SESAK napas kini sedang menimpa PT Indopres & Manufacturing,
Jakarta. Di halaman pabriknya di desa Poniok Ungu, Bekasi, tak
jauh dari perbatasan Jakarta-Jawa Barat, bertumpuk mesin-mesin
pres datang dari Jerman Barat.
Mesin itu sudah 6 bulan lalu dikirim oleh Thyssen AG, salah satu
perusahaan raksasa di Jerman Barat. "Seharusnya sudah siap
dipasang, tapi karena dananya macet, pemasangan mesin itu pun
macet," kata Gunawan Affan, salah seorang pemegang saham
Indopres kepada Yunus Kasim dari TEMPO, Senin lalu.
Adalah Gunawan yang pertama-tama punya ambisi untuk membangun
proyek pabrik kempa (press baja) itu. Dan dialah yang langsung
membicarakannya dengan pihak Hankam, sehingga akhirnya mendapat
bantuan dari perusahaan Thyssen AG, berupa kredit untuk membeli
mesin-mesin kempa mulai 200 ton - 2000 ton, seluruhnya seharga
hampir Rp 3,5 milyar tanpa jaminan dari pihak Indonesia. Pada
mulanya "semua saudara saya tak yakin bahwa saya akan berhasil,"
ujarnya dalam mobil Mercedes-Benz yang dikemudikannya sendiri."
Kini, kami sepakat menyelesaikan proyek Indopres ini."
Alasannya: "Siapa yang menguasai pabrik press baja bisa
menguasai industri mobil."
Indopres yang merencanakan produksi komersialnya akhir 1981,
tapi kini masih jauh dari selesai. Mesin-mesin kempa itu untuk
pemasangannya memerlukan fondasi yang kokoh dan dana yang cukup
besar. Tapi dalam kompleks yang luasnya 5 ha itu masih ada tanah
yang kosong. Bangunannya juga belum berdiri. "Soalnya kredit
yang dijanjikan Bapindo disuruh tangguhkan oleh pemerintah,"
ujar Gunawan. Sementara PT Indopres & Manufacturing sudah harus
membayar bunga kepada Thyssen AG bulan depan.
Penangguhan dana dari Bapindo itu tampaknya tak mengutangi tekad
mereka untuk bekerja. Dengan mesin-mesin pres dan peralatan yang
dibeli dari Jepang, Indopres kini memproduksi berbagai komponen
-- untuk Datsun Sena yang dirakit oleh Zastam Motors. Juga
menerima order untuk membuat lad-bak truk Isuzu. "Kerja kami,
sekedar untuk hidup," kata Dr. lr. Mulyono, Direktur PT
Indopres. Tapi jika semua mesin selesai dipasang, akan
dihasilkan chassin cabin, rear body, tangki bensin,
masing-masing jenis sebanyak 9000 unit.
Indopres yang menurut pihak Affan menjadi sengketa antara
Innismo dengan Marubeni itu juga akan menghasllkan komponen
gerbong kereta api dengan kapasitas 36.000 buah, kabinet radio
dan televisi sebanyak 36. 000 buah serta alat-alat keperluan
rumah tangga sampai perlengkapan militer. "Jika ada izin dan
dibutuhkan, membuat tank baja pun Indopres sanggup," kata Dir-Ut
Mulyono, seorang ahli metalurgi keluaran Jerman Barat.
Untuk semuanya itu diperlukan investasi Rp 17 milyar dengan
modal dasar sebesar Rp 5 milyar. Innismo memiliki saham 4%,
sedang saham lainnya dimiliki oleh pribadi-pribadi, termasuk
Affan bersaudara.
Sebenarnya, pabrik kempa baja ini di Indonesia bukan hal yang
baru, meskipun kapasitas mesin mengepres baja adalah yang
terbesar. Di Sunter, Jakarta Utara, misalnya, PT Astra
International Inc. memiliki PT Toyota-Mobilindo yang memproduksi
berbagai komponen untuk kendaraan niaga. Punya lima buah mesin
kempa dengan kapasitas 200 - 1000 ton. Bahkan Toyota-Mobilindo
telah mensuplai kebutuhan untuk Toyota Kijang, Hi-Ace, Dyna dan
truk. "Investasi yang ditanam US$17,6 juta," kata Ir. S.
Bismark, wakil kepala pabrik Toyota-Mobilindo.
Dewasa ini pabrik Toyota-Mobilindo sudah menghasilkan chassis,
knalpot, tangki bensin, body untuk Kijang dan daun-daun pintu
yang kemudian dirakit oleh PT Multi Astra, kelompok Astra.
Malah, sekarang ini ia kewalahan menampung permintaan pasar.
Untuk itu, "pabrik di Sunter I kini sedang diperluas," ujar
Bismark.
Masa depan yang cerah bagi pabrik kempa? Melihat makin kuatnya
dominasi mobil Jepang di Indonesia dan wajib pakai komponen
lokal, para pengusaha mobil Jepang optimistis. Yang terang
sampai sekarang pemerintah telah mengeluarkan izin untuk pabrik
kempa ini kepada beberapa perusahaan lain antaranya kepada PT
Sagitarius Sari, PT Megah Ampuh, PT Purna Sadhana, PT Inkoasku
dan PT Barata. Izin baru sudah disetop. Semuanya itu membuat
komponen kendaraan bermotor menuju pembuatan mobil made in
Indonesia tahun 1984.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini