Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ranjau laut atau bom laut peninggalan Belanda diduga berada di sekitar pantai Tuban. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi akan melibatkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut (AL) untuk menangani ranjau laut. Menurut dia, pembersihan ranjau laut tidak sulit bagi TNI AL.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
”Kita serahkan ke TNI Al,” kata dia, saat meninjau di area proyek Grassroot Refinery (GRR) Kilang Tuban, Jawa Timur, Sabtu 30-Desember 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam menangani ranjau laut, kata Budi Karya, yang pertama dilakukan adalah memastikan keberadaan dan titik lokasinya. Ranjau laut atau bom laut peninggalan Belanda itulah yang membuat risau pejabat di Tuban. Lokasi ranjau laut diprediksi berada di sekitar pantai utara Tuban.
Termasuk di antaranya berada di salah satu calon pelabuhan untuk Kilang Minyak Tuban, di Desa Mentoso, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban. ”Lokasinya diduga di daerah pantai utara Tuban,” kata Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Tuban Mudji Slamet pada Tempo di area peninjauan pelabuhan di Kilang Tuban, pada Sabtu 30-November 2019.
Menurut Mudji, ranjau laut itu, diperkirakan berada di antara Kecamatan Jenu hingga pantai di Kecamatan Tambakboyo—Tuban barat panjang. Area ini terbentang sepanjang 25 kilometer.
Mudji mengetahui keberadaan ranjau laut saat diundang Rapat Koordinasi di Kementerian Koordinator bidang Perekonomian bersama Komandi Armada Timur, di Jakarta pada 2018 silam. Saat itu, agenda rapat membahas soal ranjau bom yang masih banyak terdapat di perairan laut sekitar Pelabuhan Tuban, di Desa Remen dan Mentoso, Kecamatan Jenu.
“Saya sendiri hadir mewakili Kabupaten Tuban,” katanya. Dia mengatakan ranjau laut akan dibersihkan sebelum Pelabuhan Tuban dibangun untuk menghindari kecelakaan proyek.