Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kempa: Persiapan Kekuasaan

Pabrik kempa PT. Indopres dan manufacturing macet karena dana yang diharapkan dari bapindo ditangguhkan pemerintah. pabrik memproduksi komponen mobil yang direncanakan selesai th 1981.

27 September 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SESAK napas kini sedang menimpa PT Indopres & Manufacturing, Jakarta. Di halaman pabriknya di desa Poniok Ungu, Bekasi, tak jauh dari perbatasan Jakarta-Jawa Barat, bertumpuk mesin-mesin pres datang dari Jerman Barat. Mesin itu sudah 6 bulan lalu dikirim oleh Thyssen AG, salah satu perusahaan raksasa di Jerman Barat. "Seharusnya sudah siap dipasang, tapi karena dananya macet, pemasangan mesin itu pun macet," kata Gunawan Affan, salah seorang pemegang saham Indopres kepada Yunus Kasim dari TEMPO, Senin lalu. Adalah Gunawan yang pertama-tama punya ambisi untuk membangun proyek pabrik kempa (press baja) itu. Dan dialah yang langsung membicarakannya dengan pihak Hankam, sehingga akhirnya mendapat bantuan dari perusahaan Thyssen AG, berupa kredit untuk membeli mesin-mesin kempa mulai 200 ton - 2000 ton, seluruhnya seharga hampir Rp 3,5 milyar tanpa jaminan dari pihak Indonesia. Pada mulanya "semua saudara saya tak yakin bahwa saya akan berhasil," ujarnya dalam mobil Mercedes-Benz yang dikemudikannya sendiri." Kini, kami sepakat menyelesaikan proyek Indopres ini." Alasannya: "Siapa yang menguasai pabrik press baja bisa menguasai industri mobil." Indopres yang merencanakan produksi komersialnya akhir 1981, tapi kini masih jauh dari selesai. Mesin-mesin kempa itu untuk pemasangannya memerlukan fondasi yang kokoh dan dana yang cukup besar. Tapi dalam kompleks yang luasnya 5 ha itu masih ada tanah yang kosong. Bangunannya juga belum berdiri. "Soalnya kredit yang dijanjikan Bapindo disuruh tangguhkan oleh pemerintah," ujar Gunawan. Sementara PT Indopres & Manufacturing sudah harus membayar bunga kepada Thyssen AG bulan depan. Penangguhan dana dari Bapindo itu tampaknya tak mengutangi tekad mereka untuk bekerja. Dengan mesin-mesin pres dan peralatan yang dibeli dari Jepang, Indopres kini memproduksi berbagai komponen -- untuk Datsun Sena yang dirakit oleh Zastam Motors. Juga menerima order untuk membuat lad-bak truk Isuzu. "Kerja kami, sekedar untuk hidup," kata Dr. lr. Mulyono, Direktur PT Indopres. Tapi jika semua mesin selesai dipasang, akan dihasilkan chassin cabin, rear body, tangki bensin, masing-masing jenis sebanyak 9000 unit. Indopres yang menurut pihak Affan menjadi sengketa antara Innismo dengan Marubeni itu juga akan menghasllkan komponen gerbong kereta api dengan kapasitas 36.000 buah, kabinet radio dan televisi sebanyak 36. 000 buah serta alat-alat keperluan rumah tangga sampai perlengkapan militer. "Jika ada izin dan dibutuhkan, membuat tank baja pun Indopres sanggup," kata Dir-Ut Mulyono, seorang ahli metalurgi keluaran Jerman Barat. Untuk semuanya itu diperlukan investasi Rp 17 milyar dengan modal dasar sebesar Rp 5 milyar. Innismo memiliki saham 4%, sedang saham lainnya dimiliki oleh pribadi-pribadi, termasuk Affan bersaudara. Sebenarnya, pabrik kempa baja ini di Indonesia bukan hal yang baru, meskipun kapasitas mesin mengepres baja adalah yang terbesar. Di Sunter, Jakarta Utara, misalnya, PT Astra International Inc. memiliki PT Toyota-Mobilindo yang memproduksi berbagai komponen untuk kendaraan niaga. Punya lima buah mesin kempa dengan kapasitas 200 - 1000 ton. Bahkan Toyota-Mobilindo telah mensuplai kebutuhan untuk Toyota Kijang, Hi-Ace, Dyna dan truk. "Investasi yang ditanam US$17,6 juta," kata Ir. S. Bismark, wakil kepala pabrik Toyota-Mobilindo. Dewasa ini pabrik Toyota-Mobilindo sudah menghasilkan chassis, knalpot, tangki bensin, body untuk Kijang dan daun-daun pintu yang kemudian dirakit oleh PT Multi Astra, kelompok Astra. Malah, sekarang ini ia kewalahan menampung permintaan pasar. Untuk itu, "pabrik di Sunter I kini sedang diperluas," ujar Bismark. Masa depan yang cerah bagi pabrik kempa? Melihat makin kuatnya dominasi mobil Jepang di Indonesia dan wajib pakai komponen lokal, para pengusaha mobil Jepang optimistis. Yang terang sampai sekarang pemerintah telah mengeluarkan izin untuk pabrik kempa ini kepada beberapa perusahaan lain antaranya kepada PT Sagitarius Sari, PT Megah Ampuh, PT Purna Sadhana, PT Inkoasku dan PT Barata. Izin baru sudah disetop. Semuanya itu membuat komponen kendaraan bermotor menuju pembuatan mobil made in Indonesia tahun 1984.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus