Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

DJKA Kementerian Perhubungan Sebut Investor Mulai Lirik Proyek Kereta Gantung Jabodetabek

Kementerian Perhubungan sedang menyiapkan feeder LRT Jabodebek di Harjamukti serta MRT Jakarta yang akan menghubungkan Lebak Bulus-Tangerang Selatan

15 Maret 2025 | 11.00 WIB

LRT Jabodebek rute Stasiun Harjamukti - Dukuh Atas saat melintas di Kuningan, Jakarta, Rabu 1 November 2023.  LRT Jabodebek belakangan dikeluhkan penumpangnya karena sering gangguan hingga kereta terlambat datang ke stasiun. TEMPO/Subekti.
Perbesar
LRT Jabodebek rute Stasiun Harjamukti - Dukuh Atas saat melintas di Kuningan, Jakarta, Rabu 1 November 2023. LRT Jabodebek belakangan dikeluhkan penumpangnya karena sering gangguan hingga kereta terlambat datang ke stasiun. TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan mengungkapkan ada sejumlah investor menunjukkan minat untuk berinvestasi dalam pengembangan perkeretaapian nasional. Minat tersebut terlihat untuk proyek layanan feeder transportasi di Jabodetabek.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, M. Risal Wasal mengungkapkan, salah satu rencana yang tengah dikaji adalah pembangunan sistem kereta gantung atau Automated People Mover (APM) untuk menghubungkan LRT Jabodebek di Harjamukti serta MRT Jakarta dengan Tangerang dan Tangerang Selatan. “Kami mengajak investor untuk terlibat dalam pembangunan ini, sebagaimana arahan dari Pak Menteri dan Pak Presiden,” ujarnya dalam diskusi publik Mudik Senang di Jalan Tenang, di Kantor Tempo, Kamis, 14 Maret 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Saat ini menurutnya, pihaknya sedang menyiapkan feeder untuk LRT Jabodebek di Harjamukti serta MRT Jakarta yang akan menghubungkan Lebak Bulus ke Tangerang Selatan. "Ada investor yang berminat membangun sistem kereta gantung atau Automated People Mover (APM) untuk proyek ini," tutur Risal.

Selain proyek feeder tersebut, pemerintah juga mendorong investasi pengembangan jaringan kereta api nasional yang lebih luas. Risal menegaskan, pembangunan perkeretaapian tidak hanya bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), tetapi juga membutuhkan keterlibatan investor. “Kami memiliki Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNAS) yang mencakup rencana pembangunan hingga 2030, bahkan lebih dari itu. Di Sumatera dan Kalimantan, termasuk di Ibu Kota Nusantara (IKN), seluruh perencanaannya sudah kami siapkan. Dengan adanya IKN, pengembangan kereta api semakin berkembang, mencakup layanan perkotaan dan regional antar kota,” katanya.

Menurutnya, proyek perkeretaapian di berbagai daerah memiliki potensi ekonomi yang besar, terutama di kawasan dengan sumber daya alam melimpah dan pemerintah tidak hanya membangun kereta api dengan anggaran APBN. "Saat ini, kami mulai mendorong masuknya investor untuk membantu pengembangan perkeretaapian. Tidak semua proyek kereta api merugi. Ada lokasi-lokasi tertentu yang memiliki daya tarik ekonomi, terutama jika ada potensi angkutan barang seperti hasil tambang atau kebutuhan logistik lainnya,” katanya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus