PEMIMPIN Pertamina jelas tak mudah. Apalagi dalam suasana pasar tak menentu, yang setiap saat bisa merontokkan atau mengatrol harga minyak. Padahal, pemerintah masih mengharapkan minyak dan gas bumi sebagai sumber penghasilan terbesar. Jadi, tak aneh kalau Abdul Rachman Ramly, Direktur Utama Pertamina, rajin melanglang buana untuk mengintip lubang-lubang pasar yang masih menganga. Lobi demi lobi dia bina supaya dapat kontrak-kontrak baru dengan para pembeli. Sementara itu, di dalam negeri dia sibuk membenahi administrasi keuangan Pertamina, yang sejak berdiri belum pernah dapat acungan jempol dari pemerintah, dan berbagai persoalan lainnya. Termasuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksi. Tapi di tengah kesibukannya Ramly menyempatkan diri untuk memberi wawancara pada wartawan TEMPO Praginanto. Beberapa petikan: Apa yang telah Bapak lakukan sejak menjabat Direktur Utama Pertamina? Perlu saya jelaskan lebih dahulu apa mission Petamina: menjamin penerimaan negara semaksimal mungkin dari migas Menjamin stabilitas penyediaan BBM dan non-BBM di dalam negeri Mengusahakan kesinambungan industri migas dengan memperhatikan kelestarian kemampuan lingkungan hidup. Dengan mengetahui mission tersebut dimulailah langkah-langkah kebijaksanaan yang saya tempuh dengan memperhatikan masalah yang dihadapi saat ini. Sumber persoalan terutama dimulai tahun 1984, akibat resesi perekonomian dunia yang berkepanjangan. Pasaran minyak menjadi lesu, karena berlimpahnya supply dari negara-negara produsen, baik OPEC maupun non-OPEC. Di lain pihak, Pertamina juga masih dinilai belum efisien dan efektif, terutama di bidang pengolahan bahan bakar minyak. Sedangkan di bidang manajemen keuangan dinilai belum accountable dan auditable. Tanpa membuat kejutan-kejutan, tanpa menimbulkan guncangan-guncangan, langkah pertama yang ditempuh adalah melaksanakan suatu mental switch bagi karyawan, khususnya di kalangan pimpinan. Dengan pusat perhatian pada sumber daya manusia yang kita miliki. Pengertian mental switch adalah suatu perubahan sikap mental, pola berpikir yang mendasar di dalam menghadapi situasi yang jauh berbeda dengan situasi dulu, ketika kita menikmati tingginya harga minyak dan pasar dikuasai oleh penjual (sellers' market). Dewasa ini pasaran minyak dikuasai oleh pembeli (buyers' market). Semua ini menuntut kita untuk kerja keras meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Setiap karyawan harus disiplin menaati setiap peraturan, dan menggunakan manual yang ada baik di bidang keuangan maupun bidang operasional. Tapi kami tetap mempergunakan semua ketentuan, peraturan, atau manual lama hasil pimpinan terdahulu yang dinilai masih baik. Usaha-usaha terobosan terutama dilakukan di bidang pemasaran luar negeri dengan mengadakan pendekatan yang lebih luwes serta memberikan persyaratan yang lebih pragmatis dan lebih menarik. Usaha-usaha ini telah berhasil membuka pasaran baru LNG di Korea Selatan dan Taiwan, serta dapat dipenuhinya pengapalan LNG ke Boston, Amerika, walaupun hanya secara insidentil. Persyaratan-persyaratan baru tersebut juga membuat Jepang melakukan pembelian tambahan LNG sebanyak 2 juta ton. Selain itu, Jepang juga telah sepakat untuk mengimpor lebih banyak LPG dari kilang Arun dan Bontang. Dalam hal pemasaran minyak mentah, Pertamina dapat meyakinkan "pembeli tradisional" Jepang untuk tetap membeli minyak Indonesia dengan harga wajar. Sejalan dengan usaha tiga kelompok kerja yang dibentuk oleh pemerintah, usaha-usaha optimasi kilang BBM telah berhasil menekan ongkos produksi dan memperkecil losses di kilang. Dari usaha itu diharapkan produk-produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasaran dunia. Syukur alhamdulillah, usaha dan kerja keras seluruh karyawan Pertamina, serta kerja sama dari ketiga kelompok kerja tersebut, telah membuahkan hasil menggembirakan. Antara lain penilaian BPK terhadap administrasi keuangan Pertamina naik pada 1985, dari No Opinion menjadi Unqualified Opinion. Yang melandasi langkah-langkah tersebut? Kesadaran dan pemahaman pentingnya peranan sektor migas dalam mendukung kelancaran pembangunan. Pada Pelita III, sumbangan sektor migas mencapai 66 persen dari keseluruhan pendapatan nasional. Sedangkan dalam Pelita IV diharapkan 60 persen. Ketergantungan pada sektor migas ini membuat pemerintah berupaya meningkatkan peranan sektor nonmigas dalam pemasukan devisa. Namun, sektor nonmigas dalam waktu dekat ini masih belum dapat menggantikan peranan sektor migas, terutama pada saat-saat kita akan memasuki tahap tinggal landas. Adanya Pertamina yang kuat menghadapi segala tantangan akan merupakan pendorong utama berhasilnya pelaksanaan pembangunan. Langkah apa saja yang diambil di masa mendatang? Di masa mendatang Pertamina bertitik tolak pada usaha-usaha untuk tetap mempertahankan produksi dan ekspor minyak mentah sebagai pendukung perekonomian dan pembangunan nasional dalam jangka waktu selama mungkin. Sementara itu, peranan BBM sebagai sumber energi primer di dalam negeri secara bertahap akan dikurangi dengan meningkatkan penggunaan alternate energy berupa gas alam dan sumber panas bumi. Dengan maksud, supaya produksi minyak bumi bisa diekspor semaksimal mungkin. Sumber-sumber gas alam yang ada akan dimanfaatkan seoptimal mungkin, baik untuk ekspor maupun kebutuhan di dalam negeri. Kini sedang dipelajari kemungkinan penyaluran sumber gas potensial di Laut Natuna langsung ke Singapura. Lebih jauh lagi, Pertamina juga sudah merencanakan untuk meningkatkan swastanisasi. Dengan demikian, Pertamina nantinya hanya akan melaksanakan pekerjaan yang dinilai sangat vital dan strategis yang membutuhkan dana besar dan teknologi tinggi, yang belum mungkin dikerjakan oleh swasta. Bapak tengah merintis sistem pembukuan/auditing perminyakan Indonesia, bagaimana hasilnya? Dalam rangka merumuskan Standar Akuntansi Industri Perminyakan Indonesia, Pertamina kerja sama dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Diharapkan rencana ini akan selesai dalam waktu 2 tahun. Kami tidak merumuskan sistem auditing perminyakan Indonesia, karena hal ini bukan wewenang kami. Namun, untuk keperluan intern Pertamina memiliki manual auditing yang dipakai untuk satuan pengendalian intern. Kabarnya, ada oknum-oknum yang mencoba menghambat rencana itu? Kami tidak mengetahui hal tersebut. Berapa besar potensi produksi minyak Pertamina? Pada saat ini kapasitas sumur-sumur Indonesia 1,4-1,5 juta barel sehari. Tapi produksi kita sesuai dengan kuota OPEC, yaitu 1,19 juta barel sehari. Usaha-usaha apa yang akan Bapak lakukan untuk meningkatkan pemakaian kapasitas terpasang kilang-kilang/hydrocrackers? Dewasa ini kapasitas efektif pengolahan minyak mentah kilang-kllang di Indonesia berjumlah 720 MBCD, dan 95 persen sudah terpakai untuk mengolah BBM kebutuhan dalam negeri. Usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pemakaian kapasitas terpasang ialah: memanfaatkan kelebihan kapasitas untuk meningkatkan ekspor produk surplus dan mengolah minyak mentah pihak ketiga dengan tarif tertentu. Berapa besar biaya produksi untuk per barel produk minyak? Pada umumnya lepas pantai lebih mahal daripada di daratan. Lepas pantai 4-7,5 dolar per barel, dan daratan 2-5 dolar per barel. Biaya produksi negara-negara OPEC lainnya tentu lebih rendah karena tingkat produksinya jauh lebih besar. Berapa besar rencana investasi untuk bidang eksplorasi dan produksi? Rencana investasi kontraktor asing tahun 1987 sebesar 2,36 juta dolar, untuk eksplorasi 480 ribu dolar dan produksi 1,88 juta dolar. Bagaimana dengan usaha diversifikasi pasar? Sampai saat ini 60 persen dari pasar ekspor minyak Indonesia adalah Jepang. Tapi dengan adanya diversifikasi pemakaian energi, jumlah impor minyak Jepang terus menurun. Tahun 1982 impornya mencapai 1,350 juta barel, tapi tahun lalu tinggal 1,204 juta barel. Turun sekitar 11%. Salah satu diversifikasi energi Jepang yang banyak mengurangi penggunaan minyak mentah adalah energi nuklir. .. Karena itu, Indonesia juga mengusahakan diversifikasi pasar. Cukup berhasil, terutama ke negara industri baru seperti ke Korea dan Taiwan, yang tahun lalu masing-masing mengimpor 18 juta barel dan 7,7 juta. Padahal, tahun 1983 baru mencapai 10,7 juta dan 4 juta. Diharapkan meningkat menjadi 4,2 juta barel sampai akhir fiskal tahun 1987. Bahkan RRC, yang selama ini belum pernah mengimpor minyak Indonesia, tahun lalu membeli 3,2 juta barel. Akhir tahun ini diharapkan akan naik jadi 4,2 juta. Mungkinkah Indonesia mendapat perluasan pasar dari OPEC? Sebenarnya dengan kuota sekarang, Indonesia kekurangan minyak untuk memenuhi kebutuhan para pembeli. Jadi, kalau yang dimaksudkan dengan perluasan saham pasar dari OPEC adalah kemungkinan mengekspor yang lebih banyak, jawabnya ya. Namun, kalau yang dimaksudkan adalah peningkatan batas produksi, sehingga Jumlah mmyak yang tersedia untuk ekspor lebih besar, Jawabnya tergantung apakah Indonesia dapat memperoleh kuota lebih besar dari jumlah produksi OPEC yang tetap sama. Berapa besar proyeksi penerimaan minyak Pertamina. Dan bagaimana dengan tahun lalu? Sebagai salah satu anggota OPEC, Indonesia juga kena kuota produksi, sehingga untuk tahun 1987/1988 proyeksi produksi minyak mentah Indonesia adalah 1.333 ribu barel per hari. Tingkat harga minyak mentah yang digunakan untuk perhitungan proyeksi penerimaan minyak adalah 15 dolar per barel, sesuai dengan asumsi pemerintah dalam menyusun APBN 1987/1988. Atas dasar tersebut, proyeksi penerimaan minyak untuk tahun fiskal 1987-1988 diperkirakan 5.969 milyar rupiah. Dengan rincian, 5.710,2 milyar rupiah dari kontraktor asing dan 258,8 milyar rupiah dari operasi Pertamina sendiri. Sedangkan tahun 1986/1987, jumlah penerimaan minyak diperkirakan 5.264 milyar rupiah, karena situasi pasar minyak internasional yang kurangfavourable. Penerimaan minyak pada semester I tahun 1987-88 adalah 3.948 milyar rupiah. Kenaikan harga LPG dalam negeri dilakukan demikian mendadak. Bisakah Bapak jelaskan latar belakangnya? Harga LPG dalam negeri yang 370 rupiah per kilogram terlalu murah, sehingga Pertamina tak memperoleh keuntungan. Harga LPG di negara-negara tetangga kalau dirupiahkan ialah antara 690 rupiah dan 730 rupiah per kg. Di Indonesia, setelah kenaikan, 590,91 rupiah per kg. Pemakai LPG di Indonesia adalah golongan menengah ke atas, yang menurut hemat kami mampu membayar 6.500 rupiah per botol berisi 11 kg.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini