Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Di bawah pari dibawah pari

Pt danareksa mengeluarkan sertifikat dup-iii untuk pembiayaan jalan tol yang dikelola pt jasa marga. dividen sertifikat seri a,b,c,d, turun, akibat sebagian perusahaan pendukung menurunkan dividen. (eb)

19 April 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PARA penabung kecil dari Sabang hingga Merauke, bulan ini, diundang lagi ikut membiayai pembangunan jalan tol yang dikelola PT Jasa Marga. Pengundangnya PT Danareksa yang, pekan lalu, mengeluarkan lagi sertifikat dana bernilai nominal pecahan Rp 10.000 - didasarkan pada obligasi Jasa Marga sebesar Rp 25 milyar. Sertifikat Dana Unit Pendapatan III (DUP-III) ini dijamin menghasilkan dividen 16% per tahun untuk jangka waktu lima tahun. Dibandingkan Tabanas, yang berbunga 15% per tahun, sertifikat DUP-III ini cukup menarik. Dividennya dibayar per triwulan dihitung mulai I April. Harga jual-belinya pun disesuaikan dengan dividen berjalan yang dihitung sekitar Rp 5 per hari. Dengan demikian harganya, misalnya pada 16 April sudah menjadi Rp 10.065 per lembar, akan jadi Rp 10.130 pada I Mei mendatang. Baru pada 1 Juli nanti, harga akan kembali ke Rp 10.000 per lembar, karena dividen sebesar Rp 395 sudah akan dipisahkan. Entah karena apa, izin Departemen Keuangan bagi Danareksa untuk mengeluarkan DUP-III ini terlambat, sehingga baru 10 April lalu mulai dipasarkan. Penjualan dengan harga perdana bebas provisi dibatasi sampai 15 April - praktis hanya untuk lima hari. Sampai Sabtu pekan lalu, belum jelas berapa besar peminatnya. Namun, pengalaman membuktikan bahwa para penabung kecil cukup bergairah menanamkan uangnya dalam sertifikat Danareksa. DUP-I, yang dikeluarkan April 1985 dan bernilai RP 35 milyar, kemudian DUP-II yang didasarkan pada obligasi Jasa Marga bernilai RP 20 milyar pada Januari lalu, hampir seluruhnya tersebar di masyarakat. Untuk mengeluarkan sertifikat ini, Danareksa perlu menyisihkan biaya sekitar RP 375 juta, untuk promosi, komisi para agen, dan biaya lain. Tapi, untuk, semua itu, "Hanya sekitar 1,5%," ujar Direktur Danareksa, Gunarto. Jadi, Danareksa tidak rugi. Apalagi, "Bahan baku obligasi Jasa Marga itu kami beli dengan potongan harga 2,5%," tutur Gunarto kepada TEMPO. Namun, sebagian masyarakat pemegang Sertifikat Dana Unit Umum Seri A,B,C,D terkejut mendengar berita, dua pekan lalu, bahwa dividennya diturunkan Danareksa dari RP 900 selama ini menjadi RP 850 per lembar. Padahal, neraca keuangan persero Departemen Keuangan itu pada akhir tahun lalu mencatat laba bersih RP 17,1 milyar, naik dibandingkan tahun sebelumnya yang RP 13,5 milyar. Tapi kenaikan laba RP 4 milyar lebih itu, ternyata, memang berasal dari dividen obligasi RP 35 milyar yang kini sudah di tangan para pemegang sertifikat DUP-I. Dengan demikian, laba Danareksa tahun silam, sebenarnyalah, tak meningkat. TAHUN ini Danareksa terpaksa menurunkan dividen untuk sertifikat DUU berseri A-B-C-D itu. Menurut Gunarto, karena sebagian saham perusahaan pendukung sertifikat itu sudah mulai memberikan dividen yang menurun, bahkan ada yang sudah tidak mampu memberikan. "Multi Bintang masih kasih 19%, Unilever 14%, Sari Husada - lumayan - 10%. Tapi BAT hanya 5%. Sedangkan Goodyear dan perusahaan besar lain tidak lagi," tutur Gunarto. Selain itu, investasi Danareksa dalam deposito bank pun tahun ini diperhitungkan akan memberikan penghasilan menurun. "Tahun lalu masih bisa mendapatkan bunga 1 %, sedang tahun ini paling tinggi 16,5%," katanya lagi. Situasi pasar modal di Indonesia ternyata memang belum bisa seperti di luar negeri. Turunnya suku bunga bank di luar negeri, biasanya, membuat para investor lari ke pasar modal. Kini, bunga deposito di Indonesia sudah turun sampai 3-5 angka, tapi belum mampu mendongkrak harga saham-saham indeks bursa. Indeks nilai rata-rata seluruh 24 saham di bursa, pekan lalu, tercatat 65,88% . Rendahnya indeks ini jelas mencerminkan harga saham rata-rata di bursa jatuh di bawah pari, karena kemampuan perusahaan memberikan dividen makin merosot.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus