Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk Hery Gunardi menyoroti Dana Pihak Ketiga (DPK) alias tabungan di perbankan nasional terus tumbuh sejak 2018. Tapi, pertumbuhan DPK ini tidak diimbangi oleh penyaluran kredit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sekarang beberapa pengusaha saya rasa masih memarkir uangnya dalam bentuk simpanan, tidak ekspansi," kata Hery dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat, 30 Juli 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kondisi ini, kata Hery, tidak lepas dari menurunnya permintaan kredit. Banyak pengusaha dinilai masih wait and see sambil melihat perbaikan dalam penanganan pandemi Covid-19.
Dalam catatan Hery, DPK perbankan nasional tumbuh dari posisi Rp 5.731 triliun (tumbuh 6,49 persen yoy) pada 2018 menjadi Rp 6.916 triliun (tumbuh 10,88 persen) pada April 2021.
Sementara pembiayaan kredit terus menurun. Dari Rp 5.402 triliun (tumbuh 11,73 persen yoy) pada 2018, sempat naik menjadi Rp 5.736 pada 2019. Tapi setelah itu terus turun menjadi Rp 5.607 triliun (tumbuh minus 2,19 persen yoy).
Dari kondisi ini, kata Hery, dapat terlibat bahwa DPK tumbuh hingga dua digit. Tapi sebaliknya, pertumbuhn kredit masih rendah. Sehingga, bank jadinya harus menanggung biaya dana ini.
Kondisi yang baik itu, kata Hery, yaitu antara aset dan labilitas seimbang. "Ini dari sisi liabilitas tumbuh tinggi, sementara penyaluran pembiayaannya mengalami hambatan," ujarnya.
Kondisi hampir sama juga terjadi pada DPK perbankan syariah yang terus tumbuh. Dari Rp 380 triliun (tumbuh 11,2 persen yoy) pada 2018 menjadi Rp 484 triliun (tumbuh 14,08 persen) pada April 2021.
Kredit masih naik, tapi pertumbuhannya semakin kecil. Dari Rp 329 triliun (tumbuh 12,2 persen yoy) pada 2018 menjadi Rp 400 triliun (tumbuh 7,86 persen) pada April 2021.
FAJAR PEBRIANTO