Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengatakan peningkatan produksi kendaraan listrik signifikan memerlukan baterai cell impor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Toto menuturkan kebutuhan produksi kendaraan listrik yangcukup tinggi menuntut impor baterai cell nya impor sampai 3 atau 4 tahun mendatang. Ia mengatakan IBC dapat membuat baterai pack dan kendaraan listriknya, tetapi tidak dengan baterai cell.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kalau baterai pack dan kendaraan listriknya kami percaya diri dapat buat sendiri. Tapi untuk baterai cell dalam jumlah banyak, harus masuk impor," ujar Toto dalam RDP Panja Transisi Energi ke Listrik bersama Komisi VI DPR RI, Selasa 15 Februari 2023.
Toto menjelaskan biaya impor baterai dapat mencapai 40 persen dari total harga kendaraan listrik berbasis baterai. Maka dari itu IBC berharap dapat memproduksi baterai sendiri.
"Jadi sangat strategis kalau kami memang bisa secepat mungkin melakukan produksi baterai dengan harga yang lebih kompetitif," jelasnya.
Sementara itu, Toto juga menyampaikan pentingnya Indonesia melakukan penyediaan green energi. Menurutnya, produsen-produsen baterai sangat berhati-hati memilih listrik pembangkitan dari aspek pembuatan konversi nikel.
Jadi kalau masih menggunakan berbasis batu bara, itu akan sulit masuk ke pasar eropa bahkan pasar china, karena sekarang semua pembangkitan harus berbasis green energi.
"Kalau memang energi terbarukan yang nanti akan digunakan, itu akan jauh lebih baik bagi baterai yang nanti akan kami produksi," kata Toto.
Pilihan Editor: Dirut IBC: Industri Baterai Kendaraan Listrik Butuh Investasi Rp 217 Triliun
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini