Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Direktur BP Tapera Beberkan Big Data untuk Lembaga Nirlaba ke Mahasiswa Politeknik Tempo

Direktur BP Tapera, Terzia Ananta memberikan materi perkuliahan tentang peran big data untuk lembaga nirlaba ke mahasiswa Politeknik Tempo.

27 Oktober 2023 | 08.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Direktur Teknologi Informasi BP Tapera, Terzia Ananta Bagus Sumaji memberikan materi tentang Peran Big Data dalam Bisnis Nonkomersial untuk mahasiswa Politeknik Tempo peserta mata kuliah Big Data Analytics dan Manajemen Sistem Informasi & Data Science. Kuliah berlangsung secara daring, Kamis 26 Oktober 2023. (Foto: Rachma Tri Widuri)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Teknologi Informasi BP Tapera, Terzia Ananta Bagus Sumaji memberikan kuliah kepada Mahasiswa semester V Program Studi Produksi Media dan Manajemen Pemasaran Internasional Politeknik Tempo. Para mahasiswa mendapat materi tentang peran big data untuk lembaga nirlaba, dalam mata kuliah Big Data Analytics serta Manajemen Sistem Informasi dan Data Science.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Terzia Ananta menjelaskan arti penting big data, tak hanya untuk perusahaan komersial berorientasi profit, tapi juga untuk lembaga pemerintah yang tidak berorientasi laba. “Analisis big data penting bagi semua industri, tak hanya yang komersial, karena memungkinkan kita mendapatkan segala informasi tentang operasi, pelanggan, dan tren pasar,” kata mantan Direktur Operasi Pengerahan BP Tapera ini dalam kuliah yang berlangsung daring via Zoom Meeting pada Kamis, 26 oktober 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasarkan data itu, kata Terzia, perusahaan bisa mengambil kebijakan yang tepat dan memiliki keunggulan kompetitif.

Terzia menjelaskan bahwa data yang diraup BP Tapera terbagi menjadi tiga tipe, yakni data terstruktur, tak terstruktur dan semi terstruktur. Ketiga tipe data itu kemudian diolah khusus agar menghasilkan informasi yang berguna dan dapat dimanfaatkan perusahaan secara efektif. 

Lebih jauh ia menerangkan ada tiga tahap yang dilakukan untuk mengolah big data yang telah ditambang sebelum menjadi informasi yang bermanfaat bagi perusahaan, yakni data cleaning, integrasi data, dan transformasi data. 

Data cleaning dilakukan untuk memastikan akurasi dan kualitas data, integrasi data untuk menciptakan gambaran data yang komprehensif dan holistic untuk dianalisis. “Yang terakhir transformasi data dilakukan untuk mengonversi data dari satu format ke format lainnya, sehingga mencakup ringkasan data yang komprehensif,” tutur peraih penghargaan Digital Innovation se-Asia Pasifik itu.

Dalam kesempatan yang sama, alumnus Magister E-Commerce Strategic Management Universitas Gadjah Mada itu mengungkapkan bahwa dari big data yang dikompilasi dari berbagai kementerian/lembaga juga media, hal yang paling penting selanjutnya adalah bagaimana aplikasi bisnisnya. Menurut dia, penting untuk bisa memahami fakta dan kondisi aktual yang diperoleh dari hasil analisis data berdasarkan pola dan tren yang diperoleh. 

Selanjutnya: Dari data diketahui bahwa Gen Z... 

Ia mencontohkan, dari data diketahui bahwa Gen Z sekarang takut membeli rumah karena tak mampu. Harga rumah sekarang makin mahal, di kota yang dekat kantor paling murah sudah Rp 700 juta. Atau Gen Z lebih suka membeli rumah di daerah yang lebih sejuk.

"Data-data ini kami olah untuk kemudian disiapkan kebijakan yang sesuai dengan kondisi ini,” kata Terzia. 

Mantan Senior Vice President Funding & E-Channel Product Development BRI Syariah ini juga menerangkan analisis data harus dilakukan secara menyeluruh agar perusahaan benar-benar mendapatkan gambaran yang utuh dari profil personal target sasaran. 

“Kami pakai 360 degree customer analysis. Multidimensi. Sehingga kami bisa memastikan bahwa orang ini memang berhak mendapat subsidi, cocok dengan profil nasabah Tapera, dan dijamin bisa membayar angsuran,” kata Terzia. 

Senior Vice President Product Development & Digital Banking Bank Mega Syariah periode 2019-2021 itu sekaligus menjelaskan bahwa sejak tahun 2020, BP Tapera hadir untuk melengkapi jaminan sosial di Indonesia yang menjadi tabungan perumahan karyawan dengan mengedepankan prinsip gotong royong dan difokuskan untuk memenuhi kebutuhan rumah masyarakat berpenghasilan rendah. Masyarakat berpendapatan Rp 3-8 juta per bulan saat ini tergolong kesulitan untuk mengakses rumah pertama. 

AKHMAD RIYADH

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus