sampai ke bodi mobil, chassis dan tanki bensin. Tapi berapa besar persentasenya? Beberapa pengusaha mengaku penggunaan komponen lokal sudah mendekati 50%. Ir. Sutomo dari Toyota Astra menyebut angka 45,39% untuk Toyota Kijang, 45,39% untuk pick-up beratap dan 49,6% untuk Toyota Hi-Ace (jenis pick-up). Begitu pula PT Krama Yudha yang sudah mendirikan pabrik komponen -- patungan dengan Mitsubishi mengaku sudah bisa membuat sekitar 40% dari seluruh bagian mobil niaga. Melihat kesungguhan pemerintah Indonesia untuk bisa membuat sebanyak mungkin komponen di dalam negeri, pihak Jepang pun melihat jauh. Menurut Subronto Laras, telah didirikan 11 pabrik komponen mobil dan motor di Cakung, Jakarta Utara. Bernama PT Suzuki Indonesia Manufacturing, perusahaan patungan dengan Jepang itu bermodal sekitar US$20 juta. Ini lebih besar dari pabrik komponen punya Astra International Inc. yang menelan US$5 juta, untuk merakit merk Daihatsu. Tapi perkara pabrik komponen ini juga yang ikut menimbulkan konflik antara Marubeni-Nissan vs. Affan. Itu setidaknya menurut pihak Affan. Menganggap orang-orang Marubeni-Nissan di Tokyo mula-mula tak serius dalam perkara ini, oleh Affan didirikanlah sebuah parik untuk mengepres baja. Dan Affan bersaudara untuk itu telah bekerjasama dengan sebuah swasta Jerman Barat, perusahaan Thyssen AG. Hasilnya adalah sebuah pabrik kempa yang terbesar di Indonesia. Bagi negara yang berambisi membuat produksi mobil sendiri, dimilikinya pabrik kempa seperti punya Affan bersaudara itu adalah suatu keharusan. Sementara itu bagi para pengusaha, potensi pabrik semacam ini bukan cuma sebagai mersu suar. Seperti kata Gunawan Affan,"siapa yang bisa menguasai pabrik press baja, berarti bisa menguasai pasaran mobil di Indonesia." (lihat Kempa: Persiapan Kekuasaan). Itu pula mungkin yang membuat Marubeni-Nissan juga punya niat memasuki ladang yang sama - meskipun mungkin tujuannya lebih karena ingin dapat dukungan pemerintah Indonesia dalam sengketanya dengan Affan. Menurur The Asian Wall Street Journal di Tokyo, pihak Marubeni-Nissan menjanjikan akan menanam modal raksasa sebesar US$ 200 juta -- sekitar Rp 126 milyar untuk pabrik kempa dan komponen itu. Diharapkan pemerintah Indonesia menyetujui dilakukannya perombakan total dalam manajemen dan pemilikan PT Innismo. Perombakan ini bagi Nissan-Marubeni penting, karena posisinya di pasar Indonesia kecil -- yang agaknya jadi bukti kegagalan manajemen gaya Affan. Soalnya, orang-orang di Tokyo sana mungkin tersentak juga rencana pemerintah untuh menciutkan jumlah merk dan tipe mobil yang berjubel di Indonesia. Terakhir dengan keluarnya SK Menteri Perhubungan No. 349, tanggal 19 Agustus 1980, yang cukup bikin Nissan was-was. Peraturan Menteri A.R. Soehoed yang baru itu menyatakan. Permohonan perubahan tipe baru hanya akan dipertimbangkan bila sudah dirakit di dalam negeri paling kurang selama tiga tahun, dan mencapai produksi minimal 15.000 unit setahun untuk kendaraan niaga dan 5000 unit untuk jenis sedan. Padahal produksi Innismo untuk merk Datsun, baik yang niaga maupun sedan, selama tahun 1979 hanya mencapai 6.881 unit. Dengan kata lain: mudah jadi korban penciutan. Alhasil, konflik Marubeni-Nissall vs Affan adalah petunjuk desak-mendesaknya perdagangan mobil Jepang di pasar Indonesia yang kian sengit - sebelum sejumlah merk (dan sejumlah manajer) berguguran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus