Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Harga gabah di tingkat petani dan harga beras eceran turun pada Juli 2021.
Puncak musim panen tiba lebih awal.
Bulog dianggap tidak optimal menyerap gabah pada musim panen raya pertama.
JAKARTA – Harga gabah di tingkat petani dan harga beras eceran turun pada Juli 2021 dibanding pada sebulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik mencatat harga gabah kering panen (GKP) bulan lalu sebesar Rp 4.311 per kilogram. Harga itu turun 5,17 persen dibanding pada bulan sebelumnya yang sebesar Rp 4.546 per kilogram. Adapun gabah kering giling (GKG) dihargai Rp 4.874 per kilogram, turun 1,81 persen dibanding pada Juni yang senilai Rp 4.964 per kilogram.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan, Said Abdullah, menuturkan musim kemarau basah yang terjadi pada tahun ini memicu musim gadu atau musim tanam kedua pada April lalu, lebih cepat dari jadwal semula pada Mei. Implikasinya, puncak musim panen, yang biasanya baru terjadi pada akhir Agustus atau awal September, menjadi tiba lebih awal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ketika produksi cukup baik pada musim pertama dan kedua ini, seharusnya pemerintah mengusahakan untuk memperbesar cadangan pangan,” tutur Said kepada Tempo, kemarin.
Said menjelaskan, beberapa wilayah pantai utara Jawa sudah mulai panen pada pekan ini. Selain itu, hasil musim tanam pertama relatif bagus tanpa gangguan, sehingga produksi cukup tinggi di puncak panen musim gadu pada April lalu. Padahal, kata dia, tingkat produksi musim gadu biasanya berkurang 10-15 persen.
“Seharusnya pada musim gadu produksi berkurang dan harga naik. Namun sekarang harga turun pada saat puncak musim panen belum terjadi,” ucap Said.
Besaran harga pembelian pemerintah (HPP) yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24 Tahun 2020 untuk GKP di tingkat petani adalah Rp 4.200 per kilogram. Meskipun saat ini harga pasar masih di atas HPP, Said menilai, harga GKP pada musim kedua masih di bawah harga rata-rata musim sebelumnya.
“Perlu diantisipasi kalau tren penurunan harga masih terus terjadi sampai puncak musim panen pada akhir Agustus nanti,” tutur Said.
Aktivitas bongkar-muat beras di gudang Bulog, Kelapa Gading, Jakarta, 19 Maret 2021. TEMPO/Tony Hartawan
Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras, Sutarto Alimoeso, berujar, ketersediaan pasokan beras memang sedang tinggi. Penyebabnya ialah terjadi surplus 3,8 juta ton pada musim panen raya pertama lalu (Oktober 2020-Maret 2021), yang bertepatan dengan musim hujan. Pada saat itu, Sutarto mengatakan, pemerintah tidak menyerap dengan optimal.
“Pada saat normal, serapan pemerintah bisa mencapai 3 juta ton. Namun saat ini tidak sampai 1 juta ton. Pasar juga sedang lesu akibat pandemi, khususnya untuk masyarakat kelas menengah ke bawah,” tutur Sutarto.
Sutarto mengatakan harga gabah di tingkat petani atau penggilingan masih relatif baik karena kualitas gabah lebih baik. Namun dia meminta pemerintah memperhatikan pasokan pada tiga bulan terakhir 2021 dan dua bulan awal 2022 karena masih masuk musim tanam.
Menurut Sutarto, pemerintah perlu mempersiapkan pasokan untuk melakukan stabilisasi harga atau operasi pasar. “Harus disiapkan beras operasi pasar setidaknya 400-500 ribu ton. Kalau mau lebih aman, pemerintah mulai sekarang sudah menugasi Perum Bulog untuk membeli dalam jumlah besar,” tutur Sutarto.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog, Awaludin Iqbal, mengungkapkan perusahaan masih terus menyerap gabah petani untuk kebutuhan ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga (KPSH). Selain itu, Bulog perlu segera merealisasi bantuan beras bagi masyarakat yang terkena dampak pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sebanyak 288 ribu ton.
“Bulog terus menjaga jumlah stok CBP (cadangan beras pemerintah) di angka batas aman 1-1,5 juta ton,” tutur Iqbal.
Iqbal menjelaskan, Bulog memiliki fungsi sebagai stabilisator harga di tingkat hulu dan hilir. Di tingkat hulu, stabilisasi dilakukan dengan menyerap gabah petani apabila harga pasar jatuh di bawah HPP. Di tingkat hilir, Bulog berpatokan pada harga eceran tertinggi untuk melakukan operasi pasar. Namun, kata Iqbal, saat ini harga gabah masih stabil.
Realisasi untuk KPSH per Selasa lalu sudah mencapai 230 ribu ton. Adapun stok beras Bulog saat ini masih berada dalam ketentuan batas aman, yaitu 1,3 juta ton. “Bulog masih menjaga stok CBP. Makanya pembelian beras petani masih diteruskan dalam rangka memenuhi itu,” ujar Iqbal.
Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Mokhamad Suyamto, mengungkapkan, beras untuk program bantuan beras PPKM dari pemerintah disalurkan melalui Kementerian Sosial untuk 28,8 juta keluarga penerima manfaat.
Mekanisme penyaluran program ini, kata Suyamto, melewati petugas pengawas kualitas beras di gudang Bulog. Selanjutnya, beras bantuan diserahkan kepada jasa pengangkut yang telah ditetapkan. “Pendistribusian diberikan kepada keluarga penerima manfaat sesuai dengan data Kementerian Sosial kepada Bulog dan titik yang disepakati aparat,” kata Suyamto.
LARISSA HUDA
-
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo