Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
UPAYA Donny Yusgiantoro menyelenggarakan balap mobil internasional A1 menuai kontroversi. Yang dipersoalkan adalah kiatnya menggalang dana lewat jalur Departemen Energi. Untuk menjawab polemik itu, adik bungsu Menteri Energi Purnomo Yusgiantoro ini menerima wartawan Tempo, Dara Meutia Uning, di kantor panitia penyelenggara A1 di Jalan Lombok No. 34, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis pekan lalu.
Mengapa penggalangan dana dilakukan lewat jalur pemerintah?
Sebetulnya cara ini tidak hanya kami lakukan di Departemen Energi. Kami juga melakukannya di Departemen Perindustrian, Departemen Pariwisata, dan Kementerian Olahraga.
Mekanismenya?
Mula-mula kami kirim surat ke menteri, lalu menteri mengumpulkan perusahaan-perusahaan di bawah departemennya. Kami presentasi. Kami tidak minta sumbangan. Tapi, karena paket sponsor yang ditawarkan terlalu besar, akhirnya ada yang hanya mau menyumbang Rp 50-100 juta. Kemudian dibicarakan kompensasinya, apakah bakal mendapat undangan atau tiket gratis. Tujuan kami meminta dukungan pemerintah agar bisa memfasilitasi pertemuan dengan perusahaan yang potensial, sehingga pengumpulan dana lebih efektif. Waktu kami mepet sekali.
Bukankah cara ini terkesan memaksa perusahaan?
Kami sebetulnya punya jaringan tersendiri untuk mengumpulkan dana, tapi ini kan event negara. (Partisipasi semacam) ini juga tercantum dalam undang-undang. Yang penting, acaranya bisa jalan dan sukses—demi citra bangsa. Saya kira sah-sah saja melibatkan semua komponen, asal ikhlas. Tak ada paksaan sama sekali. Buktinya, sampai sekarang belum ada dana yang masuk (dari perusahaan tambang), dan itu tak berakibat apa pun terhadap mereka.
Masalahnya, kakak Anda adalah Menteri Energi...
Saya senang otomotif, juga senang nyetir. Ide menyelenggarakan A1 ini pun klop dengan Pak Basuki (Basuki Widjaja Kusuma—Red.), yang mantan pembalap dari tim Honda. Kalaupun saya kebetulan adiknya Pak Purnomo dan jadi chairman A1, selama bertindak dalam koridor hukum dan serba transparan, saya pikir sah-sah saja.
Ada teguran dari kakak Anda?
Tidaklah. Setelah polemik ini pun, kami masih telepon-teleponan. Pak Pur mengatakan, ”Kamu harus menjelaskan kepada pihak-pihak yang memang ingin tahu.” Dari awal, saya pun sudah bicara. Dia bilang, ”Sejauh kamu yakin ini benar dan bagus, ya, tidak ada masalah.” Saya tanya, ”Bagaimana kalau saya mau cari sponsor di situ (melalui Departemen Energi)?” Pak Pur menjawab, ”Ya, tidak masalah, asal kamu juga cari sponsor di tempat lain.” Itu kami lakukan juga.
Apakah Purnomo menjanjikan sesuatu?
Tidak ada janji apa pun dari Pak Purnomo. Waktu itu surat Pak Basuki juga ditujukan ke Dirjen Geologi, bukan ke menteri. Ini antisipasi untuk menghindari polemik seperti sekarang.
Berapa dana yang sudah terkumpul?
Kurang lebih 50 persen dari biaya penyelenggaraan. Tapi, jumlah biayanya masih kami negosiasikan dengan A1 International dan pengelola Sirkuit Sentul.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo