Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Banda Aceh- Pandemi Covid yang melanda dunia dan Indonesia di awal 2020, membuat banyak pihak terkena dampak. Tak terkecuali Putri Puspita Lokanazea, 29 tahun, yang harus menerima kebijakan untuk dirumahkan dari salah satu departemen store ternama. Putri pun banyak menghabiskan waktu di rumah hanya dengan menjaga dua buah hatinya sambil sesekali menonton televisi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun nasib baik kemudian datang padanya. Berawal dari informasi yang ditonton melalui televisi mengenai Program Kartu Pra Kerja dari Pemerintah. “Saya melihat di televisi kalau pemerintah ada buka Program Kartu Pra Kerja. Karena enggak ada kegiatan lain, saya coba-coba untuk mendaftar satu hari setelah (program) dibuka," ujar Putri saat berbincang dengan Tempo pada Senin, 21 November 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Putri kemudian menjadi salah satu penerima Program Kartu Pra Kerja Gelombang 1 yang berasal dari Aceh. Alokasi bantuan sebanyak 1 juta yang diberikan kemudian digunakannya untuk mengikuti pelatihan menjahit. Di samping pelatihan tata rias yang belakangan juga diikutinya.
Berbekal ilmu menjadi menjahit yang didapat dari pelatihan daring yang diberikan, Putri kemudian meminjam mesin jahit tetangga dan mencoba mengaplikasikan ilmu yang didapat. Kebutuhan masker yang begitu langka di awal pandemi, membuat dirinya berinisiatif untuk mencoba membuat sendiri masker dari sisa kain perca.
Tujuannya pun bukan untuk dijual, namun memenuhi kebutuhan keluarga yang kesulitan mendapatkan masker di pasaran. “Waktu itu saya coba jahit masker untuk dipakai suami dan mertua. Kan waktu itu susah dapat masker, harganya pun mahal, kami enggak sanggup beli. Jadi saya coba buat sendirilah. Sekalian dibagikan juga ke tetangga sekitar rumah,” kenang Putri.
Tak disangka, masker kain yang dibuat Putri perlahan banyak diminati. Peluang itu yang membuat Putri semakin bersemangat memproduksi masker. Mulai dari tetangga sekitar dan rekan kerja suami dan mertua, hingga maskernya dijual di kios-kios di sekitar kecamatan tempat dirinya tinggal.
Sedikitnya 7-8 juta didapatnya dari menjual masker antara Mei hingga Desember 2020. Hasil dari menjual masker ditambah insentif sebesar 600 ribu yang diberikan sebanyak empat kali dari Program Kartu Pra Kerja, digunakan Putri untuk membeli mesin jahit bekas. Termasuk mengikuti pelatihan menjahit lainnya secara mandiri di Banda Aceh untuk menambah kemampuannya.
Selanjutnya: Putri menjadi Salah Satu Penyuplai Seprai
Bermodal ilmu dan alat yang telah dimiliki, Putri mulai mencoba menerima pesanan menjahit baju. Lalu dirinya juga menerima pesanan menjahit seprai.
Bahkan saat ini, Putri menjadi salah satu penyuplai seprai di salah satu toko di Banda Aceh. Ratusan seprai diproduksinya dalam 1 bulan. “Sekarang saya sudah ada kontrak dengan salah satu toko di Banda Aceh sampai 3 tahun ke depan. Seminggu itu targetnya 100 seprai harus disuplai ke sana. Per helai itu dihargai 75 ribu,” ungkap Putri.
Guna memenuhi permintaan suplai seprai, Putri kini mengajak dua rekan untuk membantunya. Kualitas produknya juga terus diusahakan untuk dijaga agar tetap mendapat sambutan baik dari konsumen.
Putri pun kini bersyukur dari usaha yang digelutinya, bisa membantu suami untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Ia juga kini rutin mensosialisasikan kepada tetangga sekitarnya mengenai manfaat Program Pra Kerja.
Meski ia mengakui, perlu usaha yang giat memanfaatkan bantuan dari Program Kartu Pra Kerja. “Memang bukan jaminan bisa langsung berhasil, tapi harus usaha pribadi juga yang keras. Tapi secara pribadi, Program Pra Kerja ini memang sangat membantu saya mulai usaha ini. Semoga kawan-kawan lain juga bisa manfaatinnya untuk memulai usaha, enggak hanya pakai duitnya ke hal-hal yang konsumtif saja,” harap Putri.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.