Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bergabung bersama si om

Sebuah diskusi di csis mengungkapkan populasi mobil di indonesia 80% komersial. harga sedan setelah kena pajak bisa 3x lipat harga pokok. sejumlah pengusaha mobil bergabung.

5 September 1987 | 00.00 WIB

Bergabung bersama si om
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
AKHIRNYA seleksi alamiah juga yang berlaku. Dalam industri mobil di Indonesia hal itu terasa semakin tajam. Dalam suatu diskusi yang berlangsung di CSIS, pekan lalu, terungkap bahwa populasi kendaraan di Indonesia sekarang, 80% adalah mobil komersial, dan hanya 20% sedan. Dalam jenis komersial itu pun, ternyata mobil-mobil bermesin sekitar 1.300 cc yang paling laris, sampai menguasai 94% pasar. Dengan demikian, dari kelas itulah diperkirakan bakal muncul mobil yang benar-benar buatan Indonesia, termasuk mesinnya -- itu 'kan yang diharapkan pemerintah? Betapapun, proses seleksi sangat dipengaruhi program lokalisasi mobil komersial. Departemen Perindustrian, dan kebijaksanaan fiskal Departemen Keuangan. Dari diskusi itu, ternyata, beberapa pengamat ekonomi agaknya ngah bahwa mahalnya harga mobil sedan di sini karena pengaruh pajak. Komponen berbagai pajak dan bea (dari bea masuk, PPN, sampai bea balik nama) membuat harga sebuah sedan akhirnya menjadi tiga kali lipat harga pokok. Tujuan kebijaksanaan fiskal itu memang memasyarakatkan kendaraan komersial. Dengan demikian, diharapkan produksi mobil komersial akan lebih banyak, sehingga merangsang program full manufacturing sampai ke mesin. Maklum, seperti dikatakan Ketua Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) dan juga Presiden Direktur PT Indo Mobil Utama, Soebronto Laras, pabrik mesin mobil rata-rata bisa impas bila produksinya per bulan sekitar 5.000 unit. Menurut Presiden Direktur PT Astra, Teddy Rachmat, harga mobil komersial Kijang dan Daihatsu sekarang ini cukup murah dibandingkan harga di luar negeri. Harga Kijang hanya Rp 7 juta, atau sekitar US$ 5.000, sedangkan pikap Ford di AS berharga sekitar US$ 6.000 per unit. Sehingga Kijang, pantas dikirim ke mana saja bahkan ke Jepang sendiri atau ke . . . Vietnam (lihat Diplomasi Kijang). Perlombaan merebut pasar akan semakin seru. Yang bisa mendikte selera konsumen agaknya yang bisa menguasai pasar. Perusahaan dituntut terus menciptakan model baru. Di pasar sedan hal itu sangat tajam dan terasa kejam. Menurut Soebronto Laras hanya perusahaan bermodal kuat nantinya yang menang, karena untuk semuanya itu dibutuhkan investasi minimal Rp 10 milyar. Kecenderungan di pasar sedan sudah beberapa waktu terlihat. Menurut beberapa pengusaha mobil, jumlah perusahaan mungkin menciut karena akan pada bergabung, tapi jumlah merk akan tetap. Pertama, karena tidak kena program lokalisasi. Kedua, sedan merupakan simbol status, sehingga berapa pun pajaknya orang akan tetap membeli. Itu sebabnya, tahun silam Grup Astra berani mengoper penjualan BMW, dan sekarang ini menerima pula tawaran keagenan Fiat dari PT Daha Motor. "Kalau kami terima, bukan berarti ingin menelan perusahaan lain. Misi kami memberikan kerja kepada karyawan di situ," kilah Teddy, bos Astra, yang membawahkan Toyota, Daihatsu, BMW, Peugcot, dan Isuzu itu. Setelah masuk grup "Om Willem", ternyata, BMW memperoleh pasaran lebih baik. Pada 1985, penjualannya tinggal 150 unit, tapi tahun silam melesat menjadi 1.000 unit. "Karyawan di BMW tadinya tinggal 13, sekarang sudah 200," tutur Teddy. Grup "Om Liem", juga "menerima" penggabungan. PT Wahana Wirawan, yang mengageni sedan Nissan, enam bulan lalu masuk ke grup Suzuki, Mazda, dan Hino di Indo Mobil. Sementara itu, PT IRMC, yang mengageni sedan Ford, diam-diam juga sudah bergabung dengan Mercedes. Tapi sementara ini Honda masih berjalan di muka di pasar sedan. Sedan pertama yang mulai membangun pabrik mesin itu tengah merintis pasar ekspor pula ke Kanada. "Sementara kita diam-diam saja dulu," kata Ang Kang Ho. M.W. Laporan Budi Kusumah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus