KONSEP berita di RRC telah turut berobah mengikuti langkah
modernisasi Deng Xiaoping (Teng Hsiaop'ing). Apa yang mereka
kini lakukan, wartawan Barat pasti akan mengenalnya sebagai
investigative reporting.
Wakil PM Deng memperkenalkan kebijaksanaan yang lebih realistis.
Sikap demikian mulai tercermin pula dari pendekatan redaksi
suratkabarnya terhadap kehidupan yang nyata.
Ada laporan wartawan, misalnya tentang manajer tambang air raksa
(mercury) di propinsi Kweichow di bagian barat-daya Cina
daratan. Menjadi anggota Partai Komunis, manajer tadi ternyata
tidak becus. Ia membiarkan 40 dari 60 teknisi di tambang itu
melakukan pekerjaan kasar hingga kepandaian mereka tidak
bermanfaat. Satu-satunya insinyur yang dianggap berbobot di
tambang itu disuruh menjalankan kereta-kuda. Tadinya ia dicela
dalam suatu kampanye politik.
Harian Kwangming yang terbit di Beijing (Peking) membuat laporan
sang reporter. Diceritakannya betapa semangat kerja merosot di
tambang itu, para teknisi tidak mendapat gaji semustinya hanya
karena tidak bisa memasuki partai, dan mereka seringkali dipaksa
hidup berpisah dari isteri. Bila pekerja dan teknisi menderita
keracunan air raksa, sikap pimpinan mengabaikannya saja.
Seakan-akan korps wartawan RRC mendapat kebebasan untuk
mengungkapkan berbagai kepincangan. Persoalan yang tadinya biasa
disembunyikan, kini menjadi berita. Salah-urus, korupsi pejabat,
kwalitas produksi yang sembrono, kekurangan makanan dan barang
konsumen -- sebagai akibat kekakuan sistem yang berlaku
--diberitakan. Dulu laporan semacam itu, jika ada, cuma dimuat
dalam bulletin Xinhua untuk lingkungan pembaca yang terbatas.
Tapi kini pemberitaannya meluas.
Di Harian Rakyat, koran beroplah besar di RRC, pernah memuat
kisah tak beres dalam pembangunan proyek petrokimia di Nanking.
Semustinya selesai tahun 1972, ternyata ia masih belum
setengahnya jadi. Belum ada unitnya yang bisa bekerja. Kerugian
di situ ditaksir sebanding dengan US$ 240 juta. Masih di
Nanking, suatu survei atas sejumlah proyek konstruksi seperti
pabrik, sekolah dan perumahan, menunjukkan bahwa mereka
tertinggal 3 s/d 5 tahun dari jadwal semula. Banyak pula
bangunan yang sudah secara resmi dinyatakan selesai tidak bisa
dipakai. Mutu konstruksinya jelek betul rupanya, kata reporter
Harian Rakyat, antara lain disebabkan sulitnya diperoleh
material bangunan pada waktu diperlukan. "Banyak proyek terpaksa
dikerjakan terbata-bata."
Bukan hanya penyaluran bahan bangunan, tapi juga distribusi
bahan makanan yang mandeg telah diberitakan pula oleh Harian
Rakyat. Reporter koran itu melaporkan kenapa suplai telor
menciut di Beijing. Rupanya telor dari komune yang tak seberapa
jauh telah memakan waktu 25 hari atau sebulan untuk tiba di
ibukota itu. Dari komune ke ibukota, suplai menempuh lima
gerbang, lapisan agen pembelian pemerintah: Sesampainya di
Beijing, 20% dari suplai itu rusak.
Reporter merekam pula keluh-kesah petani. Toko resmi di tempat
yang menampung hasil petani telah tidak memberi perangsang.
Suatu surat kepada redaksi koran itu memuat pengalaman pejabat
partai. Barusan saja pindah ke suatu propinsi di bagian selatan,
pejabat itu mengunjungi pasar ikan yang tak banyak menjual.
Sesudah antri 2 jam, pasar itu tiba-tiba ditutup, sedang ikannya
masih menumpuk. Dia yang menyamar sebagai rakyat biasa bertanya.
Petugas pasar menjelaskan ikan itu dicadangkan untuk para
pejabat partai saja.
Tentang barang bermutu rendah, berita koran cukup menarik.
Pabrik Traktor di Kanton, misalnya, diberitakan sejak 1966 tidak
menghasilkan traktor yang sesuai dengan standar semustinya.
Pabrik Baja Anshan, yang dibanggakan di RRC, diberitakan telah
melever pelat yang berkarat dan berukuran tak menentu hingga
dicampakkan saja.
Ada pula berita keluhan tentang set televisi yang dibikin di
dalam negeri. Satu karikatur menggambarkan betapa layar tv kabur
dan gelap.
Galangan kapal di Shanghai diberitakan lebih memperhatikan
target resmi ketimbang mutu kerjanya. Akibatnya, sejumlah awak
kapal yang baru saja diluncurkan mendapat kecelakaan maut.
Korupsi di kalangan manajer partai yang ditempatkan di industri?
Radio propinsi Kiangsi menyiarkan hal itu seperti kasus
penggelapan uang dan material di suatu pabrik barang pecah-belah
setempat.
Semua berita seperti di atas tampak masih investigative
reporting dalam skala kecil. Namun isi koran jlas tidak selalu
menjemukan dibuatnya.
Borjuis?
Tambah asyik lagi penyajian Harian Buruh di sana. "Kawan
redaktur," tulis Yang U Ping, seorang pekerja pabrik di Beijing.
"Ada wanita di bengkel kami yang menjadi anggota Liga Komunis
Muda dan selama ini pekerja teladan. Baru-baru ini dia diminta
menyediakan foto dirinya supaya dipamerkan atas kehormatannya di
pabrik. Dia menyerahkan gambar dirinya dengan rambut keriting
buatan.
"Bangkitlah komentar tak sedap dari sebagian orang . . . yang
mengatakan rambut keriting buatan itu mencerminkan pemikiran
borjuis. Pantaskah gambar begitu dipasang untuk menghormati
pahlawan buruh?"
Redaktur menjawab bahwa wanita yang telah terbukti berjasa tak
boleh dituduh borjuis hanyakarenagaya rambutnya. Tadinya, sampai
hampir setahun lalu, kaum penata rambut dilarang melayani
permintaan keriting. Salon-salon rambut tertentu dulu malah
diawasi petugas keamanan supaya gaya nonborjuis saja dikerjakan.
Harian Buruh belakangan ini mengatakan model rambut pilihan
wanita "bukanlah pedoman" untuk menentukan sikap politiknya.
Walaupun ada pendekatan baru, persuratkabaran RRC tampak masih
belum sepenuhnya menjadi penyalur pikiran rakyat. Terutama
menyangkut Elak Asasi, orang menyalurkan tuntutan melalui koran
dinding, kini disebut Demokrasi Dinding, di sekitar Tienanmen,
Beijing.
Nigel Wade dari Beijing melaporkdn untuk Daily Telegrapi,
London, di dinding itu bukan hanya tulisan, tapi juga foto-foto
mengandung kritik sosial yang tak mungkin mendapat tempat di
media cctak. "Saya mau," demikian satu teks foto yang
menunjukkan suatu bocah sedang membentang tangannya. Pemotretnya
menjelaskan anak itu meminta banyak yang orangtuanya tak bisa
mengabulkan.
"Kami mau demokrasi," sebut teks foto lainnya di situ tentang
seorang pemuda yang lagi berpikir, berpikir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini