Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Duduk Perkara Kereta Cepat Whoosh Dituding Jadi Penyebab Wika Merugi Rp7,12 triliun

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Whoosh dianggap telah merugikan Wika.

17 Juli 2024 | 19.14 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Whoosh menjadi sorotan karena dituding sebagai alasan utama PT Wijaya Karya Tbk (Persero) mengalami kerugian pada 2023 lalu. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mendengar hal itu, Manajemen PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) buka suara. Menurut Corporate Secretary PT KCIC, Eva Chairunisa, seluruh proses pembangunan kereta cepat itu sudah melalui tahap perhitungan dan pertimbangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Proyek Kereta Cepat Whoosh sudah mempertimbangkan banyak hal yang telah dikoordinasikan bersama seluruh stakeholder yang terlibat,” ujar Eva lewat pernyataan resmi Selasa, 16 Juli 2024.

Adapun duduk perkara tudingan tersebut bermula dari pernyataan Direktur Utama Wijaya Karya, Agung Budi Waskito. Dia mengatakan, perusahaan yang dipimpinnya masih merugi pada 2023 akibat proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung alias Whoosh. Agung menyebut kerugian itu memaksa emiten berkode saham WIKA tersebut menerbitkan obligasi.

Selain beban bunga, Agung mengatakan Wika juga tertekan karena PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) yang merugi. PSBI merupakan anak usaha dari PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang memiliki mayoritas saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebesar 60 persen. Adapun Wika memiliki 38 persen saham PSBI. 

Agung menyatakan rugi perseroan akibat membayar penyertaan untuk proyek kereta cepat, membuat perusahaan harus menerbitkan obligasi yang menambah beban keuangan. Adapun penyertaan yang sudah digelontorkan sebesar Rp6,1 triliun.

“Kami itu memang yang paling besar karena dalam penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, dari penyertaan saja kami sudah Rp6,1 triliun. Kemudian yang masih dispute sekitar Rp5,5 triliun. Sehingga hampir Rp12 triliun," kata Agung dalam tanya jawab saat dengan Komisi VI DPR, pada Senin, 8 Juni 2024.

Sementara itu, Agung menuturkan perseroannya mencatatkan kerugian Rp7,12 triliun pada 2023. Angka itu dinilai membengkak dari 2022 sebesar Rp59,59 miliar atau 11,86 persen. 

Selanjutnya baca: Beban Wijaya Karya turun membesar

Selain itu, beban perusahaan pun turut membesar. Agung mengungkapkan, beban lain-lain perusahaan naik hingga 310,16 persen menjadi Rp5,4 triliun. Sementara beban keuangan pada 2024 meningkat sebesar Rp3,2 triliun atau 133,7 persen.

Oleh karena itu, Agung mengatakan perseroan harus mengumpulkan modal melalui penerbitan obligasi yang akhirnya membuat beban keuangan membengkak. Dia menyebut perseroannya akhirnya terpaksa meminjam melalui obligasi itu.  

“Mau tidak mau WIKA juga harus melakukan pinjaman melalui obligasi ya. Apalagi dengan adanya bisnis properti yang kami memberikan SHL (surat hibah lahan) yang cukup besar pada kurun waktu 2019-2022,” kata dia. 

Menanggapi klaim penyertaan modal triliunan dari WIKA, manajemen KCIC mengatakan semua sudah sesuai alurnya. “Dapat kami sampaikan bahwa dalam prosesnya semua yang berkaitan dengan penagihan di KCIC, harus melalui prosedur administrasi agar semuanya dapat dipertanggungjawabkan dengan baik,” ujar Corporate Secretary PT KCIC, Eva Chairunisa, Selasa.

Prosedur tersebut menurut Eca mencakup sisi keuangan yang telah sesuai dengan tata kelola perusahaan yang baik. Selain itu, Eva juga mengungkapkan saat ini operasional Whoosh terus mengalami peningkatan. 

Ia memaparkan jumlah perjalanan terus bertambah dari 14 perjalanan reguler per hari di Oktober 2023, menjadi 48 perjalanan reguler per hari sejak Mei 2024. Pada awal tahun 2025, ditargetkan jumlah perjalanan kereta dapat mencapai hingga 62 per hari.

Klaim kerugian proyek kereta cepat Whoosh juga ditanggapi oleh ekonom senior Indonesia, Faisal Basri. Pengamat dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) itu menilai, kerugian muncul karena penugasan proyek kereta cepat dari pemerintah yang melampaui kemampuan BUMN. Jika hal ini diteruskan, menurut dia, satu per satu perusahaan pelat merah akan tumbang.

Bila tidak dibereskan, kata dia, permasalahan itu juga akan berlanjut di era pemerintahan Prabowo Subianto. “Meledak satu-satu,” kata Faisal, ditemui di sebuah hotel di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa, 16 Juli 2024.

RADEN PUTRI | TIM TEMPO

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus