SEBUAH jet putih berpenumpang tujuh orang melesat ke wilayah udara Vietnam. Sebuah pesawat tempur membayanginya. Kontak radio dibuka. Lalu pesawat jet berbendera merah putih itu pun segera menurunkan ketinggian terbang dan menghindari lintasan tertentu. Para penumpang pesawat milik William Soeryadjaya, yang berisi para pengusaha Indonesia, itu agak jeri juga -- meskipun itu hanya prosedur normal saja (bagi AU Vietnam itu juga merupakan pengalaman pertama menghadapi sebuah pesawat pribadi memasuki kawasannya sejak jatuhnya Vietnam Selatan, 1975). Selamatlah misi dagang di bawah pimpinan Djukardi Odang mendarat di Ho Chi Minh, setelah dua jam terbang dari Singapura, Rabu dua minggu lalu. "Kami cuma menjajaki pengembangan perdagangan dua negara, kok," kata Djukardi kepada Moebanoe Moera dari TEMPO. Kunjungan ima hari di dua kota Vietnam, Ho Chi Minh dan Hanoi, itu memang diisi dengan perundingan-perundingan dagang. "Hasilnya lumayan, kontrak komoditi senilai 20 juta dolar dirundingkan dengan serius," kata Djukardi Odang, Direktur Utama PT Pantja Niaga, yang ditun juk pemerintah mengkoordinasikan perdagangan dengan Vietnam. Sekitar 15 ribu ton pupuk dan 50 ribu ton beras diharapkan dapat dikapal-kan dari sini ke Vietnam tahun ini juga. Mereka juga berniat membeli semen, pupuk, besi beton, lembaran seng, dan vetsin. "Tapi mereka minta kredit satu tahun -- itu sulit kita penuhi," kata Djukardi Odang. Vietnam juga menunjukkan minat terhadap sepeda motor dan kendaraan roda empat produksi PT Astra. Pasarnya bagus. Masa Honda Bebek, yang di sini hanya laku sekitar 800 dolar, orang sana mau membelinya dengan harga 1.500 dolar? Ada hal lain yang juga menggembirakan. Tampaknya, sistem barter yang selama ini berlaku akan ditinggalkan. "Co Tach sendiri mengatakan kalau sistem barter terus dilakukan artinya kemunduran bagi Vietnam," kata seorang anggota delegasi. Nguyen Co Tach adalah Wakil Perdana Menteri Vietnam yang menduduki peringkat ke-8 dalam politbiro negeri itu. Vietnam biasanya membayar dengan jagung, kacang tanah, kacang kedelai, dan bawang putih. Perubahan sikap itulah yang menyebabkan pengusaha dari sini mulai melirik Vietnam. Volume perdagangan RI - Vietnam, yang dua tahun ini baru sekitar 35 juta dolar, tentu harus ditingkatkan. Singapura saja setahun bisa menggaet 350 juta dolar. Mudah-mudahan saja "diplomasi Kijang" Pak William berhasil di Vietnam. BHM
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini